Etika
dalam Strata Kehidupan Sosial
Dalam sejarahanya ada tiga paham
yang secara transparan dapat digunakan untuk menganalisis strata sosial
manusia, yaitu Islamisme, Kapitalisme Dan Marxisme – Leninisme
1. Aliran
Kapitalisme
Kapitalisme
berkembang pada abad ke-19 dan 20 tidaka hanya merupakan ideologi tetapi juga
suatu norma. Kapitalisme berkembang dengan program yang bersifat dinamis
agresif menurut Herbert, salah satu juru bicara kelas kapitalisme, menolong
orang lain merupakan tindakan yang salah. Membantu orang lain berarti
membiarkan menjadi orang yang lemah. Oleh karena itu, jalan terbaik adalah
setiap orang harus mengurusi dirinya sendiri, sehingga masyarakat akan menjadi
lebih baik, karena semua anggotanya tahan dan sanggup berdiri sendiri sebagai
orang-orang yang terseleksi.
Sisi
negatif lainnya dari kapitalisme adalah mencampuri/memasuki hampr setiap segi
dari kehidupan manusia, sampai-sampai kepada soal agama, apalagi soal dagang.
Selain itu, muncul “simbol” dari kapitalisme adalah munculnya golongan
kevilage-class atau pleasure, yaitu golongan orang-orang istimewa. Kehidupan
mereka dicirikan dengan cara yang mencolok mata, berfoya-foya dan
mengahamburkan harta secara berlebian dengan tujuan mencari kepuasaan ketika
orang lain tahu akan hal itu.
2. Titik
Temu Kapitalisme dan Komunisme
Ide
kapitalisme dengan paham komunisme bertemu dari segi kebendaan, khususnya dalam
urusan bisnis. Pihak bawah menganggap kedua paham tersebut saling bertentangan,
nayatanya pihak atasan dapat bekerjasama bahkan saling merangkul satu sama
lainnya. Dari segi moral, kedua paham tersebut menyalahi hakekat kesucian
kehisupan manusia. Kapitalisme memandang manusia sebagai kawan kerjasama yang
diperlukan tenaganya untuk menumpuk kapital. Sedangkan manusia dalam sudut pandang
komunisme merupakan kamrad-kamrad yang diperlukan untuk merebut kekuasaan,
karena kekuasaan berati kekayaan. Sehingga jelas keduanya mendehumanisasi
nilai-nilai kemanusiaan karena menempatkan manusia sebagai alat.
Menurut
Aristoteles, perbuatan palinga baik yang dilakukan manusia adalah menggunakan
akal. Akal yang sehat dengan sendirinya dilandasi oleh moral yang tinggi. Bila
akal cerdas tetapi tidak bermoral artinya salah tempat karena hal itu serupa
dengan hewan. Urban berpendapat, “bilamana self itu dimisalkan ada pada
binatang, maka dengan sendirinya perbuatan-perbuatannya juga adalah merupakan
realisasi dari binatang.” Self berarti sifatnya spiritual, rohaniah. Yaitu
mengandung dinamika yang menghidupi fisik dan akal budi/rasio manusia. Semua perbuatan
manusia merupakan perbuatan self yang bernilai spiritual itu.
3. Norma
Etika menurut Ajaran Islam
Reinhold
dan Emil Brunner (penulis kristen) berpendapat bahwa manusia merupakan ciptaan
Tuhan. Maka hanya kehendak Tuhan saja yang dapat dijadikan dasar dari pola dan
bentuk jenis kehidupan manusia. Sumber kesusilaan adalah Tuhan. Pada Islam,
sumber moral diperoleh dari Tuhan yang otentik, yaitu Alquranulkarim dan sunnah
Rasulullah SAW. Bahkan hukum dan
ketetapan etika itu dapar dijadikan pegangan dan pedoman hidup, itu hanya dapat
diperoleh pada dasar-dasar moral yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri.
4. Contoh
Aktivitas Moral dalam Konteks Tradisi Lama, Modern dan Islam
No
|
Masalah
|
Tinjauan
/ nilai etika dari:
|
||
Tradisi
|
Modern
|
Islam
|
||
1
|
Pakaian dan acara berpakaian
|
Macam-macam, ada yang memperlihatkan aurat, ada
yang tidak
|
Berubah-ubah sesuai dengan selera mode
|
Harus menutup aurat. Potongan dan bentuk tidak
masalah
|
2
|
Minum alkohol/miras
|
Ada yang pro dan kontra
|
Dianggap sebagai lambang pergaulan modern
|
Diharamkan
|
3
|
Judi
|
Ada yang pro dan kontra
|
Permainan zaman modern
|
Lebih buruk dari minum allkohol
|
4
|
Free sex/ zina
|
Ada yang pro dan kontra
|
Dianggap soal biasa
|
Dosa besar
|
5
|
Bohong
|
Ada yang pro dan kontra
|
Tergantung jenis kebohongannya
|
Perbuatan tercela
|
6
|
Hidup mewah
|
Masalah individu
|
Tergantung kesanggupan
|
Mubazir, tercela
|
7
|
Tinggi hati, congkak
|
Kurang baik
|
Tergantung yang menilai
|
Tercela
|
5. Norma
Etika Aliran Marxisme-Leninisme
Karl
Marx (1818-1883) mengemukakan bahwa perkembangan dan kemajuan dalam masyarakat
timbul karena pertimbangan kelas. Yang menentukan seluruh prosess kehidupan
adalah sistem produksi dari kondidi materiil. Pada efek tergantung pada standar
masyarakat jadi tidak ada etika yang absolut. Ketika kapitalisme menimbulka
kutub atas dan bawah yang terdiri dari kaum kaya dan buruh, Marx menyerukan
agar mereka bersatu, berjuang menuntut perbaikan nasin/upah atas dasar
kemanusiaan.
6. Tujuan
Perjuangan Kelas Buruh Marxisme-Leninisme
Tujuan
Marx meperjuangkan kaum buruh adalah agar sumber produksi pada tiap daerah itu
harus berada ditangan kaum buruh dan perebutan kekuasaan dari tangan pemerintah
(kapitalis) ke buruh. Tujuan pertama dapat dicapai dengan jalan kompromi,
tetapi tujuan kedua dicapai dengan force. Sehingga pembunuhan apapun yang
terjadi saat itu bukan kejahatan. Dengan sendirinya norma dan etika tidak
diperlukan, sebab hanya dibutuhkan ketika ada perbedaan kelas
7. Kritik
terhadap Marxisme-Leninisme
Menurut
Marx, kondisi materiil-lah yang menentukan ide. Pola kehidupan dapat
mempengaruhi cara berpikir seseorang. Seorang bisa saja berpendapat bahwa
ketika masih buruh miskin, merampok, membunuh, terutama terhadap kaum kapitalis
adalah halal. Sedangkan ketika kaya, segala perbuatan menentang hukum adalah
terlarang.
Marx
tidak memperhitungkan bahwa manusia terdiri dari jiwa, pikiran dan karsa yang
materiil itu juga memiliki nafsu. Sehingga kriteria-kriteria moral yang
dilektakkan oleh tradisi dari masyarakat modern tidak stabil. Bila itu
dijadikan pegangan, maka penilaian baik buruknya tergantung pada cara orang
yang menginterpretasinya.
8. Strata
/ Kelas Sosial Ciptaan Manusia
Strata
kehidupan jelas buatan manusia, hasil kebudayaannya. Dalam kehidupannya,
manusia mempunyai penyakit “takut miskin”. Manusia sangat takut kekurangan dan
mengalami bencana, padahal Tuhan memberikannya atas dasar hukum keadilan, ada
yang sebagai ujian, dan ada pula yang merupakan peringatan.
9. Strata
Sosial dan Nasib atau Takdir Manusia
Nasib
dan takdir bukanlah mendatangi, tetapi harus dicari. Nasib adalah pintu usaha dan
ikhtiar sedangkan takdir adalah ukuran, hasil atau nilai yang telah
diperjuangakan dan keduanya merupakan kehendak Tuhan.
Terjadinya
manusia yang mulrikultural bukanlah hasil kebudayaan manusia, tetapi kehendak
Tuhan. Tidak ada yang bisa memilih terlahir sebagai siapa. Tuhan menciptakan
segalanya secara berpasangan, ada kekurangan dan ada kelebihan. Bila
menggunakan cara berpikir Marx dan Lenin, maka dunia aka kacau, karena tidak
adanya rasa puas untuk menguasai semuanya. Menurut pandangan manusia yang berTuhan
itu adalah perbuatan setan. Jadi, orang cukup yang berTuhan dan sudah
diperbudak oleh nafsu menumpuk harta kekayaan itulah penganut paham
Marxisme-Leninisme.
0 komentar:
Post a Comment