RESUME
BUKU PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Karangan
Dra. Tien Supartinah, M.S
BAB
III SAMPAI VII
BAB
III
BEHAVIORISME
SKINNER
A.
pendahuluan
Behaviorisme merupakan salah satu aliran dalam
psikologi yang didirikan oleh J. B. Watson pada tahun 1913. Ciri utamanya ialah
pandangan yang mekanistis dan matrealistis dalam pendekatan objektif terhadap
tingkah laku manusia. Selain Watson tokoh lainnya dalam aliran ini ialah Edwin
Guthrie, Clark Hull, Edwan Talman dan Burhus Fredric Skinner.
B.
Pendekatan
Psikologi Skinner
Menurut Skinner psikologi, terutama lapangan
pembelajaran, tidak bisa mengandalakan hanya pada teori-teori yang
diformulasikan. Untuk dapat memahami pendekatan Skinner tentang tingkah laku
manusia, perlu pembahasan tentang masalah-masalah yang menyangkut pendekatan
pembelajaran behavioristik seperti berikut.
1.
Otonomi Manusia
Skinner menolak penguraiann tingkah
laku yang didasarkan pada konsep hipotesis yang terdapat dan menentukan diri
manusia seperti self ego dan sebagainya. Menurutnya mekanisme-mekanisme
mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemeikiran animisme. Bagi
Skinner manusia otonom hanyalah suatu konsep untuk menerangkan sesuatu yang
belum mampu kita terangkan dengan orang lain. Selain itu, menurutnya manusia
adalah kotak tertutup, dan seluruh variabel yang mengantarai tingkah laku dan
out put tingkah laku (seperti motif, dorongan emosi dan sebagainya), haruslah
dikesampingkan dari penyelidikan psikologi.
2.
Penolakan atas
penguraian fisiologis-genetik
Menurut Skinner permasalahan di
dalam psikologi tidak dapat ditemukan penyelesaiannya dalam laboratorium
fisiologi, karena penguraian konsepsi-konsepsi fisiologi-genetik dari tingkah
laku itu tidak memungkinkan dapat dimanipulasi.
3.
Psikologi
sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh
tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa
dikendalikan. Dia dengan jelas menolak anggapan bahwa manusia adalah makhluk
yang bebas berkehendak atau tingkah laku bisa muncul tanpa sebab. Menurutnya
seluruh ilmu pengetahuan berkembang dari sederhana menuju kompleks, dan oleh
karenanya adalah logis mempelajari infrahuman, sebelum memperlajari manusia.
4.
Kepribadian
menurut pandangan Behaviorisme Skinner
Skinner menolak pemikiran mengenai
kepribadian atau self sebagai pendorong dan pengaah tingkah laku. Menurutnya
studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas
sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik yang khas pada
individu. Studi tentang kepribadian ditujukan untuk menemukan pola yang khas dari
kaitan antara tingkah laku organisme (individu) dan konsekuensi-konsekuensi
yang diperkuatnya.
C.
Operant
Kondisioning
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku,
yakni responden dan operan. Tingkah laku responden adalah suatu proses yang
spesifik yang ditimbulkan ileh stimulus yang dikenal, dan stimulus ini selalu
mendahului respons. Pada tingkah laku respons juga dilihat bahwa stimulus yang
sama akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dan species yang
sama, dan tingkah laku responden itu biasanya menyertakan refleks-refleks yang
melibatkan sistem saraf otonom.
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang
diperoleh individu melalui pengondisian operan atau instrumental, yang
ditentukan oleh kejadian yang mengikuti respons. Dalam upaya mempelajari
tingkah laku operan di laboratorium Skinner menggunakan prosedur pengondisian
operant (Operant Conditioning) dengan hewan percobaan tikus. Hal yang
diperhatikan dalam percobaannya itu antara lain:
1. Mencatat
tingkah laku operant
Sumber data psikologi yang paling berarti adalah
tingkatan merespons dari organisme yaitu jumlah respons yang dihasilkan dalam
unit waktu tertentu.
2. Jadwal
perkuatan
Konsep perkuatan yang digunakan dalam pengondisian
operasi, menduduki peranan kunci di dalam teori Skinner, jadwal perkuatan
adalah aturan yang menentukan dalam bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan
akan disampaikan.
3. Tingkah
laku takhyul
Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan
respons-respons itulah yang disebutnya tingkah laku takhyul. Tingkah laku takhyul
ini tidak hanya dari pengalaman pribadi, tetapi bisa saja sejarah turun
temurun.
4. Shaping
Shaping ialah pembentukan suatu respons-respons lain
yang mengarah atau mendekati respons-respons yang ingin dibentuk itu.
5. Pemerkuat
skunder
Pemerkuat skunder adalah kejadian yang memiliki
nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat primer,
berdasarkan pengalaman pengondisian atau proses beajar pada organisme. Yang
terpenting dalam hal ini ialah kecendrungan yang digeneralisasikan apabila dipasangkan
dengan lebih dari satu pemerkuat primer.
6. Penggunaan
stimulus aversif
Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak
menyenangkan, tidak diharapkan dan selalu ingin dihindari oleh organisme. Ada
dua metode sehubungan dengan stimulus aversif yakni metode hukuman dan metode
perkuatan negatif.
7. Generalisasi
dan diskriminasi stimulus
Generalisasi
stimulus itu memiliki arti penting bagi perbendaharaan dan integritas tingkah
laku individu. Tanpa adanya generalisasi stimulus, tingkah laku individu akan terbatas dan tidak
terintegrasi, sehinga menyebabkan inividu tersebut harus mengulang-ulang
pembelajarannya. Selain itu generalisasi juga mengembangkan tingkah laku
adaptif atau penyesuaian dirinya melalui kemampuan membedakan atau
diskriminasi.
BAB
IV
TEORI
KEPRIBADIAN SPRANGER
A. Rokh
Subjektif dan Rokh Objektif
Spranger memandang manusia sebagai
makhluk alam, yang tidak dapat diselidiki dengan metode ilmiah positif. Tujuan
psikologi menurut Spranger yakni menangkap arti maksud atau makna rokh manusia
dan manifestasikan dengan cara memahaminya (verstehem). Dalam hal itu dia
membedakan adanya rokh subjektif dan rokh objektif.
Rokh
subjektif atau rokh individual yaitu rokh yang terdapat pada manusia
masing-masing. Rokh ini hanya dapat dipahami melalui pemahaman terhadap
nilai-nilai kebudayaan. Sedangkan rokh obyektif atau rokh supra individual
yaitu rokh seluruh umat manusia, yang merupakan kebudayaan yang terjelma dan
berkembang selama berabad-abad oleh manusia individual, dapat juga disebut rokh
kebudayaan. Diantara kedua rokh ini terjadi hubungan saling pengaruh
mempengaruhi.
B. Nilai-Nilai
Kebudayaan
Kebudayaan
sebagai sistem atau struktur nilai-nilai, oleh Spranger dikelompokkan menjadi
enam kelompok nilai atau lapangan hidup, yang kemudian digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
1.
Lapangan-lapangan
nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu, yang meliputi;
a.
Lapangan pengetahuan
b.
Lapangan ekonomi
c.
Lapangan kesenian
d.
Lapagan keagamaan
2.
Lapangan-lapangan
nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota masyarakat, yang
meliputi:
a. Lapangan
kemasyarakatan
b. Lapangan
politik
C. Tipologi
Spranger
Dengan mendasarkan kepada enanm
nilai kebudayaan yang ada pada tiap individu dan kenyataan adanya salah satu
nilai saja yang dominan, maka Spranger selanjutnya mengolongkan manusia kedalam
enam tipe kepribadian. Tipe tersebut ialah:
1.
Tipe-Tipe
Manusia Menurut Spranger
Menurut Spranger
pada setiap individu mengandung keenam nilai kebudayaan, tetapi dalam
kenyataannya hanya salah satu nilai saja yang dominan dan ini akan memberikan
corak kepribadian seseorang.
Tabel tipe-tipe manusia menurut
Spranger
No
|
Nilai
Kebudayaan yang dominan
|
Tipe
|
Tingkah
Laku Dasar
|
1
|
Ilmu
pengetahuan
|
Manusia
teori
|
Berfikir
dan belajar, mencintai kebenaran
|
2
|
Ekonomi
|
Manusia
ekonomi
|
Bekerja
dan mengumpulkan harta
|
3
|
Kesenian
|
Manusia
esthesis
|
Menikmati
keindahan dan suka bersahaja
|
4
|
Keagamaan
|
Manusia
agama
|
Memuja,
hidup hanya untuk Tuhan dan akherat
|
5
|
Kemasyaraktan
|
Manusia
sosial
|
Suka
berkorban, mengabdi kepada tuhan dan mencintai masyarakat
|
6
|
Politik
|
Manusia
kuasa
|
Ingin
berkuasa, ingin menguasai, ingin memerintah orang lain
|
2.
Penyandraan
Tipe-Tipe
Menurut
Spranger, corak hidup seseorang ditentukan oleh nilai kebudayaan yang dominan,
yaitu nilai yang dianggapnya sebagai nilai tertinggi. Penjelasan dari tipe-tipe
itu, yakni:
a.
Manusia Teori
Manusia teori
adalah seorang intelektualis sejati, manusia ilmu. Ciri utama tipe ini ialah
mencapai kebenaran dan hakekat benda-benda.
b.
Manusia Ekonomi
Manusia ekonomi
selalu saja memikirkan upaya-upaya yang praktis, perhatiannya terutama tertuju
kepada hasil bagi diri sendiri. Manusia golongan ini akan menilai segala
sesuatu dari segi kegunaan dan nilai ekonomisnya, sikapnya egosentris.
c.
Manusia Esthesis
Manusia esthesis
mengutamakan keindahan, keselarasan
dalam alam dan berkecendrungan ke arah individualistis. Ia menghayati kehidupan
seakan-akan bukan sebagai pelaku, tetapi sebagai penonton.
d.
Manusia Agama
Manusia agama
akan melihat segala sesuatu dari segi artinya bagi kehidupan rohani.
e.
Manusia Sosial
Manusia sosial
memiliki sifat utama mengenai kebutuhan akan adanya hubungan dari sesamanya. Ia
hidup di antara manusia-manusia lain dan ingin mengabdi kepada kepentingan
umum.
f.
Manusia Kuasa
Manusia kuasa
bertujuan mengejar kesengan dan kesadaran akan kekuasaan. Dorongan utamanya
adalah ingin berkuasa, semua nilai-nilai yang lain diabdikan untuk mencapai
nilai ini.
BAB
V
PSIKOLOGI INDIVIDU
ALLPORT
A. Pendahuluan
Gordon W. Allport mengadakan
penyelidikan yang berbeda dari ahli-ahli lain, yakni dengan melakukan
penyelidikan secara kualitatif dan mengutamakan dorongan-dorangan sadar. Kalau
ahli lain meninjau kepribadian dari segi struktur dinamika dan perkembangan
kepribadian, tetapi Allport tidak demikian. Ia mengatakan bahwa struktur
kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat dan tingkah laku itu
didorong oleh sifat-sifat itu.
Uraian
mengenai kepribadian menurut Allport, dapat disistematisasikan seperti berikut:
A. Pendahuluan
B. Kepribadian,
watak, tempramen
C. Sifat/ traits
D. Intensi,
proprium, dan otonomi fungsional
E. Perkembanga
kepribadian
B. Kepribadian,
Watak dan Tempramen
1.
Kepribadian
Kepribadian
dipandangnya sebagai suatu organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikologi yang mentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
sekitar.
2.
Watak/ Karakter
Allport
menunjukkan bahwa keduanya tidak sama, menurutnya watak menunjuk arti normatif
fan menyatakan bahwa watak adalah kepribadian dinihari. Sedangkan kepribadian
adalah watak tak dinilai.
3.
Tempramen
Menurut Allport,
tempramen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk juga
mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi,
kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari pada fluktuasi dan
intensitas hati.
C. Sifat
Traits
1.
Sifat/ Traits
Sifat atau
traits diberikan batasan sebagai sistem neurophisis yang digeneralisasikan dan
diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara
sama dan memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresi secara
sama.
2.
Sikap/ Attitudes
Antara keduanya
ada persamaan dan perbedaan. Persamaanya bahwa keduanya merupakan pradisposisi
untuk berespon kedua-duanya khas dan mendorong serta keduanya merupakan hasil
dari faktor genetis dan belajar. Sedangkan dari segi perbedaanya, sikap itu
berhubungan dengan suatu objek sedangkan sifat tidak (lebih besar dari sikap)
dan yang lain sikap itu biasanya memberi penilaian (terima atau menolak)
sedangkan sifat tidak.
3.
Tipe
Tipe adalah
konstruksi idel si pengamat, dan orang dapat disesuaikan dengan tipe itu,
tetapi resiko diabaikan sifat-sifat khas individualnya. Sifat dapat
mencerminkan sifat khas pribadinya sedangkan tipe malah menyembunyikan.
4.
Sifat-sifat umum
dan sifat-sifat individual
Semua sifat itu
adalah sifat individual, artinya khas dan hanya dapat dikenakan pada satu
individu, sedangkan sifat umum sama sekali bukanlah sifat yang sebenarnya,
melainkan hanyalah aspek-aspek yang diukur dari pada sifat individu yang
kompleks.
5.
Sifat pokok,
sifat sentral dan Sifat sekunder
a.
Sifat pokok
sifat pokok itu
begitu menonjol sehingga banyak kegiatan-kegiatan yang berlangsung karena
pengaruh sifat pokok itu.
b.
Sifat sentral
sifat sentral
lebih khas, merupakan kecendrungan individu yang sangat khas, sering berfungsi
dan mudah ditandai.
c.
Sifat sekunder
sifat sekunder
ini berfungsi lebih terbatas, kurang menentukan di dalam deskripsi
kepribadian,cdan lebih terpusat pada respons-respons yang di dasarnya serta
perangsang-perangsang yang dicocokinya.
6.
Kebebasan dari
pada sifat-sifat
Sifat itu
cenderung mempunyai pusat, dan disekitar pusat itulah pengaruhnya berfungsi.
Tetapi tingkah laku yang ditimbulkanny secara serempak juga diperngaruhi oleh
sifat-sifat yang lain.
7.
Konsistensi dari
pada sifat-sifat
Sifat itu hanya
dapat dikenal karena keteraturan atau ketetapannya di dalam cara individu
bertingkah laku.
D. Intensi,
Proprium dan Otonomi Fungsional
1.
Intensi
Digunakan
dalam arti yang meliputi pengertian harapan-harapan, keinganan ambisi,
cita-cita serta rencana-rencana seseorang.
2.
Proprium
Allport
mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego itu disebut fungsi proprium
(propriate function) dari kepribadian. Proprium ini sendiri berkembang di dalam
perkembangan individu.
3.
Otonomi
Fungsional
Merupak suatu
prinsip yang menyatakan bahwa aktivitas tertentu atau bentuk tingkah laku
tertentu dapat menjadi akhir atau menjadi tujuan itu sendiri, walaupun dalam
kenyataannya mula-mula terjadi karena sesuatu alasan lain.
E. Perkembangan
Kepribadian
Dalam membahas perkembangan
kepribadian ini, Allport meninjau dari masa kanak-kanak dengan melewati
transformasinya , sampai kemasa dewasa.
1.
Masa Kanak-kanak
Sejak kanak-kanak sampai dewasa, anak
berkembang dengan melewati garis-garis yang berganda. Dalam perkembangan itu
digunakan mekanisme untuk membuat deskripsi mengenai perubahan-perubahan
tersebut, yang meliputi 14 macam antara lain: differensiasi, integrasi,
matarasi/pemasakan, belajar, kesadaran diri dan lain sebagainya.
Menurut Allport,
manusia itu pada waktu lahir adalah makhluk biologis, lalu berkembang menjadi
makhluk yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas dan
merupakan inti dari pada tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi masa depan.
2.
Orang Dewasa
Pada orang
dewasa yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat yang teroganisir dan
selaras, sifat-sifat itu timbul dalam berbagai cara dari
perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki sejak neonathus. Pada manusia dewasa
hendaknya memiliki hal seperti berikut:
a.
Extension of
self
Hidup tidak
harus terikat pada satu kegiatan saja tetapi harus dapat membaginya dan menikmati
berbagai macam kegiatan lainnya.
b.
Self
objectification
Meliputi dua
komponen, humor (kecakapan untuk mepertahankan hubungan positif pada diri
sendiri) dan insight (kecakapan untuk mengerti dirinya sendiri).
c.
Filsafat hidup
Filsafat hidup
adalah latar belakang yang mendasari segala perbuatan individu, yang memberinya
arti dan tujuan akan segala sesuatu.
BAB
VII
PSIKOLOGI
MEDAN KURT LEWIN
Kurt
Lewin di dalam mempelajari psikologi sangat dipengaruhi oleh teori medan dari
ilmu alam. Semula Kurt Lewin bekerja sama dengan Wertheirmer dan Kohler. Dan
terakhir Lewin memimpin pusat riset yang menyelidiki dinamika kelompok.
Teorinya disebut jiga psikologi medan, dan teoti ini dapat dipelajari dari
kerangka, struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.
A. Struktur
Kepribadian
Merupakan
suatu kenyataan psikologis bahwa pribadi manusia itu selalu ada dalam
lingkungannya dan tidak mungkin dipikirkan lepas dari lingkungnnya itu. pada
bagian struktur kepribadian ini akan membahas mengenai:
1.
Pribadi
Dapat
digambarkan secara struktural dengan cara melukiskannya sebagai keseluruhan
yang terpisah dari hal-hal lainnya di dunia ini.
2.
Lingkungan
Psikologis
Lingkungan
psikologis ialah lingkungan sebagaimana adanya bagi seseorang. Sifatnya tidak
hanya ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan objektif, tetapi juga oleh
sifat-sifat pribadi.
3.
Ruang Hidup
Merupakan daerah
di dalam segi empat, termasuk juga lingkaran pribadi, sering juga disebut Life
Space, medan psikologis atau keseluruhan situasi.
4.
Differensiasi
Ruang Hidup
Struktur ruang hidup
tifak homogen namun heterogen, terdiri dari berbgai macam bagian-bagian yang
satu sama lainnya saling berhubungan dan saling bergantung. Differensiasi
sendiri terbagi menjadi dua, yakni:
a.
Pribadi
berdifferensiasi
b.
Lingkungan
psikologis berdifferensiasi
5.
Banyaknya daerah
Banyaknya daerah
di dalam ruang hidup, ditentukan oleh banyaknya faktor-faktor psikologis yang
ada pada sesuatu saat.
6.
Dimensi-dimensi
ruang hidup
Ruang hidup itu
mempunyai dimensi waktu dan dimensi realitas-irealitas.
a.
Dimensi waktu
Lewin menekankan
pada prinsip ke-KINI-an. Menurut prinsip ini masa lampau dan atau masa depan
tidak mempengaruhi tingkah laku kini, tetapi sikap, perasaan, pikiran dan
sebagainya mengenai masa lampaunya dan atau masa depan, mempengaruhi tingkah
laku kini.
b.
Dimensi
realitas-irealitas
Differensiasi
dalam ruang hidup itu, membawa pula differensiasi dalam realitas-irealitas.
Realitas berisikan fakta-fakta sebenarnya, sedangkan irealitas berisi fakta
khayal.
B. Dinamika
Kepribadian
Pengertian
pokok yang dipergunakan Lewin dalam meninjau dimamika kepribadian yaitu:
1.
Energi
Setiap gerak
atau kerja itu pasti menggunakan energi. Pribadi dipandangnya sebagai sistem
energi. Energi yang menyebabkan kerja psikologis disebutnya energi psikis.
2.
Pegangan/
Tension
Tegangan adalah
keadaan pribadi, keadaan relatif daerah dalam pribadi yang satu terhadap daerah
yang lain yang oleh Lewin diseebutnya sebagai sistem.
3.
Need (Kebutuhan)
Kebutuhan adalah
keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan meningkatnya tension, dapat berupa
keadaan fisiologis (lapar, haus dan lainnya), keinginan akan sesuatu (baju,
mobil dan lainnya) dan keinginan mengerjakan sesuatu.
4.
Valensi (Nilai)
Valensi adalah
nilai lingkungan psikologis bagi pribadi, yaitu nilai positif ataupun nilai
negatif.
5.
Force atau
Vektor
Force atau
vektor adalah yang mendorong pribadi untuk bergerak dalam lingkungan
psikologis. Suatu gerakan terjadi bila ada kekuatan yang cukup besar, yang
mendorong pribadi.
6.
Locomotion
(Gerakan)
Merupkan suatu
gambaran tentang proses gerakan dimana pribadi menginginkan sesuatu.
7.
Perubahan
Struktur
Dalam
berlangsung dalam dua cara. Pertama, nilai daerah brubah dengan cara kuantatif
dan kualitatif. Kedua, vektor berubah dimana inti dari belajar dan pemecahan
masalah.
8.
Tujuan Proses
Psikologis
Menurut Lewin
tujuan semua proses psikologis adalah kembali ke keseimbangan jiwa, yaitu
keadaan tanpa tegangan. Proses ini dinamakan prinsip psychological homestatis.
C. Perkembangan
Kepribadian
Hakekat
perkembangan menurut Lewin adalah perubahan-perubahan tingakah laku (behavioral
changes). Adapun perkembangan kepribadian itu dapat dipahami dari pengertian
berikut.
1.
Perkembangan
berarti perubahan di dalam variasi tingkah laku.
2.
Perkembangan
berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.
3.
Perkembangan
berarti bertambah luasnya arena aktivitas.
4.
Perkembangan
berarti perubahan dalam taraf realitas.
5.
Perkembangan
berarti makin teridifferensiasinya tingkah laku.
6.
Perkembangan
berarti differensiasi dan strafikasi.
BAB
VII
PSIKOLOGI HUMANISTIK MASLOW
PSIKOLOGI HUMANISTIK MASLOW
A. Eksistensialisme
dan Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik diperkenalkan
oleh sekelompok ahli psikologi pada awal tahun 1960an, di bawah kepemimpinan
Maslow. Bermula dari suatu niat untuk menemukan alternatif atas dua teori
psikologi yang sangat berpengaruh pada waktu itu (psikoanalisa dan
behaviorisme). Dasarnya ialah salah satu aliran filsafat modern yakni
Eksistensialisme.
Beberapa hal dari eksistensialisme
yang diambil oleh psikologi humanistik antara lain:
1.
Eksistensialisme
menekankan bahwa manusia memliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi
tindakan-tindakannya.
2.
Konsep
kemenjadian (booming). Yakni manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam
proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.
3.
Tekanannya
terhadap kesadaran manusia, perasaan subjektif dan pengalaman-pengalaman
personal yang berkaitan denga keberadaan individu dalam dunia bersama
individu-individu lainnya.
B. Pokok
ajaran psikologi humanistik Maslow
1.
Individu sebagai
keseluruhan yang integral
Motivasi
mempengaruhi individu secara keseluruhan bukan sebagian. Misalnya, tidak ada
kebutuhan perut, mulut atau seks. Yang ada kebutuhan individu yang lapar bukan
perut Joni tetapi Joni.
2.
Penyelidikan
dengan hewan tidak relevan
Maslow dan para
humanistik lainnya berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk hidup, berbeda
dengan hewan apapun.
3.
Pemahaman baik
manusia
Menurut
psikologi humanistik manusia itu pada dasarnya baik, atau setidaknya netral.
Kalaupun menjadi jelek atau jahat, kekuatan menjadi jelek itu adalah hasil dari
lingkungan yang buruk dan bukan merupakan bawaan.
4.
Potensi kreatif
manusia
Maslow yakin
bila setiap orang memiliki kesempatan untuk menghuni liengkungan yang
menunjang, setiap orang dengan
kreativitasnya itu akan mampu mengungkapkan seluruh potensi yang dimilikinya.
Kreativitas adalah kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian
diri.
5.
Penekanan pada
kesehatan psikologis
Maslow
beranggapan bahwa kita tidak bisa memahami gangguan mental sebelum kita
memahami kesehatan mental. Dengan mempelajarai model-model yang kerdil atau
tidak matang dan tidak sehat kita hanya akan memperoleh psikologi kerdil.
Karena itu Maslow menekankan perlunya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat
sebagai landasan bagi penggambaran psikologi yang universal.
C. Teori
Kebutuhan Bertingkat
Menurut
Maslow kebutuhan manusia adalah bawaan, tersusun menurut tingkatannya.
Kebutuhan manusia yang bertingkat itu dapat dirinci ke dalam lima tingkatan
kebutuhan, yaitu:
1.
Kebutuhan-kebutuhan
fisiologis
2.
Kebutuhan akan
rasa aman
3.
Kebutuhan akan
rasa cinta dan rasa memiliki
4.
Kebutuhan akan
rasa harga diri
5.
Kebutuhan akan
Aktualisasi diri
Menurut
Maslow kebutuhan yang ada di tingkat dasar menuntut pemuasan yang lebih
mendesak dari pada kebutuhan yang ada diatasanya.
1.
Kebutuhan-kebutuhan
dasar fisiologis.
Merupakan
sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan
langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup (makan,
minum, udara, istirahat, keseimbangan
temperatur, seks, dan kebutuhan akan stimulasi sensori). Oleh karena itu
kebutuhan ini harus didahulukan karena sifatnya yang mendesak.
2.
Kebutuhan akan
rasa aman.
Kebutuhan rasa
aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh
ketentraman, kepastian dan keteraruran dari keadaan lingkungan. Indikasi lain
dari kebutuhan ini ialah ketergantungan.
3.
Kebutuhan akan
rasa cinta dan memiliki.
Merupaka suatu
kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan
emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun di lingkungan
masyarakat. Kebutuhan akan cinta itu mencakup keinginan untuk mencintai dan
dicintai.
4.
Kebutuhan akan
rasa harga diri, dan
Kebutuhan akan
rasa harga diri (need for self esteem) oleh Maslow dibagi menjadi dua yaitu (1)
penghormatan dari diri sendiri, dan (2) penghargaan orang lain. Terpuaskannya kebutuhan
akan rasa harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa
berharga, rasa takut, rasa mampu, dan perasaan berguna.
5.
Kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Kebutuhan akan
aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan kebutuhan manusia yang
palig tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila
kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawahnya telah terpuaskan dengan baik.
D. Penerapan
Aktualisasi Diri
Pencapaian aktualisasi diri
merupakan penggambaran yang optimis dari corak kehidupan yang ideal, Maslow
memberikan 15 ciri dari orang yang self-actualized dengan harapan dapat menjadi
petunjuk bagaimana keadaan pribadi bisa mencapai taraf ideal itu. Adapun
ciri-ciri self-actualized itu adalah:
1.
Mengamati
realitas secara efisien.
Ditandai antara
lain seperti kemampuan melihat realitas sperti apa adanya, tanpa dicampuri oleh
keinginan-keinginan atau harapan-harapan.
2.
Penerimaan atas
diri sendiri, orang lain dan kodrat.
Orang-orang
self-actualized menaruh hormat kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain,
serta mampu menerima kodrat dengan segala kekurangan dan kelemahannya secara
tulus, selain itu mereka juga bebas dari perasaan berdosa yang berlebihan,
perasaan malu yang beralasan, dan perasaan cemas yang melemahkan.
3.
Spontan, sederhana
dan wajar
Tingkah laku
orang-orang self-actualized adalah spontan, sederhana, tidak dibuat-buat dan
tidak terikat, tingkah laku yang demikian itu bersumber dari dalam pribadinya.
4.
Pemisahan diri
dan kebutuhan privasi
Orang-orang
self-actualized mereka memiliki masalah melampaui kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri, mereka memiliki dedikasi terhadap tugas atau pekerjaannya.
5.
Kemandirian dari
kebudayaan dan lingkungan
Kebutuhan
privasi bagi orang-orang self-actualized lebih besar dari pada kebutuhan
privasi kebanyakan orang.
6.
Kemandirian dari
kebudayaan dan lingkungan
Kemandirian
orang-orang yang self-actualizes menjadikan mereka memiliki kadar arah yang
tinggi. Mereka lebih bergantung kepada potensi yang dimilikinya sendiri dalam
perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya.
7.
Kesegaran dan
apresiasi
Orang-orang
self-actualized, mereka menghargai hal-hal yang pokok dalam kehidupan dengan
rasa kagum, gembira dan bahkan heran, meski orang lain menganggapnya
membosankan.
8.
Pengalaman
puncak atau pengalaman mistik
Orang-orang
self-actualized umumnya memiliki apa yang ia sebut pengalaman puncak
(momen-momen dari perasaan yang mendalam) atau pengalaman mistik.
9.
Minat sosial
Orang-orang
self-actualized mengalami ikatan perasaan yang mendalam dengan sesamanya.
Mereka memiliki hasrat yang tulus untuk membantu memperbaiki sesamanya.
10.
Hbungan antar
pribadi
Orang-orang
self-actualized cenderung menciptakan hubungan antar pribadi lebih mendalam
dibandingkan dengan kebanyakan orang. Mereka cenderung membangun hubungan yang
dekat denga orang-orang yang dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan
karakter.
11.
Berkarakter
demokratis
Orang-orang
self-actualized memiliki karakter demokratis, bebas dari prasangka, menaruh
hormat kepada semua orang.
12.
Perbedaan antara
cara dan tujuan
Orang-orang
self-actualized memiliki standard moral dan ets yang tegas, sehingga jarang
ditemui mereka yang menunjukkan kekacauan, keridak konsistenan dan
konflik-konflik.
13.
Rasa humor yang
filosofis
Orang-orang
self-actualized memiliki rasa humor yang filosofis, yaitu humor yang
mengekspresikan kritik atas kebodohan, kelancangan atau kecurangan manusia.
14.
Kreativitas
Adanya daya temu
dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang atau berbeda dari gagasan yang lama.
15.
Penolakan
enkultrasi
Orang-orang
self-actualized adalah orang yang otonom, yang bisa dan berani membuat
keputusan-keputusan sendiri, meskipun keputusan itu berbeda atau bertentangan
dengan pendapat umum. BAB
III
BEHAVIORISME
SKINNER
A.
pendahuluan
Behaviorisme merupakan salah satu aliran dalam
psikologi yang didirikan oleh J. B. Watson pada tahun 1913. Ciri utamanya ialah
pandangan yang mekanistis dan matrealistis dalam pendekatan objektif terhadap
tingkah laku manusia. Selain Watson tokoh lainnya dalam aliran ini ialah Edwin
Guthrie, Clark Hull, Edwan Talman dan Burhus Fredric Skinner.
B.
Pendekatan
Psikologi Skinner
Menurut Skinner psikologi, terutama lapangan
pembelajaran, tidak bisa mengandalakan hanya pada teori-teori yang
diformulasikan. Untuk dapat memahami pendekatan Skinner tentang tingkah laku
manusia, perlu pembahasan tentang masalah-masalah yang menyangkut pendekatan
pembelajaran behavioristik seperti berikut.
1.
Otonomi Manusia
Skinner menolak penguraiann tingkah
laku yang didasarkan pada konsep hipotesis yang terdapat dan menentukan diri
manusia seperti self ego dan sebagainya. Menurutnya mekanisme-mekanisme
mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemeikiran animisme. Bagi
Skinner manusia otonom hanyalah suatu konsep untuk menerangkan sesuatu yang
belum mampu kita terangkan dengan orang lain. Selain itu, menurutnya manusia
adalah kotak tertutup, dan seluruh variabel yang mengantarai tingkah laku dan
out put tingkah laku (seperti motif, dorongan emosi dan sebagainya), haruslah
dikesampingkan dari penyelidikan psikologi.
2.
Penolakan atas
penguraian fisiologis-genetik
Menurut Skinner permasalahan di
dalam psikologi tidak dapat ditemukan penyelesaiannya dalam laboratorium
fisiologi, karena penguraian konsepsi-konsepsi fisiologi-genetik dari tingkah
laku itu tidak memungkinkan dapat dimanipulasi.
3.
Psikologi
sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh
tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa
dikendalikan. Dia dengan jelas menolak anggapan bahwa manusia adalah makhluk
yang bebas berkehendak atau tingkah laku bisa muncul tanpa sebab. Menurutnya
seluruh ilmu pengetahuan berkembang dari sederhana menuju kompleks, dan oleh
karenanya adalah logis mempelajari infrahuman, sebelum memperlajari manusia.
4.
Kepribadian
menurut pandangan Behaviorisme Skinner
Skinner menolak pemikiran mengenai
kepribadian atau self sebagai pendorong dan pengaah tingkah laku. Menurutnya
studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas
sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik yang khas pada
individu. Studi tentang kepribadian ditujukan untuk menemukan pola yang khas dari
kaitan antara tingkah laku organisme (individu) dan konsekuensi-konsekuensi
yang diperkuatnya.
C.
Operant
Kondisioning
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku,
yakni responden dan operan. Tingkah laku responden adalah suatu proses yang
spesifik yang ditimbulkan ileh stimulus yang dikenal, dan stimulus ini selalu
mendahului respons. Pada tingkah laku respons juga dilihat bahwa stimulus yang
sama akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dan species yang
sama, dan tingkah laku responden itu biasanya menyertakan refleks-refleks yang
melibatkan sistem saraf otonom.
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang
diperoleh individu melalui pengondisian operan atau instrumental, yang
ditentukan oleh kejadian yang mengikuti respons. Dalam upaya mempelajari
tingkah laku operan di laboratorium Skinner menggunakan prosedur pengondisian
operant (Operant Conditioning) dengan hewan percobaan tikus. Hal yang
diperhatikan dalam percobaannya itu antara lain:
1. Mencatat
tingkah laku operant
Sumber data psikologi yang paling berarti adalah
tingkatan merespons dari organisme yaitu jumlah respons yang dihasilkan dalam
unit waktu tertentu.
2. Jadwal
perkuatan
Konsep perkuatan yang digunakan dalam pengondisian
operasi, menduduki peranan kunci di dalam teori Skinner, jadwal perkuatan
adalah aturan yang menentukan dalam bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan
akan disampaikan.
3. Tingkah
laku takhyul
Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan
respons-respons itulah yang disebutnya tingkah laku takhyul. Tingkah laku takhyul
ini tidak hanya dari pengalaman pribadi, tetapi bisa saja sejarah turun
temurun.
4. Shaping
Shaping ialah pembentukan suatu respons-respons lain
yang mengarah atau mendekati respons-respons yang ingin dibentuk itu.
5. Pemerkuat
skunder
Pemerkuat skunder adalah kejadian yang memiliki
nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat primer,
berdasarkan pengalaman pengondisian atau proses beajar pada organisme. Yang
terpenting dalam hal ini ialah kecendrungan yang digeneralisasikan apabila dipasangkan
dengan lebih dari satu pemerkuat primer.
6. Penggunaan
stimulus aversif
Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak
menyenangkan, tidak diharapkan dan selalu ingin dihindari oleh organisme. Ada
dua metode sehubungan dengan stimulus aversif yakni metode hukuman dan metode
perkuatan negatif.
7. Generalisasi
dan diskriminasi stimulus
Generalisasi
stimulus itu memiliki arti penting bagi perbendaharaan dan integritas tingkah
laku individu. Tanpa adanya generalisasi stimulus, tingkah laku individu akan terbatas dan tidak
terintegrasi, sehinga menyebabkan inividu tersebut harus mengulang-ulang
pembelajarannya. Selain itu generalisasi juga mengembangkan tingkah laku
adaptif atau penyesuaian dirinya melalui kemampuan membedakan atau
diskriminasi.
BAB
IV
TEORI
KEPRIBADIAN SPRANGER
A. Rokh
Subjektif dan Rokh Objektif
Spranger memandang manusia sebagai
makhluk alam, yang tidak dapat diselidiki dengan metode ilmiah positif. Tujuan
psikologi menurut Spranger yakni menangkap arti maksud atau makna rokh manusia
dan manifestasikan dengan cara memahaminya (verstehem). Dalam hal itu dia
membedakan adanya rokh subjektif dan rokh objektif.
Rokh
subjektif atau rokh individual yaitu rokh yang terdapat pada manusia
masing-masing. Rokh ini hanya dapat dipahami melalui pemahaman terhadap
nilai-nilai kebudayaan. Sedangkan rokh obyektif atau rokh supra individual
yaitu rokh seluruh umat manusia, yang merupakan kebudayaan yang terjelma dan
berkembang selama berabad-abad oleh manusia individual, dapat juga disebut rokh
kebudayaan. Diantara kedua rokh ini terjadi hubungan saling pengaruh
mempengaruhi.
B. Nilai-Nilai
Kebudayaan
Kebudayaan
sebagai sistem atau struktur nilai-nilai, oleh Spranger dikelompokkan menjadi
enam kelompok nilai atau lapangan hidup, yang kemudian digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
1.
Lapangan-lapangan
nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu, yang meliputi;
a.
Lapangan pengetahuan
b.
Lapangan ekonomi
c.
Lapangan kesenian
d.
Lapagan keagamaan
2.
Lapangan-lapangan
nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota masyarakat, yang
meliputi:
a. Lapangan
kemasyarakatan
b. Lapangan
politik
C. Tipologi
Spranger
Dengan mendasarkan kepada enanm
nilai kebudayaan yang ada pada tiap individu dan kenyataan adanya salah satu
nilai saja yang dominan, maka Spranger selanjutnya mengolongkan manusia kedalam
enam tipe kepribadian. Tipe tersebut ialah:
1.
Tipe-Tipe
Manusia Menurut Spranger
Menurut Spranger
pada setiap individu mengandung keenam nilai kebudayaan, tetapi dalam
kenyataannya hanya salah satu nilai saja yang dominan dan ini akan memberikan
corak kepribadian seseorang.
Tabel tipe-tipe manusia menurut
Spranger
No
|
Nilai
Kebudayaan yang dominan
|
Tipe
|
Tingkah
Laku Dasar
|
1
|
Ilmu
pengetahuan
|
Manusia
teori
|
Berfikir
dan belajar, mencintai kebenaran
|
2
|
Ekonomi
|
Manusia
ekonomi
|
Bekerja
dan mengumpulkan harta
|
3
|
Kesenian
|
Manusia
esthesis
|
Menikmati
keindahan dan suka bersahaja
|
4
|
Keagamaan
|
Manusia
agama
|
Memuja,
hidup hanya untuk Tuhan dan akherat
|
5
|
Kemasyaraktan
|
Manusia
sosial
|
Suka
berkorban, mengabdi kepada tuhan dan mencintai masyarakat
|
6
|
Politik
|
Manusia
kuasa
|
Ingin
berkuasa, ingin menguasai, ingin memerintah orang lain
|
2.
Penyandraan
Tipe-Tipe
Menurut
Spranger, corak hidup seseorang ditentukan oleh nilai kebudayaan yang dominan,
yaitu nilai yang dianggapnya sebagai nilai tertinggi. Penjelasan dari tipe-tipe
itu, yakni:
a.
Manusia Teori
Manusia teori
adalah seorang intelektualis sejati, manusia ilmu. Ciri utama tipe ini ialah
mencapai kebenaran dan hakekat benda-benda.
b.
Manusia Ekonomi
Manusia ekonomi
selalu saja memikirkan upaya-upaya yang praktis, perhatiannya terutama tertuju
kepada hasil bagi diri sendiri. Manusia golongan ini akan menilai segala
sesuatu dari segi kegunaan dan nilai ekonomisnya, sikapnya egosentris.
c.
Manusia Esthesis
Manusia esthesis
mengutamakan keindahan, keselarasan
dalam alam dan berkecendrungan ke arah individualistis. Ia menghayati kehidupan
seakan-akan bukan sebagai pelaku, tetapi sebagai penonton.
d.
Manusia Agama
Manusia agama
akan melihat segala sesuatu dari segi artinya bagi kehidupan rohani.
e.
Manusia Sosial
Manusia sosial
memiliki sifat utama mengenai kebutuhan akan adanya hubungan dari sesamanya. Ia
hidup di antara manusia-manusia lain dan ingin mengabdi kepada kepentingan
umum.
f.
Manusia Kuasa
Manusia kuasa
bertujuan mengejar kesengan dan kesadaran akan kekuasaan. Dorongan utamanya
adalah ingin berkuasa, semua nilai-nilai yang lain diabdikan untuk mencapai
nilai ini.
BAB
V
PSIKOLOGI INDIVIDU
ALLPORT
A. Pendahuluan
Gordon W. Allport mengadakan
penyelidikan yang berbeda dari ahli-ahli lain, yakni dengan melakukan
penyelidikan secara kualitatif dan mengutamakan dorongan-dorangan sadar. Kalau
ahli lain meninjau kepribadian dari segi struktur dinamika dan perkembangan
kepribadian, tetapi Allport tidak demikian. Ia mengatakan bahwa struktur
kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat dan tingkah laku itu
didorong oleh sifat-sifat itu.
Uraian
mengenai kepribadian menurut Allport, dapat disistematisasikan seperti berikut:
A. Pendahuluan
B. Kepribadian,
watak, tempramen
C. Sifat/ traits
D. Intensi,
proprium, dan otonomi fungsional
E. Perkembanga
kepribadian
B. Kepribadian,
Watak dan Tempramen
1.
Kepribadian
Kepribadian
dipandangnya sebagai suatu organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikologi yang mentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
sekitar.
2.
Watak/ Karakter
Allport
menunjukkan bahwa keduanya tidak sama, menurutnya watak menunjuk arti normatif
fan menyatakan bahwa watak adalah kepribadian dinihari. Sedangkan kepribadian
adalah watak tak dinilai.
3.
Tempramen
Menurut Allport,
tempramen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk juga
mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi,
kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari pada fluktuasi dan
intensitas hati.
C. Sifat
Traits
1.
Sifat/ Traits
Sifat atau
traits diberikan batasan sebagai sistem neurophisis yang digeneralisasikan dan
diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara
sama dan memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresi secara
sama.
2.
Sikap/ Attitudes
Antara keduanya
ada persamaan dan perbedaan. Persamaanya bahwa keduanya merupakan pradisposisi
untuk berespon kedua-duanya khas dan mendorong serta keduanya merupakan hasil
dari faktor genetis dan belajar. Sedangkan dari segi perbedaanya, sikap itu
berhubungan dengan suatu objek sedangkan sifat tidak (lebih besar dari sikap)
dan yang lain sikap itu biasanya memberi penilaian (terima atau menolak)
sedangkan sifat tidak.
3.
Tipe
Tipe adalah
konstruksi idel si pengamat, dan orang dapat disesuaikan dengan tipe itu,
tetapi resiko diabaikan sifat-sifat khas individualnya. Sifat dapat
mencerminkan sifat khas pribadinya sedangkan tipe malah menyembunyikan.
4.
Sifat-sifat umum
dan sifat-sifat individual
Semua sifat itu
adalah sifat individual, artinya khas dan hanya dapat dikenakan pada satu
individu, sedangkan sifat umum sama sekali bukanlah sifat yang sebenarnya,
melainkan hanyalah aspek-aspek yang diukur dari pada sifat individu yang
kompleks.
5.
Sifat pokok,
sifat sentral dan Sifat sekunder
a.
Sifat pokok
sifat pokok itu
begitu menonjol sehingga banyak kegiatan-kegiatan yang berlangsung karena
pengaruh sifat pokok itu.
b.
Sifat sentral
sifat sentral
lebih khas, merupakan kecendrungan individu yang sangat khas, sering berfungsi
dan mudah ditandai.
c.
Sifat sekunder
sifat sekunder
ini berfungsi lebih terbatas, kurang menentukan di dalam deskripsi
kepribadian,cdan lebih terpusat pada respons-respons yang di dasarnya serta
perangsang-perangsang yang dicocokinya.
6.
Kebebasan dari
pada sifat-sifat
Sifat itu
cenderung mempunyai pusat, dan disekitar pusat itulah pengaruhnya berfungsi.
Tetapi tingkah laku yang ditimbulkanny secara serempak juga diperngaruhi oleh
sifat-sifat yang lain.
7.
Konsistensi dari
pada sifat-sifat
Sifat itu hanya
dapat dikenal karena keteraturan atau ketetapannya di dalam cara individu
bertingkah laku.
D. Intensi,
Proprium dan Otonomi Fungsional
1.
Intensi
Digunakan
dalam arti yang meliputi pengertian harapan-harapan, keinganan ambisi,
cita-cita serta rencana-rencana seseorang.
2.
Proprium
Allport
mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego itu disebut fungsi proprium
(propriate function) dari kepribadian. Proprium ini sendiri berkembang di dalam
perkembangan individu.
3.
Otonomi
Fungsional
Merupak suatu
prinsip yang menyatakan bahwa aktivitas tertentu atau bentuk tingkah laku
tertentu dapat menjadi akhir atau menjadi tujuan itu sendiri, walaupun dalam
kenyataannya mula-mula terjadi karena sesuatu alasan lain.
E. Perkembangan
Kepribadian
Dalam membahas perkembangan
kepribadian ini, Allport meninjau dari masa kanak-kanak dengan melewati
transformasinya , sampai kemasa dewasa.
1.
Masa Kanak-kanak
Sejak kanak-kanak sampai dewasa, anak
berkembang dengan melewati garis-garis yang berganda. Dalam perkembangan itu
digunakan mekanisme untuk membuat deskripsi mengenai perubahan-perubahan
tersebut, yang meliputi 14 macam antara lain: differensiasi, integrasi,
matarasi/pemasakan, belajar, kesadaran diri dan lain sebagainya.
Menurut Allport,
manusia itu pada waktu lahir adalah makhluk biologis, lalu berkembang menjadi
makhluk yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas dan
merupakan inti dari pada tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi masa depan.
2.
Orang Dewasa
Pada orang
dewasa yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat yang teroganisir dan
selaras, sifat-sifat itu timbul dalam berbagai cara dari
perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki sejak neonathus. Pada manusia dewasa
hendaknya memiliki hal seperti berikut:
a.
Extension of
self
Hidup tidak
harus terikat pada satu kegiatan saja tetapi harus dapat membaginya dan menikmati
berbagai macam kegiatan lainnya.
b.
Self
objectification
Meliputi dua
komponen, humor (kecakapan untuk mepertahankan hubungan positif pada diri
sendiri) dan insight (kecakapan untuk mengerti dirinya sendiri).
c.
Filsafat hidup
Filsafat hidup
adalah latar belakang yang mendasari segala perbuatan individu, yang memberinya
arti dan tujuan akan segala sesuatu.
BAB
VII
PSIKOLOGI
MEDAN KURT LEWIN
Kurt
Lewin di dalam mempelajari psikologi sangat dipengaruhi oleh teori medan dari
ilmu alam. Semula Kurt Lewin bekerja sama dengan Wertheirmer dan Kohler. Dan
terakhir Lewin memimpin pusat riset yang menyelidiki dinamika kelompok.
Teorinya disebut jiga psikologi medan, dan teoti ini dapat dipelajari dari
kerangka, struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.
A. Struktur
Kepribadian
Merupakan
suatu kenyataan psikologis bahwa pribadi manusia itu selalu ada dalam
lingkungannya dan tidak mungkin dipikirkan lepas dari lingkungnnya itu. pada
bagian struktur kepribadian ini akan membahas mengenai:
1.
Pribadi
Dapat
digambarkan secara struktural dengan cara melukiskannya sebagai keseluruhan
yang terpisah dari hal-hal lainnya di dunia ini.
2.
Lingkungan
Psikologis
Lingkungan
psikologis ialah lingkungan sebagaimana adanya bagi seseorang. Sifatnya tidak
hanya ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan objektif, tetapi juga oleh
sifat-sifat pribadi.
3.
Ruang Hidup
Merupakan daerah
di dalam segi empat, termasuk juga lingkaran pribadi, sering juga disebut Life
Space, medan psikologis atau keseluruhan situasi.
4.
Differensiasi
Ruang Hidup
Struktur ruang hidup
tifak homogen namun heterogen, terdiri dari berbgai macam bagian-bagian yang
satu sama lainnya saling berhubungan dan saling bergantung. Differensiasi
sendiri terbagi menjadi dua, yakni:
a.
Pribadi
berdifferensiasi
b.
Lingkungan
psikologis berdifferensiasi
5.
Banyaknya daerah
Banyaknya daerah
di dalam ruang hidup, ditentukan oleh banyaknya faktor-faktor psikologis yang
ada pada sesuatu saat.
6.
Dimensi-dimensi
ruang hidup
Ruang hidup itu
mempunyai dimensi waktu dan dimensi realitas-irealitas.
a.
Dimensi waktu
Lewin menekankan
pada prinsip ke-KINI-an. Menurut prinsip ini masa lampau dan atau masa depan
tidak mempengaruhi tingkah laku kini, tetapi sikap, perasaan, pikiran dan
sebagainya mengenai masa lampaunya dan atau masa depan, mempengaruhi tingkah
laku kini.
b.
Dimensi
realitas-irealitas
Differensiasi
dalam ruang hidup itu, membawa pula differensiasi dalam realitas-irealitas.
Realitas berisikan fakta-fakta sebenarnya, sedangkan irealitas berisi fakta
khayal.
B. Dinamika
Kepribadian
Pengertian
pokok yang dipergunakan Lewin dalam meninjau dimamika kepribadian yaitu:
1.
Energi
Setiap gerak
atau kerja itu pasti menggunakan energi. Pribadi dipandangnya sebagai sistem
energi. Energi yang menyebabkan kerja psikologis disebutnya energi psikis.
2.
Pegangan/
Tension
Tegangan adalah
keadaan pribadi, keadaan relatif daerah dalam pribadi yang satu terhadap daerah
yang lain yang oleh Lewin diseebutnya sebagai sistem.
3.
Need (Kebutuhan)
Kebutuhan adalah
keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan meningkatnya tension, dapat berupa
keadaan fisiologis (lapar, haus dan lainnya), keinginan akan sesuatu (baju,
mobil dan lainnya) dan keinginan mengerjakan sesuatu.
4.
Valensi (Nilai)
Valensi adalah
nilai lingkungan psikologis bagi pribadi, yaitu nilai positif ataupun nilai
negatif.
5.
Force atau
Vektor
Force atau
vektor adalah yang mendorong pribadi untuk bergerak dalam lingkungan
psikologis. Suatu gerakan terjadi bila ada kekuatan yang cukup besar, yang
mendorong pribadi.
6.
Locomotion
(Gerakan)
Merupkan suatu
gambaran tentang proses gerakan dimana pribadi menginginkan sesuatu.
7.
Perubahan
Struktur
Dalam
berlangsung dalam dua cara. Pertama, nilai daerah brubah dengan cara kuantatif
dan kualitatif. Kedua, vektor berubah dimana inti dari belajar dan pemecahan
masalah.
8.
Tujuan Proses
Psikologis
Menurut Lewin
tujuan semua proses psikologis adalah kembali ke keseimbangan jiwa, yaitu
keadaan tanpa tegangan. Proses ini dinamakan prinsip psychological homestatis.
C. Perkembangan
Kepribadian
Hakekat
perkembangan menurut Lewin adalah perubahan-perubahan tingakah laku (behavioral
changes). Adapun perkembangan kepribadian itu dapat dipahami dari pengertian
berikut.
1.
Perkembangan
berarti perubahan di dalam variasi tingkah laku.
2.
Perkembangan
berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.
3.
Perkembangan
berarti bertambah luasnya arena aktivitas.
4.
Perkembangan
berarti perubahan dalam taraf realitas.
5.
Perkembangan
berarti makin teridifferensiasinya tingkah laku.
6.
Perkembangan
berarti differensiasi dan strafikasi.
BAB
VII
PSIKOLOGI HUMANISTIK MASLOW
PSIKOLOGI HUMANISTIK MASLOW
A. Eksistensialisme
dan Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik diperkenalkan
oleh sekelompok ahli psikologi pada awal tahun 1960an, di bawah kepemimpinan
Maslow. Bermula dari suatu niat untuk menemukan alternatif atas dua teori
psikologi yang sangat berpengaruh pada waktu itu (psikoanalisa dan
behaviorisme). Dasarnya ialah salah satu aliran filsafat modern yakni
Eksistensialisme.
Beberapa hal dari eksistensialisme
yang diambil oleh psikologi humanistik antara lain:
1.
Eksistensialisme
menekankan bahwa manusia memliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi
tindakan-tindakannya.
2.
Konsep
kemenjadian (booming). Yakni manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam
proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.
3.
Tekanannya
terhadap kesadaran manusia, perasaan subjektif dan pengalaman-pengalaman
personal yang berkaitan denga keberadaan individu dalam dunia bersama
individu-individu lainnya.
B. Pokok
ajaran psikologi humanistik Maslow
1.
Individu sebagai
keseluruhan yang integral
Motivasi
mempengaruhi individu secara keseluruhan bukan sebagian. Misalnya, tidak ada
kebutuhan perut, mulut atau seks. Yang ada kebutuhan individu yang lapar bukan
perut Joni tetapi Joni.
2.
Penyelidikan
dengan hewan tidak relevan
Maslow dan para
humanistik lainnya berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk hidup, berbeda
dengan hewan apapun.
3.
Pemahaman baik
manusia
Menurut
psikologi humanistik manusia itu pada dasarnya baik, atau setidaknya netral.
Kalaupun menjadi jelek atau jahat, kekuatan menjadi jelek itu adalah hasil dari
lingkungan yang buruk dan bukan merupakan bawaan.
4.
Potensi kreatif
manusia
Maslow yakin
bila setiap orang memiliki kesempatan untuk menghuni liengkungan yang
menunjang, setiap orang dengan
kreativitasnya itu akan mampu mengungkapkan seluruh potensi yang dimilikinya.
Kreativitas adalah kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian
diri.
5.
Penekanan pada
kesehatan psikologis
Maslow
beranggapan bahwa kita tidak bisa memahami gangguan mental sebelum kita
memahami kesehatan mental. Dengan mempelajarai model-model yang kerdil atau
tidak matang dan tidak sehat kita hanya akan memperoleh psikologi kerdil.
Karena itu Maslow menekankan perlunya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat
sebagai landasan bagi penggambaran psikologi yang universal.
C. Teori
Kebutuhan Bertingkat
Menurut
Maslow kebutuhan manusia adalah bawaan, tersusun menurut tingkatannya.
Kebutuhan manusia yang bertingkat itu dapat dirinci ke dalam lima tingkatan
kebutuhan, yaitu:
1.
Kebutuhan-kebutuhan
fisiologis
2.
Kebutuhan akan
rasa aman
3.
Kebutuhan akan
rasa cinta dan rasa memiliki
4.
Kebutuhan akan
rasa harga diri
5.
Kebutuhan akan
Aktualisasi diri
Menurut
Maslow kebutuhan yang ada di tingkat dasar menuntut pemuasan yang lebih
mendesak dari pada kebutuhan yang ada diatasanya.
1.
Kebutuhan-kebutuhan
dasar fisiologis.
Merupakan
sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan
langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup (makan,
minum, udara, istirahat, keseimbangan
temperatur, seks, dan kebutuhan akan stimulasi sensori). Oleh karena itu
kebutuhan ini harus didahulukan karena sifatnya yang mendesak.
2.
Kebutuhan akan
rasa aman.
Kebutuhan rasa
aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh
ketentraman, kepastian dan keteraruran dari keadaan lingkungan. Indikasi lain
dari kebutuhan ini ialah ketergantungan.
3.
Kebutuhan akan
rasa cinta dan memiliki.
Merupaka suatu
kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan
emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun di lingkungan
masyarakat. Kebutuhan akan cinta itu mencakup keinginan untuk mencintai dan
dicintai.
4.
Kebutuhan akan
rasa harga diri, dan
Kebutuhan akan
rasa harga diri (need for self esteem) oleh Maslow dibagi menjadi dua yaitu (1)
penghormatan dari diri sendiri, dan (2) penghargaan orang lain. Terpuaskannya kebutuhan
akan rasa harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa
berharga, rasa takut, rasa mampu, dan perasaan berguna.
5.
Kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Kebutuhan akan
aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan kebutuhan manusia yang
palig tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila
kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawahnya telah terpuaskan dengan baik.
D. Penerapan
Aktualisasi Diri
Pencapaian aktualisasi diri
merupakan penggambaran yang optimis dari corak kehidupan yang ideal, Maslow
memberikan 15 ciri dari orang yang self-actualized dengan harapan dapat menjadi
petunjuk bagaimana keadaan pribadi bisa mencapai taraf ideal itu. Adapun
ciri-ciri self-actualized itu adalah:
1.
Mengamati
realitas secara efisien.
Ditandai antara
lain seperti kemampuan melihat realitas sperti apa adanya, tanpa dicampuri oleh
keinginan-keinginan atau harapan-harapan.
2.
Penerimaan atas
diri sendiri, orang lain dan kodrat.
Orang-orang
self-actualized menaruh hormat kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain,
serta mampu menerima kodrat dengan segala kekurangan dan kelemahannya secara
tulus, selain itu mereka juga bebas dari perasaan berdosa yang berlebihan,
perasaan malu yang beralasan, dan perasaan cemas yang melemahkan.
3.
Spontan, sederhana
dan wajar
Tingkah laku
orang-orang self-actualized adalah spontan, sederhana, tidak dibuat-buat dan
tidak terikat, tingkah laku yang demikian itu bersumber dari dalam pribadinya.
4.
Pemisahan diri
dan kebutuhan privasi
Orang-orang
self-actualized mereka memiliki masalah melampaui kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri, mereka memiliki dedikasi terhadap tugas atau pekerjaannya.
5.
Kemandirian dari
kebudayaan dan lingkungan
Kebutuhan
privasi bagi orang-orang self-actualized lebih besar dari pada kebutuhan
privasi kebanyakan orang.
6.
Kemandirian dari
kebudayaan dan lingkungan
Kemandirian
orang-orang yang self-actualizes menjadikan mereka memiliki kadar arah yang
tinggi. Mereka lebih bergantung kepada potensi yang dimilikinya sendiri dalam
perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya.
7.
Kesegaran dan
apresiasi
Orang-orang
self-actualized, mereka menghargai hal-hal yang pokok dalam kehidupan dengan
rasa kagum, gembira dan bahkan heran, meski orang lain menganggapnya
membosankan.
8.
Pengalaman
puncak atau pengalaman mistik
Orang-orang
self-actualized umumnya memiliki apa yang ia sebut pengalaman puncak
(momen-momen dari perasaan yang mendalam) atau pengalaman mistik.
9.
Minat sosial
Orang-orang
self-actualized mengalami ikatan perasaan yang mendalam dengan sesamanya.
Mereka memiliki hasrat yang tulus untuk membantu memperbaiki sesamanya.
10.
Hbungan antar
pribadi
Orang-orang
self-actualized cenderung menciptakan hubungan antar pribadi lebih mendalam
dibandingkan dengan kebanyakan orang. Mereka cenderung membangun hubungan yang
dekat denga orang-orang yang dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan
karakter.
11.
Berkarakter
demokratis
Orang-orang
self-actualized memiliki karakter demokratis, bebas dari prasangka, menaruh
hormat kepada semua orang.
12.
Perbedaan antara
cara dan tujuan
Orang-orang
self-actualized memiliki standard moral dan ets yang tegas, sehingga jarang
ditemui mereka yang menunjukkan kekacauan, keridak konsistenan dan
konflik-konflik.
13.
Rasa humor yang
filosofis
Orang-orang
self-actualized memiliki rasa humor yang filosofis, yaitu humor yang
mengekspresikan kritik atas kebodohan, kelancangan atau kecurangan manusia.
14.
Kreativitas
Adanya daya temu
dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang atau berbeda dari gagasan yang lama.
15.
Penolakan
enkultrasi
Orang-orang
self-actualized adalah orang yang otonom, yang bisa dan berani membuat
keputusan-keputusan sendiri, meskipun keputusan itu berbeda atau bertentangan
dengan pendapat umum.
0 komentar:
Post a Comment