Thursday, June 21, 2012

psikologi kepribadian


RESUME BUKU PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Karangan Dra. Tien Supartinah, M.S
BAB III SAMPAI VII

BAB III
BEHAVIORISME SKINNER

A.  pendahuluan
Behaviorisme merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J. B. Watson pada tahun 1913. Ciri utamanya ialah pandangan yang mekanistis dan matrealistis dalam pendekatan objektif terhadap tingkah laku manusia. Selain Watson tokoh lainnya dalam aliran ini ialah Edwin Guthrie, Clark Hull, Edwan Talman dan Burhus Fredric Skinner.
B.   Pendekatan Psikologi Skinner
Menurut Skinner psikologi, terutama lapangan pembelajaran, tidak bisa mengandalakan hanya pada teori-teori yang diformulasikan. Untuk dapat memahami pendekatan Skinner tentang tingkah laku manusia, perlu pembahasan tentang masalah-masalah yang menyangkut pendekatan pembelajaran behavioristik seperti berikut.
1.    Otonomi Manusia
Skinner menolak penguraiann tingkah laku yang didasarkan pada konsep hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia seperti self ego dan sebagainya. Menurutnya mekanisme-mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemeikiran animisme. Bagi Skinner manusia otonom hanyalah suatu konsep untuk menerangkan sesuatu yang belum mampu kita terangkan dengan orang lain. Selain itu, menurutnya manusia adalah kotak tertutup, dan seluruh variabel yang mengantarai tingkah laku dan out put tingkah laku (seperti motif, dorongan emosi dan sebagainya), haruslah dikesampingkan dari penyelidikan psikologi.
2.    Penolakan atas penguraian fisiologis-genetik
Menurut Skinner permasalahan di dalam psikologi tidak dapat ditemukan penyelesaiannya dalam laboratorium fisiologi, karena penguraian konsepsi-konsepsi fisiologi-genetik dari tingkah laku itu tidak memungkinkan dapat dimanipulasi.
3.    Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dikendalikan. Dia dengan jelas menolak anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak atau tingkah laku bisa muncul tanpa sebab. Menurutnya seluruh ilmu pengetahuan berkembang dari sederhana menuju kompleks, dan oleh karenanya adalah logis mempelajari infrahuman, sebelum memperlajari manusia.
4.    Kepribadian menurut pandangan Behaviorisme Skinner
Skinner menolak pemikiran mengenai kepribadian atau self sebagai pendorong dan pengaah tingkah laku. Menurutnya studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik yang khas pada individu. Studi tentang kepribadian ditujukan untuk menemukan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme (individu) dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
C.   Operant Kondisioning
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan. Tingkah laku responden adalah suatu proses yang spesifik yang ditimbulkan ileh stimulus yang dikenal, dan stimulus ini selalu mendahului respons. Pada tingkah laku respons juga dilihat bahwa stimulus yang sama akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dan species yang sama, dan tingkah laku responden itu biasanya menyertakan refleks-refleks yang melibatkan sistem saraf otonom.
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang diperoleh individu melalui pengondisian operan atau instrumental, yang ditentukan oleh kejadian yang mengikuti respons. Dalam upaya mempelajari tingkah laku operan di laboratorium Skinner menggunakan prosedur pengondisian operant (Operant Conditioning) dengan hewan percobaan tikus. Hal yang diperhatikan dalam percobaannya itu antara lain:
1.      Mencatat tingkah laku operant
Sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan merespons dari organisme yaitu jumlah respons yang dihasilkan dalam unit waktu tertentu.
2.      Jadwal perkuatan
Konsep perkuatan yang digunakan dalam pengondisian operasi, menduduki peranan kunci di dalam teori Skinner, jadwal perkuatan adalah aturan yang menentukan dalam bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan.
3.      Tingkah laku takhyul
Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan respons-respons itulah yang disebutnya tingkah laku takhyul. Tingkah laku takhyul ini tidak hanya dari pengalaman pribadi, tetapi bisa saja sejarah turun temurun.
4.      Shaping
Shaping ialah pembentukan suatu respons-respons lain yang mengarah atau mendekati respons-respons yang ingin dibentuk itu.
5.      Pemerkuat skunder
Pemerkuat skunder adalah kejadian yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat primer, berdasarkan pengalaman pengondisian atau proses beajar pada organisme. Yang terpenting dalam hal ini ialah kecendrungan yang digeneralisasikan apabila dipasangkan dengan lebih dari satu pemerkuat primer.
6.      Penggunaan stimulus aversif
Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharapkan dan selalu ingin dihindari oleh organisme. Ada dua metode sehubungan dengan stimulus aversif yakni metode hukuman dan metode perkuatan negatif.
7.      Generalisasi dan diskriminasi stimulus
Generalisasi stimulus itu memiliki arti penting bagi perbendaharaan dan integritas tingkah laku individu. Tanpa adanya generalisasi stimulus,  tingkah laku individu akan terbatas dan tidak terintegrasi, sehinga menyebabkan inividu tersebut harus mengulang-ulang pembelajarannya. Selain itu generalisasi juga mengembangkan tingkah laku adaptif atau penyesuaian dirinya melalui kemampuan membedakan atau diskriminasi.

BAB IV
TEORI KEPRIBADIAN SPRANGER

A.  Rokh Subjektif dan Rokh Objektif
Spranger memandang manusia sebagai makhluk alam, yang tidak dapat diselidiki dengan metode ilmiah positif. Tujuan psikologi menurut Spranger yakni menangkap arti maksud atau makna rokh manusia dan manifestasikan dengan cara memahaminya (verstehem). Dalam hal itu dia membedakan adanya rokh subjektif dan rokh objektif.
Rokh subjektif atau rokh individual yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing. Rokh ini hanya dapat dipahami melalui pemahaman terhadap nilai-nilai kebudayaan. Sedangkan rokh obyektif atau rokh supra individual yaitu rokh seluruh umat manusia, yang merupakan kebudayaan yang terjelma dan berkembang selama berabad-abad oleh manusia individual, dapat juga disebut rokh kebudayaan. Diantara kedua rokh ini terjadi hubungan saling pengaruh mempengaruhi.

B.   Nilai-Nilai Kebudayaan
Kebudayaan sebagai sistem atau struktur nilai-nilai, oleh Spranger dikelompokkan menjadi enam kelompok nilai atau lapangan hidup, yang kemudian digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.    Lapangan-lapangan nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu, yang meliputi;
a. Lapangan pengetahuan
b. Lapangan ekonomi
c. Lapangan kesenian
d. Lapagan keagamaan
2.    Lapangan-lapangan nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota masyarakat, yang meliputi:
a. Lapangan kemasyarakatan
b. Lapangan politik

C.   Tipologi Spranger
Dengan mendasarkan kepada enanm nilai kebudayaan yang ada pada tiap individu dan kenyataan adanya salah satu nilai saja yang dominan, maka Spranger selanjutnya mengolongkan manusia kedalam enam tipe kepribadian. Tipe tersebut ialah:
1.    Tipe-Tipe Manusia Menurut Spranger
Menurut Spranger pada setiap individu mengandung keenam nilai kebudayaan, tetapi dalam kenyataannya hanya salah satu nilai saja yang dominan dan ini akan memberikan corak kepribadian seseorang.
Tabel tipe-tipe manusia menurut Spranger
No
Nilai Kebudayaan yang dominan
Tipe
Tingkah Laku Dasar
1
Ilmu pengetahuan
Manusia teori
Berfikir dan belajar, mencintai kebenaran
2
Ekonomi
Manusia ekonomi
Bekerja dan mengumpulkan harta
3
Kesenian
Manusia esthesis
Menikmati keindahan dan suka bersahaja
4
Keagamaan
Manusia agama
Memuja, hidup hanya untuk Tuhan dan akherat
5
Kemasyaraktan
Manusia sosial
Suka berkorban, mengabdi kepada tuhan dan mencintai masyarakat
6
Politik
Manusia kuasa
Ingin berkuasa, ingin menguasai, ingin memerintah orang lain

2.    Penyandraan Tipe-Tipe
Menurut Spranger, corak hidup seseorang ditentukan oleh nilai kebudayaan yang dominan, yaitu nilai yang dianggapnya sebagai nilai tertinggi. Penjelasan dari tipe-tipe itu, yakni:
a.       Manusia Teori
Manusia teori adalah seorang intelektualis sejati, manusia ilmu. Ciri utama tipe ini ialah mencapai kebenaran dan hakekat benda-benda.
b.      Manusia Ekonomi
Manusia ekonomi selalu saja memikirkan upaya-upaya yang praktis, perhatiannya terutama tertuju kepada hasil bagi diri sendiri. Manusia golongan ini akan menilai segala sesuatu dari segi kegunaan dan nilai ekonomisnya, sikapnya egosentris.
c.       Manusia Esthesis
Manusia esthesis mengutamakan keindahan,  keselarasan dalam alam dan berkecendrungan ke arah individualistis. Ia menghayati kehidupan seakan-akan bukan sebagai pelaku, tetapi sebagai penonton.
d.      Manusia Agama
Manusia agama akan melihat segala sesuatu dari segi artinya bagi kehidupan rohani.
e.       Manusia Sosial
Manusia sosial memiliki sifat utama mengenai kebutuhan akan adanya hubungan dari sesamanya. Ia hidup di antara manusia-manusia lain dan ingin mengabdi kepada kepentingan umum.
f.       Manusia Kuasa
Manusia kuasa bertujuan mengejar kesengan dan kesadaran akan kekuasaan. Dorongan utamanya adalah ingin berkuasa, semua nilai-nilai yang lain diabdikan untuk mencapai nilai ini.


BAB V
PSIKOLOGI INDIVIDU ALLPORT

A.  Pendahuluan
Gordon W. Allport mengadakan penyelidikan yang berbeda dari ahli-ahli lain, yakni dengan melakukan penyelidikan secara kualitatif dan mengutamakan dorongan-dorangan sadar. Kalau ahli lain meninjau kepribadian dari segi struktur dinamika dan perkembangan kepribadian, tetapi Allport tidak demikian. Ia mengatakan bahwa struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat dan tingkah laku itu didorong oleh sifat-sifat itu.
Uraian mengenai kepribadian menurut Allport, dapat disistematisasikan seperti berikut:
A. Pendahuluan
B. Kepribadian, watak, tempramen
C. Sifat/ traits
D. Intensi, proprium, dan otonomi fungsional
E. Perkembanga kepribadian

B.   Kepribadian, Watak dan Tempramen
1.    Kepribadian
Kepribadian dipandangnya sebagai suatu organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikologi yang mentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar.
2.    Watak/ Karakter
Allport menunjukkan bahwa keduanya tidak sama, menurutnya watak menunjuk arti normatif fan menyatakan bahwa watak adalah kepribadian dinihari. Sedangkan kepribadian adalah watak tak dinilai.
3.    Tempramen
Menurut Allport, tempramen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari pada fluktuasi dan intensitas hati.

C.   Sifat Traits
1.    Sifat/ Traits
Sifat atau traits diberikan batasan sebagai sistem neurophisis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama dan memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresi secara sama.
2.    Sikap/ Attitudes
Antara keduanya ada persamaan dan perbedaan. Persamaanya bahwa keduanya merupakan pradisposisi untuk berespon kedua-duanya khas dan mendorong serta keduanya merupakan hasil dari faktor genetis dan belajar. Sedangkan dari segi perbedaanya, sikap itu berhubungan dengan suatu objek sedangkan sifat tidak (lebih besar dari sikap) dan yang lain sikap itu biasanya memberi penilaian (terima atau menolak) sedangkan sifat tidak.
3.    Tipe
Tipe adalah konstruksi idel si pengamat, dan orang dapat disesuaikan dengan tipe itu, tetapi resiko diabaikan sifat-sifat khas individualnya. Sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadinya sedangkan tipe malah menyembunyikan.
4.    Sifat-sifat umum dan sifat-sifat individual
Semua sifat itu adalah sifat individual, artinya khas dan hanya dapat dikenakan pada satu individu, sedangkan sifat umum sama sekali bukanlah sifat yang sebenarnya, melainkan hanyalah aspek-aspek yang diukur dari pada sifat individu yang kompleks.
5.    Sifat pokok, sifat sentral dan Sifat sekunder
a.         Sifat pokok
sifat pokok itu begitu menonjol sehingga banyak kegiatan-kegiatan yang berlangsung karena pengaruh sifat pokok itu.
b.        Sifat sentral
sifat sentral lebih khas, merupakan kecendrungan individu yang sangat khas, sering berfungsi dan mudah ditandai.
c.         Sifat sekunder
sifat sekunder ini berfungsi lebih terbatas, kurang menentukan di dalam deskripsi kepribadian,cdan lebih terpusat pada respons-respons yang di dasarnya serta perangsang-perangsang yang dicocokinya.
6.    Kebebasan dari pada sifat-sifat
Sifat itu cenderung mempunyai pusat, dan disekitar pusat itulah pengaruhnya berfungsi. Tetapi tingkah laku yang ditimbulkanny secara serempak juga diperngaruhi oleh sifat-sifat yang lain.
7.    Konsistensi dari pada sifat-sifat
Sifat itu hanya dapat dikenal karena keteraturan atau ketetapannya di dalam cara individu bertingkah laku.

D.  Intensi, Proprium dan Otonomi Fungsional
1.    Intensi
Digunakan dalam arti yang meliputi pengertian harapan-harapan, keinganan ambisi, cita-cita serta rencana-rencana seseorang.
2.    Proprium
Allport mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego itu disebut fungsi proprium (propriate function) dari kepribadian. Proprium ini sendiri berkembang di dalam perkembangan individu.
3.    Otonomi Fungsional
Merupak suatu prinsip yang menyatakan bahwa aktivitas tertentu atau bentuk tingkah laku tertentu dapat menjadi akhir atau menjadi tujuan itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya mula-mula terjadi karena sesuatu alasan lain.

E.   Perkembangan Kepribadian
Dalam membahas perkembangan kepribadian ini, Allport meninjau dari masa kanak-kanak dengan melewati transformasinya , sampai kemasa dewasa.
1.         Masa Kanak-kanak
Sejak kanak-kanak sampai dewasa, anak berkembang dengan melewati garis-garis yang berganda. Dalam perkembangan itu digunakan mekanisme untuk membuat deskripsi mengenai perubahan-perubahan tersebut, yang meliputi 14 macam antara lain: differensiasi, integrasi, matarasi/pemasakan, belajar, kesadaran diri dan lain sebagainya.
Menurut Allport, manusia itu pada waktu lahir adalah makhluk biologis, lalu berkembang menjadi makhluk yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas dan merupakan inti dari pada tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi masa depan.
2.         Orang Dewasa
Pada orang dewasa yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat yang teroganisir dan selaras, sifat-sifat itu timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki sejak neonathus. Pada manusia dewasa hendaknya memiliki hal seperti berikut:
a.         Extension of self
Hidup tidak harus terikat pada satu kegiatan saja tetapi harus dapat membaginya dan menikmati berbagai macam kegiatan lainnya.
b.        Self objectification
Meliputi dua komponen, humor (kecakapan untuk mepertahankan hubungan positif pada diri sendiri) dan insight (kecakapan untuk mengerti dirinya sendiri).
c.         Filsafat hidup
Filsafat hidup adalah latar belakang yang mendasari segala perbuatan individu, yang memberinya arti dan tujuan akan segala sesuatu.
BAB VII
PSIKOLOGI MEDAN KURT LEWIN
Kurt Lewin di dalam mempelajari psikologi sangat dipengaruhi oleh teori medan dari ilmu alam. Semula Kurt Lewin bekerja sama dengan Wertheirmer dan Kohler. Dan terakhir Lewin memimpin pusat riset yang menyelidiki dinamika kelompok. Teorinya disebut jiga psikologi medan, dan teoti ini dapat dipelajari dari kerangka, struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.

A.  Struktur Kepribadian
Merupakan suatu kenyataan psikologis bahwa pribadi manusia itu selalu ada dalam lingkungannya dan tidak mungkin dipikirkan lepas dari lingkungnnya itu. pada bagian struktur kepribadian ini akan membahas mengenai:
1.         Pribadi
Dapat digambarkan secara struktural dengan cara melukiskannya sebagai keseluruhan yang terpisah dari hal-hal lainnya di dunia ini.
2.         Lingkungan Psikologis
Lingkungan psikologis ialah lingkungan sebagaimana adanya bagi seseorang. Sifatnya tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan objektif, tetapi juga oleh sifat-sifat pribadi.
3.         Ruang Hidup
Merupakan daerah di dalam segi empat, termasuk juga lingkaran pribadi, sering juga disebut Life Space, medan psikologis atau keseluruhan situasi.
4.         Differensiasi Ruang Hidup
Struktur ruang hidup tifak homogen namun heterogen, terdiri dari berbgai macam bagian-bagian yang satu sama lainnya saling berhubungan dan saling bergantung. Differensiasi sendiri terbagi menjadi dua, yakni:
a.    Pribadi berdifferensiasi
b.    Lingkungan psikologis berdifferensiasi
5.         Banyaknya daerah
Banyaknya daerah di dalam ruang hidup, ditentukan oleh banyaknya faktor-faktor psikologis yang ada pada sesuatu saat.
6.         Dimensi-dimensi ruang hidup
Ruang hidup itu mempunyai dimensi waktu dan dimensi realitas-irealitas.
a.    Dimensi waktu
Lewin menekankan pada prinsip ke-KINI-an. Menurut prinsip ini masa lampau dan atau masa depan tidak mempengaruhi tingkah laku kini, tetapi sikap, perasaan, pikiran dan sebagainya mengenai masa lampaunya dan atau masa depan, mempengaruhi tingkah laku kini.
b.    Dimensi realitas-irealitas
Differensiasi dalam ruang hidup itu, membawa pula differensiasi dalam realitas-irealitas. Realitas berisikan fakta-fakta sebenarnya, sedangkan irealitas berisi fakta khayal.

B.   Dinamika Kepribadian
Pengertian pokok yang dipergunakan Lewin dalam meninjau dimamika kepribadian yaitu:
1.         Energi
Setiap gerak atau kerja itu pasti menggunakan energi. Pribadi dipandangnya sebagai sistem energi. Energi yang menyebabkan kerja psikologis disebutnya energi psikis.
2.         Pegangan/ Tension
Tegangan adalah keadaan pribadi, keadaan relatif daerah dalam pribadi yang satu terhadap daerah yang lain yang oleh Lewin diseebutnya sebagai sistem.
3.         Need (Kebutuhan)
Kebutuhan adalah keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan meningkatnya tension, dapat berupa keadaan fisiologis (lapar, haus dan lainnya), keinginan akan sesuatu (baju, mobil dan lainnya) dan keinginan mengerjakan sesuatu.
4.         Valensi (Nilai)
Valensi adalah nilai lingkungan psikologis bagi pribadi, yaitu nilai positif ataupun nilai negatif.
5.         Force atau Vektor
Force atau vektor adalah yang mendorong pribadi untuk bergerak dalam lingkungan psikologis. Suatu gerakan terjadi bila ada kekuatan yang cukup besar, yang mendorong pribadi.
6.         Locomotion (Gerakan)
Merupkan suatu gambaran tentang proses gerakan dimana pribadi menginginkan sesuatu.
7.         Perubahan Struktur
Dalam berlangsung dalam dua cara. Pertama, nilai daerah brubah dengan cara kuantatif dan kualitatif. Kedua, vektor berubah dimana inti dari belajar dan pemecahan masalah.
8.         Tujuan Proses Psikologis
Menurut Lewin tujuan semua proses psikologis adalah kembali ke keseimbangan jiwa, yaitu keadaan tanpa tegangan. Proses ini dinamakan prinsip psychological homestatis.

C.   Perkembangan Kepribadian
Hakekat perkembangan menurut Lewin adalah perubahan-perubahan tingakah laku (behavioral changes). Adapun perkembangan kepribadian itu dapat dipahami dari pengertian berikut.
1.         Perkembangan berarti perubahan di dalam variasi tingkah laku.
2.         Perkembangan berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.
3.         Perkembangan berarti bertambah luasnya arena aktivitas.
4.         Perkembangan berarti perubahan dalam taraf realitas.
5.         Perkembangan berarti makin teridifferensiasinya tingkah laku.
6.         Perkembangan berarti differensiasi dan strafikasi.
BAB VII
PSIKOLOGI  HUMANISTIK MASLOW
A.  Eksistensialisme dan Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi pada awal tahun 1960an, di bawah kepemimpinan Maslow. Bermula dari suatu niat untuk menemukan alternatif atas dua teori psikologi yang sangat berpengaruh pada waktu itu (psikoanalisa dan behaviorisme). Dasarnya ialah salah satu aliran filsafat modern yakni Eksistensialisme.
Beberapa hal dari eksistensialisme yang diambil oleh psikologi humanistik antara lain:
1.         Eksistensialisme menekankan bahwa manusia memliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya.
2.         Konsep kemenjadian (booming). Yakni manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.
3.         Tekanannya terhadap kesadaran manusia, perasaan subjektif dan pengalaman-pengalaman personal yang berkaitan denga keberadaan individu dalam dunia bersama individu-individu lainnya.

B.     Pokok ajaran psikologi humanistik Maslow
1.         Individu sebagai keseluruhan yang integral
Motivasi mempengaruhi individu secara keseluruhan bukan sebagian. Misalnya, tidak ada kebutuhan perut, mulut atau seks. Yang ada kebutuhan individu yang lapar bukan perut Joni tetapi Joni.
2.         Penyelidikan dengan hewan tidak relevan
Maslow dan para humanistik lainnya berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk hidup, berbeda dengan hewan apapun.
3.         Pemahaman baik manusia
Menurut psikologi humanistik manusia itu pada dasarnya baik, atau setidaknya netral. Kalaupun menjadi jelek atau jahat, kekuatan menjadi jelek itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk dan bukan merupakan bawaan.
4.         Potensi kreatif manusia
Maslow yakin bila setiap orang memiliki kesempatan untuk menghuni liengkungan yang menunjang,  setiap orang dengan kreativitasnya itu akan mampu mengungkapkan seluruh potensi yang dimilikinya. Kreativitas adalah kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian diri.
5.         Penekanan pada kesehatan psikologis
Maslow beranggapan bahwa kita tidak bisa memahami gangguan mental sebelum kita memahami kesehatan mental. Dengan mempelajarai model-model yang kerdil atau tidak matang dan tidak sehat kita hanya akan memperoleh psikologi kerdil. Karena itu Maslow menekankan perlunya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi penggambaran psikologi yang universal.

C.   Teori Kebutuhan Bertingkat
Menurut Maslow kebutuhan manusia adalah bawaan, tersusun menurut tingkatannya. Kebutuhan manusia yang bertingkat itu dapat dirinci ke dalam lima tingkatan kebutuhan, yaitu:
1.         Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
2.         Kebutuhan akan rasa aman
3.         Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki
4.         Kebutuhan akan rasa harga diri
5.         Kebutuhan akan Aktualisasi diri
Menurut Maslow kebutuhan yang ada di tingkat dasar menuntut pemuasan yang lebih mendesak dari pada kebutuhan yang ada diatasanya.
1.         Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis.
Merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup (makan, minum,  udara, istirahat, keseimbangan temperatur, seks, dan kebutuhan akan stimulasi sensori). Oleh karena itu kebutuhan ini harus didahulukan karena sifatnya yang mendesak.
2.         Kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan rasa aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraruran dari keadaan lingkungan. Indikasi lain dari kebutuhan ini ialah ketergantungan.
3.         Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
Merupaka suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun di lingkungan masyarakat. Kebutuhan akan cinta itu mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai.
4.         Kebutuhan akan rasa harga diri, dan
Kebutuhan akan rasa harga diri (need for self esteem) oleh Maslow dibagi menjadi dua yaitu (1) penghormatan dari diri sendiri, dan (2) penghargaan orang lain. Terpuaskannya kebutuhan akan rasa harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa takut, rasa mampu, dan perasaan berguna.
5.         Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan kebutuhan manusia yang palig tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawahnya telah terpuaskan dengan baik.

D.  Penerapan Aktualisasi Diri
Pencapaian aktualisasi diri merupakan penggambaran yang optimis dari corak kehidupan yang ideal, Maslow memberikan 15 ciri dari orang yang self-actualized dengan harapan dapat menjadi petunjuk bagaimana keadaan pribadi bisa mencapai taraf ideal itu. Adapun ciri-ciri self-actualized itu adalah:
1.         Mengamati realitas secara efisien.
Ditandai antara lain seperti kemampuan melihat realitas sperti apa adanya, tanpa dicampuri oleh keinginan-keinginan atau harapan-harapan.
2.         Penerimaan atas diri sendiri, orang lain dan kodrat.
Orang-orang self-actualized menaruh hormat kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain, serta mampu menerima kodrat dengan segala kekurangan dan kelemahannya secara tulus, selain itu mereka juga bebas dari perasaan berdosa yang berlebihan, perasaan malu yang beralasan, dan perasaan cemas yang melemahkan.
3.         Spontan, sederhana dan wajar
Tingkah laku orang-orang self-actualized adalah spontan, sederhana, tidak dibuat-buat dan tidak terikat, tingkah laku yang demikian itu bersumber dari dalam pribadinya.
4.         Pemisahan diri dan kebutuhan privasi
Orang-orang self-actualized mereka memiliki masalah melampaui kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, mereka memiliki dedikasi terhadap tugas atau pekerjaannya.
5.         Kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan
Kebutuhan privasi bagi orang-orang self-actualized lebih besar dari pada kebutuhan privasi kebanyakan orang.
6.         Kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan
Kemandirian orang-orang yang self-actualizes menjadikan mereka memiliki kadar arah yang tinggi. Mereka lebih bergantung kepada potensi yang dimilikinya sendiri dalam perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya.
7.         Kesegaran dan apresiasi
Orang-orang self-actualized, mereka menghargai hal-hal yang pokok dalam kehidupan dengan rasa kagum, gembira dan bahkan heran, meski orang lain menganggapnya membosankan.
8.         Pengalaman puncak atau pengalaman mistik
Orang-orang self-actualized umumnya memiliki apa yang ia sebut pengalaman puncak (momen-momen dari perasaan yang mendalam) atau pengalaman mistik.
9.         Minat sosial
Orang-orang self-actualized mengalami ikatan perasaan yang mendalam dengan sesamanya. Mereka memiliki hasrat yang tulus untuk membantu memperbaiki sesamanya.
10.     Hbungan antar pribadi
Orang-orang self-actualized cenderung menciptakan hubungan antar pribadi lebih mendalam dibandingkan dengan kebanyakan orang. Mereka cenderung membangun hubungan yang dekat denga orang-orang yang dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan karakter.
11.     Berkarakter demokratis
Orang-orang self-actualized memiliki karakter demokratis, bebas dari prasangka, menaruh hormat kepada semua orang.
12.     Perbedaan antara cara dan tujuan
Orang-orang self-actualized memiliki standard moral dan ets yang tegas, sehingga jarang ditemui mereka yang menunjukkan kekacauan, keridak konsistenan dan konflik-konflik.
13.     Rasa humor yang filosofis
Orang-orang self-actualized memiliki rasa humor yang filosofis, yaitu humor yang mengekspresikan kritik atas kebodohan, kelancangan atau kecurangan manusia.
14.     Kreativitas
Adanya daya temu dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang atau berbeda dari gagasan yang lama.
15.     Penolakan enkultrasi
Orang-orang self-actualized adalah orang yang otonom, yang bisa dan berani membuat keputusan-keputusan sendiri, meskipun keputusan itu berbeda atau bertentangan dengan pendapat umum.BAB III
BEHAVIORISME SKINNER

A.  pendahuluan
Behaviorisme merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J. B. Watson pada tahun 1913. Ciri utamanya ialah pandangan yang mekanistis dan matrealistis dalam pendekatan objektif terhadap tingkah laku manusia. Selain Watson tokoh lainnya dalam aliran ini ialah Edwin Guthrie, Clark Hull, Edwan Talman dan Burhus Fredric Skinner.
B.   Pendekatan Psikologi Skinner
Menurut Skinner psikologi, terutama lapangan pembelajaran, tidak bisa mengandalakan hanya pada teori-teori yang diformulasikan. Untuk dapat memahami pendekatan Skinner tentang tingkah laku manusia, perlu pembahasan tentang masalah-masalah yang menyangkut pendekatan pembelajaran behavioristik seperti berikut.
1.    Otonomi Manusia
Skinner menolak penguraiann tingkah laku yang didasarkan pada konsep hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia seperti self ego dan sebagainya. Menurutnya mekanisme-mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemeikiran animisme. Bagi Skinner manusia otonom hanyalah suatu konsep untuk menerangkan sesuatu yang belum mampu kita terangkan dengan orang lain. Selain itu, menurutnya manusia adalah kotak tertutup, dan seluruh variabel yang mengantarai tingkah laku dan out put tingkah laku (seperti motif, dorongan emosi dan sebagainya), haruslah dikesampingkan dari penyelidikan psikologi.
2.    Penolakan atas penguraian fisiologis-genetik
Menurut Skinner permasalahan di dalam psikologi tidak dapat ditemukan penyelesaiannya dalam laboratorium fisiologi, karena penguraian konsepsi-konsepsi fisiologi-genetik dari tingkah laku itu tidak memungkinkan dapat dimanipulasi.
3.    Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dikendalikan. Dia dengan jelas menolak anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak atau tingkah laku bisa muncul tanpa sebab. Menurutnya seluruh ilmu pengetahuan berkembang dari sederhana menuju kompleks, dan oleh karenanya adalah logis mempelajari infrahuman, sebelum memperlajari manusia.
4.    Kepribadian menurut pandangan Behaviorisme Skinner
Skinner menolak pemikiran mengenai kepribadian atau self sebagai pendorong dan pengaah tingkah laku. Menurutnya studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik yang khas pada individu. Studi tentang kepribadian ditujukan untuk menemukan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme (individu) dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
C.   Operant Kondisioning
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan. Tingkah laku responden adalah suatu proses yang spesifik yang ditimbulkan ileh stimulus yang dikenal, dan stimulus ini selalu mendahului respons. Pada tingkah laku respons juga dilihat bahwa stimulus yang sama akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dan species yang sama, dan tingkah laku responden itu biasanya menyertakan refleks-refleks yang melibatkan sistem saraf otonom.
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang diperoleh individu melalui pengondisian operan atau instrumental, yang ditentukan oleh kejadian yang mengikuti respons. Dalam upaya mempelajari tingkah laku operan di laboratorium Skinner menggunakan prosedur pengondisian operant (Operant Conditioning) dengan hewan percobaan tikus. Hal yang diperhatikan dalam percobaannya itu antara lain:
1.      Mencatat tingkah laku operant
Sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan merespons dari organisme yaitu jumlah respons yang dihasilkan dalam unit waktu tertentu.
2.      Jadwal perkuatan
Konsep perkuatan yang digunakan dalam pengondisian operasi, menduduki peranan kunci di dalam teori Skinner, jadwal perkuatan adalah aturan yang menentukan dalam bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan.
3.      Tingkah laku takhyul
Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan respons-respons itulah yang disebutnya tingkah laku takhyul. Tingkah laku takhyul ini tidak hanya dari pengalaman pribadi, tetapi bisa saja sejarah turun temurun.
4.      Shaping
Shaping ialah pembentukan suatu respons-respons lain yang mengarah atau mendekati respons-respons yang ingin dibentuk itu.
5.      Pemerkuat skunder
Pemerkuat skunder adalah kejadian yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat primer, berdasarkan pengalaman pengondisian atau proses beajar pada organisme. Yang terpenting dalam hal ini ialah kecendrungan yang digeneralisasikan apabila dipasangkan dengan lebih dari satu pemerkuat primer.
6.      Penggunaan stimulus aversif
Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharapkan dan selalu ingin dihindari oleh organisme. Ada dua metode sehubungan dengan stimulus aversif yakni metode hukuman dan metode perkuatan negatif.
7.      Generalisasi dan diskriminasi stimulus
Generalisasi stimulus itu memiliki arti penting bagi perbendaharaan dan integritas tingkah laku individu. Tanpa adanya generalisasi stimulus,  tingkah laku individu akan terbatas dan tidak terintegrasi, sehinga menyebabkan inividu tersebut harus mengulang-ulang pembelajarannya. Selain itu generalisasi juga mengembangkan tingkah laku adaptif atau penyesuaian dirinya melalui kemampuan membedakan atau diskriminasi.

BAB IV
TEORI KEPRIBADIAN SPRANGER

A.  Rokh Subjektif dan Rokh Objektif
Spranger memandang manusia sebagai makhluk alam, yang tidak dapat diselidiki dengan metode ilmiah positif. Tujuan psikologi menurut Spranger yakni menangkap arti maksud atau makna rokh manusia dan manifestasikan dengan cara memahaminya (verstehem). Dalam hal itu dia membedakan adanya rokh subjektif dan rokh objektif.
Rokh subjektif atau rokh individual yaitu rokh yang terdapat pada manusia masing-masing. Rokh ini hanya dapat dipahami melalui pemahaman terhadap nilai-nilai kebudayaan. Sedangkan rokh obyektif atau rokh supra individual yaitu rokh seluruh umat manusia, yang merupakan kebudayaan yang terjelma dan berkembang selama berabad-abad oleh manusia individual, dapat juga disebut rokh kebudayaan. Diantara kedua rokh ini terjadi hubungan saling pengaruh mempengaruhi.

B.   Nilai-Nilai Kebudayaan
Kebudayaan sebagai sistem atau struktur nilai-nilai, oleh Spranger dikelompokkan menjadi enam kelompok nilai atau lapangan hidup, yang kemudian digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.    Lapangan-lapangan nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu, yang meliputi;
a. Lapangan pengetahuan
b. Lapangan ekonomi
c. Lapangan kesenian
d. Lapagan keagamaan
2.    Lapangan-lapangan nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota masyarakat, yang meliputi:
a. Lapangan kemasyarakatan
b. Lapangan politik

C.   Tipologi Spranger
Dengan mendasarkan kepada enanm nilai kebudayaan yang ada pada tiap individu dan kenyataan adanya salah satu nilai saja yang dominan, maka Spranger selanjutnya mengolongkan manusia kedalam enam tipe kepribadian. Tipe tersebut ialah:
1.    Tipe-Tipe Manusia Menurut Spranger
Menurut Spranger pada setiap individu mengandung keenam nilai kebudayaan, tetapi dalam kenyataannya hanya salah satu nilai saja yang dominan dan ini akan memberikan corak kepribadian seseorang.
Tabel tipe-tipe manusia menurut Spranger
No
Nilai Kebudayaan yang dominan
Tipe
Tingkah Laku Dasar
1
Ilmu pengetahuan
Manusia teori
Berfikir dan belajar, mencintai kebenaran
2
Ekonomi
Manusia ekonomi
Bekerja dan mengumpulkan harta
3
Kesenian
Manusia esthesis
Menikmati keindahan dan suka bersahaja
4
Keagamaan
Manusia agama
Memuja, hidup hanya untuk Tuhan dan akherat
5
Kemasyaraktan
Manusia sosial
Suka berkorban, mengabdi kepada tuhan dan mencintai masyarakat
6
Politik
Manusia kuasa
Ingin berkuasa, ingin menguasai, ingin memerintah orang lain

2.    Penyandraan Tipe-Tipe
Menurut Spranger, corak hidup seseorang ditentukan oleh nilai kebudayaan yang dominan, yaitu nilai yang dianggapnya sebagai nilai tertinggi. Penjelasan dari tipe-tipe itu, yakni:
a.       Manusia Teori
Manusia teori adalah seorang intelektualis sejati, manusia ilmu. Ciri utama tipe ini ialah mencapai kebenaran dan hakekat benda-benda.
b.      Manusia Ekonomi
Manusia ekonomi selalu saja memikirkan upaya-upaya yang praktis, perhatiannya terutama tertuju kepada hasil bagi diri sendiri. Manusia golongan ini akan menilai segala sesuatu dari segi kegunaan dan nilai ekonomisnya, sikapnya egosentris.
c.       Manusia Esthesis
Manusia esthesis mengutamakan keindahan,  keselarasan dalam alam dan berkecendrungan ke arah individualistis. Ia menghayati kehidupan seakan-akan bukan sebagai pelaku, tetapi sebagai penonton.
d.      Manusia Agama
Manusia agama akan melihat segala sesuatu dari segi artinya bagi kehidupan rohani.
e.       Manusia Sosial
Manusia sosial memiliki sifat utama mengenai kebutuhan akan adanya hubungan dari sesamanya. Ia hidup di antara manusia-manusia lain dan ingin mengabdi kepada kepentingan umum.
f.       Manusia Kuasa
Manusia kuasa bertujuan mengejar kesengan dan kesadaran akan kekuasaan. Dorongan utamanya adalah ingin berkuasa, semua nilai-nilai yang lain diabdikan untuk mencapai nilai ini.


BAB V
PSIKOLOGI INDIVIDU ALLPORT

A.  Pendahuluan
Gordon W. Allport mengadakan penyelidikan yang berbeda dari ahli-ahli lain, yakni dengan melakukan penyelidikan secara kualitatif dan mengutamakan dorongan-dorangan sadar. Kalau ahli lain meninjau kepribadian dari segi struktur dinamika dan perkembangan kepribadian, tetapi Allport tidak demikian. Ia mengatakan bahwa struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat dan tingkah laku itu didorong oleh sifat-sifat itu.
Uraian mengenai kepribadian menurut Allport, dapat disistematisasikan seperti berikut:
A. Pendahuluan
B. Kepribadian, watak, tempramen
C. Sifat/ traits
D. Intensi, proprium, dan otonomi fungsional
E. Perkembanga kepribadian

B.   Kepribadian, Watak dan Tempramen
1.    Kepribadian
Kepribadian dipandangnya sebagai suatu organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikologi yang mentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar.
2.    Watak/ Karakter
Allport menunjukkan bahwa keduanya tidak sama, menurutnya watak menunjuk arti normatif fan menyatakan bahwa watak adalah kepribadian dinihari. Sedangkan kepribadian adalah watak tak dinilai.
3.    Tempramen
Menurut Allport, tempramen adalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari pada fluktuasi dan intensitas hati.

C.   Sifat Traits
1.    Sifat/ Traits
Sifat atau traits diberikan batasan sebagai sistem neurophisis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama dan memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresi secara sama.
2.    Sikap/ Attitudes
Antara keduanya ada persamaan dan perbedaan. Persamaanya bahwa keduanya merupakan pradisposisi untuk berespon kedua-duanya khas dan mendorong serta keduanya merupakan hasil dari faktor genetis dan belajar. Sedangkan dari segi perbedaanya, sikap itu berhubungan dengan suatu objek sedangkan sifat tidak (lebih besar dari sikap) dan yang lain sikap itu biasanya memberi penilaian (terima atau menolak) sedangkan sifat tidak.
3.    Tipe
Tipe adalah konstruksi idel si pengamat, dan orang dapat disesuaikan dengan tipe itu, tetapi resiko diabaikan sifat-sifat khas individualnya. Sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadinya sedangkan tipe malah menyembunyikan.
4.    Sifat-sifat umum dan sifat-sifat individual
Semua sifat itu adalah sifat individual, artinya khas dan hanya dapat dikenakan pada satu individu, sedangkan sifat umum sama sekali bukanlah sifat yang sebenarnya, melainkan hanyalah aspek-aspek yang diukur dari pada sifat individu yang kompleks.
5.    Sifat pokok, sifat sentral dan Sifat sekunder
a.         Sifat pokok
sifat pokok itu begitu menonjol sehingga banyak kegiatan-kegiatan yang berlangsung karena pengaruh sifat pokok itu.
b.        Sifat sentral
sifat sentral lebih khas, merupakan kecendrungan individu yang sangat khas, sering berfungsi dan mudah ditandai.
c.         Sifat sekunder
sifat sekunder ini berfungsi lebih terbatas, kurang menentukan di dalam deskripsi kepribadian,cdan lebih terpusat pada respons-respons yang di dasarnya serta perangsang-perangsang yang dicocokinya.
6.    Kebebasan dari pada sifat-sifat
Sifat itu cenderung mempunyai pusat, dan disekitar pusat itulah pengaruhnya berfungsi. Tetapi tingkah laku yang ditimbulkanny secara serempak juga diperngaruhi oleh sifat-sifat yang lain.
7.    Konsistensi dari pada sifat-sifat
Sifat itu hanya dapat dikenal karena keteraturan atau ketetapannya di dalam cara individu bertingkah laku.

D.  Intensi, Proprium dan Otonomi Fungsional
1.    Intensi
Digunakan dalam arti yang meliputi pengertian harapan-harapan, keinganan ambisi, cita-cita serta rencana-rencana seseorang.
2.    Proprium
Allport mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego itu disebut fungsi proprium (propriate function) dari kepribadian. Proprium ini sendiri berkembang di dalam perkembangan individu.
3.    Otonomi Fungsional
Merupak suatu prinsip yang menyatakan bahwa aktivitas tertentu atau bentuk tingkah laku tertentu dapat menjadi akhir atau menjadi tujuan itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya mula-mula terjadi karena sesuatu alasan lain.

E.   Perkembangan Kepribadian
Dalam membahas perkembangan kepribadian ini, Allport meninjau dari masa kanak-kanak dengan melewati transformasinya , sampai kemasa dewasa.
1.         Masa Kanak-kanak
Sejak kanak-kanak sampai dewasa, anak berkembang dengan melewati garis-garis yang berganda. Dalam perkembangan itu digunakan mekanisme untuk membuat deskripsi mengenai perubahan-perubahan tersebut, yang meliputi 14 macam antara lain: differensiasi, integrasi, matarasi/pemasakan, belajar, kesadaran diri dan lain sebagainya.
Menurut Allport, manusia itu pada waktu lahir adalah makhluk biologis, lalu berkembang menjadi makhluk yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya meluas dan merupakan inti dari pada tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi masa depan.
2.         Orang Dewasa
Pada orang dewasa yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat yang teroganisir dan selaras, sifat-sifat itu timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki sejak neonathus. Pada manusia dewasa hendaknya memiliki hal seperti berikut:
a.         Extension of self
Hidup tidak harus terikat pada satu kegiatan saja tetapi harus dapat membaginya dan menikmati berbagai macam kegiatan lainnya.
b.        Self objectification
Meliputi dua komponen, humor (kecakapan untuk mepertahankan hubungan positif pada diri sendiri) dan insight (kecakapan untuk mengerti dirinya sendiri).
c.         Filsafat hidup
Filsafat hidup adalah latar belakang yang mendasari segala perbuatan individu, yang memberinya arti dan tujuan akan segala sesuatu.
BAB VII
PSIKOLOGI MEDAN KURT LEWIN
Kurt Lewin di dalam mempelajari psikologi sangat dipengaruhi oleh teori medan dari ilmu alam. Semula Kurt Lewin bekerja sama dengan Wertheirmer dan Kohler. Dan terakhir Lewin memimpin pusat riset yang menyelidiki dinamika kelompok. Teorinya disebut jiga psikologi medan, dan teoti ini dapat dipelajari dari kerangka, struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.

A.  Struktur Kepribadian
Merupakan suatu kenyataan psikologis bahwa pribadi manusia itu selalu ada dalam lingkungannya dan tidak mungkin dipikirkan lepas dari lingkungnnya itu. pada bagian struktur kepribadian ini akan membahas mengenai:
1.         Pribadi
Dapat digambarkan secara struktural dengan cara melukiskannya sebagai keseluruhan yang terpisah dari hal-hal lainnya di dunia ini.
2.         Lingkungan Psikologis
Lingkungan psikologis ialah lingkungan sebagaimana adanya bagi seseorang. Sifatnya tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan objektif, tetapi juga oleh sifat-sifat pribadi.
3.         Ruang Hidup
Merupakan daerah di dalam segi empat, termasuk juga lingkaran pribadi, sering juga disebut Life Space, medan psikologis atau keseluruhan situasi.
4.         Differensiasi Ruang Hidup
Struktur ruang hidup tifak homogen namun heterogen, terdiri dari berbgai macam bagian-bagian yang satu sama lainnya saling berhubungan dan saling bergantung. Differensiasi sendiri terbagi menjadi dua, yakni:
a.    Pribadi berdifferensiasi
b.    Lingkungan psikologis berdifferensiasi
5.         Banyaknya daerah
Banyaknya daerah di dalam ruang hidup, ditentukan oleh banyaknya faktor-faktor psikologis yang ada pada sesuatu saat.
6.         Dimensi-dimensi ruang hidup
Ruang hidup itu mempunyai dimensi waktu dan dimensi realitas-irealitas.
a.    Dimensi waktu
Lewin menekankan pada prinsip ke-KINI-an. Menurut prinsip ini masa lampau dan atau masa depan tidak mempengaruhi tingkah laku kini, tetapi sikap, perasaan, pikiran dan sebagainya mengenai masa lampaunya dan atau masa depan, mempengaruhi tingkah laku kini.
b.    Dimensi realitas-irealitas
Differensiasi dalam ruang hidup itu, membawa pula differensiasi dalam realitas-irealitas. Realitas berisikan fakta-fakta sebenarnya, sedangkan irealitas berisi fakta khayal.

B.   Dinamika Kepribadian
Pengertian pokok yang dipergunakan Lewin dalam meninjau dimamika kepribadian yaitu:
1.         Energi
Setiap gerak atau kerja itu pasti menggunakan energi. Pribadi dipandangnya sebagai sistem energi. Energi yang menyebabkan kerja psikologis disebutnya energi psikis.
2.         Pegangan/ Tension
Tegangan adalah keadaan pribadi, keadaan relatif daerah dalam pribadi yang satu terhadap daerah yang lain yang oleh Lewin diseebutnya sebagai sistem.
3.         Need (Kebutuhan)
Kebutuhan adalah keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan meningkatnya tension, dapat berupa keadaan fisiologis (lapar, haus dan lainnya), keinginan akan sesuatu (baju, mobil dan lainnya) dan keinginan mengerjakan sesuatu.
4.         Valensi (Nilai)
Valensi adalah nilai lingkungan psikologis bagi pribadi, yaitu nilai positif ataupun nilai negatif.
5.         Force atau Vektor
Force atau vektor adalah yang mendorong pribadi untuk bergerak dalam lingkungan psikologis. Suatu gerakan terjadi bila ada kekuatan yang cukup besar, yang mendorong pribadi.
6.         Locomotion (Gerakan)
Merupkan suatu gambaran tentang proses gerakan dimana pribadi menginginkan sesuatu.
7.         Perubahan Struktur
Dalam berlangsung dalam dua cara. Pertama, nilai daerah brubah dengan cara kuantatif dan kualitatif. Kedua, vektor berubah dimana inti dari belajar dan pemecahan masalah.
8.         Tujuan Proses Psikologis
Menurut Lewin tujuan semua proses psikologis adalah kembali ke keseimbangan jiwa, yaitu keadaan tanpa tegangan. Proses ini dinamakan prinsip psychological homestatis.

C.   Perkembangan Kepribadian
Hakekat perkembangan menurut Lewin adalah perubahan-perubahan tingakah laku (behavioral changes). Adapun perkembangan kepribadian itu dapat dipahami dari pengertian berikut.
1.         Perkembangan berarti perubahan di dalam variasi tingkah laku.
2.         Perkembangan berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.
3.         Perkembangan berarti bertambah luasnya arena aktivitas.
4.         Perkembangan berarti perubahan dalam taraf realitas.
5.         Perkembangan berarti makin teridifferensiasinya tingkah laku.
6.         Perkembangan berarti differensiasi dan strafikasi.
BAB VII
PSIKOLOGI  HUMANISTIK MASLOW
A.  Eksistensialisme dan Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi pada awal tahun 1960an, di bawah kepemimpinan Maslow. Bermula dari suatu niat untuk menemukan alternatif atas dua teori psikologi yang sangat berpengaruh pada waktu itu (psikoanalisa dan behaviorisme). Dasarnya ialah salah satu aliran filsafat modern yakni Eksistensialisme.
Beberapa hal dari eksistensialisme yang diambil oleh psikologi humanistik antara lain:
1.         Eksistensialisme menekankan bahwa manusia memliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya.
2.         Konsep kemenjadian (booming). Yakni manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.
3.         Tekanannya terhadap kesadaran manusia, perasaan subjektif dan pengalaman-pengalaman personal yang berkaitan denga keberadaan individu dalam dunia bersama individu-individu lainnya.

B.     Pokok ajaran psikologi humanistik Maslow
1.         Individu sebagai keseluruhan yang integral
Motivasi mempengaruhi individu secara keseluruhan bukan sebagian. Misalnya, tidak ada kebutuhan perut, mulut atau seks. Yang ada kebutuhan individu yang lapar bukan perut Joni tetapi Joni.
2.         Penyelidikan dengan hewan tidak relevan
Maslow dan para humanistik lainnya berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk hidup, berbeda dengan hewan apapun.
3.         Pemahaman baik manusia
Menurut psikologi humanistik manusia itu pada dasarnya baik, atau setidaknya netral. Kalaupun menjadi jelek atau jahat, kekuatan menjadi jelek itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk dan bukan merupakan bawaan.
4.         Potensi kreatif manusia
Maslow yakin bila setiap orang memiliki kesempatan untuk menghuni liengkungan yang menunjang,  setiap orang dengan kreativitasnya itu akan mampu mengungkapkan seluruh potensi yang dimilikinya. Kreativitas adalah kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian diri.
5.         Penekanan pada kesehatan psikologis
Maslow beranggapan bahwa kita tidak bisa memahami gangguan mental sebelum kita memahami kesehatan mental. Dengan mempelajarai model-model yang kerdil atau tidak matang dan tidak sehat kita hanya akan memperoleh psikologi kerdil. Karena itu Maslow menekankan perlunya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi penggambaran psikologi yang universal.

C.   Teori Kebutuhan Bertingkat
Menurut Maslow kebutuhan manusia adalah bawaan, tersusun menurut tingkatannya. Kebutuhan manusia yang bertingkat itu dapat dirinci ke dalam lima tingkatan kebutuhan, yaitu:
1.         Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
2.         Kebutuhan akan rasa aman
3.         Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki
4.         Kebutuhan akan rasa harga diri
5.         Kebutuhan akan Aktualisasi diri
Menurut Maslow kebutuhan yang ada di tingkat dasar menuntut pemuasan yang lebih mendesak dari pada kebutuhan yang ada diatasanya.
1.         Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis.
Merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup (makan, minum,  udara, istirahat, keseimbangan temperatur, seks, dan kebutuhan akan stimulasi sensori). Oleh karena itu kebutuhan ini harus didahulukan karena sifatnya yang mendesak.
2.         Kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan rasa aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraruran dari keadaan lingkungan. Indikasi lain dari kebutuhan ini ialah ketergantungan.
3.         Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
Merupaka suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun di lingkungan masyarakat. Kebutuhan akan cinta itu mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai.
4.         Kebutuhan akan rasa harga diri, dan
Kebutuhan akan rasa harga diri (need for self esteem) oleh Maslow dibagi menjadi dua yaitu (1) penghormatan dari diri sendiri, dan (2) penghargaan orang lain. Terpuaskannya kebutuhan akan rasa harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa takut, rasa mampu, dan perasaan berguna.
5.         Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan kebutuhan manusia yang palig tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawahnya telah terpuaskan dengan baik.

D.  Penerapan Aktualisasi Diri
Pencapaian aktualisasi diri merupakan penggambaran yang optimis dari corak kehidupan yang ideal, Maslow memberikan 15 ciri dari orang yang self-actualized dengan harapan dapat menjadi petunjuk bagaimana keadaan pribadi bisa mencapai taraf ideal itu. Adapun ciri-ciri self-actualized itu adalah:
1.         Mengamati realitas secara efisien.
Ditandai antara lain seperti kemampuan melihat realitas sperti apa adanya, tanpa dicampuri oleh keinginan-keinginan atau harapan-harapan.
2.         Penerimaan atas diri sendiri, orang lain dan kodrat.
Orang-orang self-actualized menaruh hormat kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain, serta mampu menerima kodrat dengan segala kekurangan dan kelemahannya secara tulus, selain itu mereka juga bebas dari perasaan berdosa yang berlebihan, perasaan malu yang beralasan, dan perasaan cemas yang melemahkan.
3.         Spontan, sederhana dan wajar
Tingkah laku orang-orang self-actualized adalah spontan, sederhana, tidak dibuat-buat dan tidak terikat, tingkah laku yang demikian itu bersumber dari dalam pribadinya.
4.         Pemisahan diri dan kebutuhan privasi
Orang-orang self-actualized mereka memiliki masalah melampaui kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, mereka memiliki dedikasi terhadap tugas atau pekerjaannya.
5.         Kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan
Kebutuhan privasi bagi orang-orang self-actualized lebih besar dari pada kebutuhan privasi kebanyakan orang.
6.         Kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan
Kemandirian orang-orang yang self-actualizes menjadikan mereka memiliki kadar arah yang tinggi. Mereka lebih bergantung kepada potensi yang dimilikinya sendiri dalam perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya.
7.         Kesegaran dan apresiasi
Orang-orang self-actualized, mereka menghargai hal-hal yang pokok dalam kehidupan dengan rasa kagum, gembira dan bahkan heran, meski orang lain menganggapnya membosankan.
8.         Pengalaman puncak atau pengalaman mistik
Orang-orang self-actualized umumnya memiliki apa yang ia sebut pengalaman puncak (momen-momen dari perasaan yang mendalam) atau pengalaman mistik.
9.         Minat sosial
Orang-orang self-actualized mengalami ikatan perasaan yang mendalam dengan sesamanya. Mereka memiliki hasrat yang tulus untuk membantu memperbaiki sesamanya.
10.     Hbungan antar pribadi
Orang-orang self-actualized cenderung menciptakan hubungan antar pribadi lebih mendalam dibandingkan dengan kebanyakan orang. Mereka cenderung membangun hubungan yang dekat denga orang-orang yang dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan karakter.
11.     Berkarakter demokratis
Orang-orang self-actualized memiliki karakter demokratis, bebas dari prasangka, menaruh hormat kepada semua orang.
12.     Perbedaan antara cara dan tujuan
Orang-orang self-actualized memiliki standard moral dan ets yang tegas, sehingga jarang ditemui mereka yang menunjukkan kekacauan, keridak konsistenan dan konflik-konflik.
13.     Rasa humor yang filosofis
Orang-orang self-actualized memiliki rasa humor yang filosofis, yaitu humor yang mengekspresikan kritik atas kebodohan, kelancangan atau kecurangan manusia.
14.     Kreativitas
Adanya daya temu dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang atau berbeda dari gagasan yang lama.
15.     Penolakan enkultrasi
Orang-orang self-actualized adalah orang yang otonom, yang bisa dan berani membuat keputusan-keputusan sendiri, meskipun keputusan itu berbeda atau bertentangan dengan pendapat umum.

0 komentar:

Post a Comment

 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design