Nama : Ineu Handayani
NIM : 1005434
Pendidikan Geografi (B)
1. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pada pelaksanaannya ada tiga macam kurikulum yang ada, yaitu ideal curriculum, actual curriculum, dan hidden curriculum.
a. Ideal curriculum berarti kurikulum yang ideal. Kurikulum yang ideal berarti mengarah pada mendekati sempurnanya suatu kurikulum yang nantinya akan diterapkan. Di dalam ideal curriculum berisi bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan dan direncanakan serta dirancangkan secara sistematik untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
b. Actual curriculum berarti kurikulum yang nyata, maksudnya adalah kurikulum dalam pelaksanaannya. Actual curriculum bersumber dari ideal curriculum, tetapi pada kenyataannya dalam proses pelaksanaan di lapangan, tidak semuanya sesuai dengan yang ada dalam ideal curriculum.
c. Hidden curriculum berarti kurikulum yang tersembunyi. Tersembunyi berarti tidak bisa dilihat tetapi tidak berarti hilang atau tidak ada. Hidden curriculum berarti kurikulum yang tidak direncanakan dan tidak termasuk ke dalam kurikulum sekolah, meskipun demikian kurikulum tersembunyi ini mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap keluaran (out put) dari proses belajar mengajar. Kohelberg (1970) mengatakan bahwa hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peran guru dalam mentransformasikan standar moral.
Jadi, hubungan antara ideal curriculum, actual curriculum, dan hidden curriculum adalah adanya hubungan keterkaitan dalam proses pelaksanaan. Ideal curriculum merupakan rencana sistematis yang telah dirumuskan melalui penelitian, uji coba, dan evaluasi yang kemudian dilaksanakan atau diterapkan di lapangan menjadi sebuah actual curriculum atau kurikulum yang nyata atau aktual, meskipun pada kenyataannya terkadang tidak sesuai dengan rencana yakni seperti yang ada dalam ideal curriculum. Pada saat pelaksanaan kurikulum guru boleh melakukan improvisasi yang sifatnya positif dan mendukung terlaksananya kurikulum, improvisasi itu tidak tercantum dalam kurikulum ideal maupun aktual, itulah yang disebut sebagai kurikulum yang tersembunyi. Kurikulum tersembunyi lebih menekankan pada pendidikan karakter disamping pendidikan formal yang ada dalam ideal curriculum.
2. Jika dianalisis dari sifat masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan tiga peranan penting dari kurikulum, yaitu:
a. Peranan konservatif
Pendidikan selalu berhubungan dengan kebudayaan. Kebudayaan sifatnya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya meskipun dalam perjalanannya seiring bergulirnya waktu, budaya akan berubah atau berkembang. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada di masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Artinya, kurikulum melalui peran konservatifnya adalah berorientasi pada masa lampau. Karena nilai dan norma kebudayaan yang berlaku dimasyarakat telah menjadi hukum abstrak yang berlaku dan berlangsung sejak lama. Kurikulum yang berperan konservatif berarti mencamtumkan pendidikan karakter di dalamnya. Contohnya dalam kurikulum disbutkan bahwa dalam proses pembelajaran di kelas harus ada pendidikan karakter dan menjaga nilai-nilai budaya yang ada seperti cinta tanah air, gotong royong, dan lain sebagainya.
b. Peranan kritis atau evaluatif
Kebudayaan sifatnya dinamis, yakni senantiasa berubah dan berkembang. Sekolah dalam menerapkan kurikulum tidak hanya bertugas atau berperan sebagai agen pewaris kebudayaan yng ada, tetapi juga memilih dan menilai berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Untuk itu, kurikulum harus menjadi kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berfikir kritis. Kurikulum harus mampu menilai dan memilih kebudayaan serta nilai-nilai sosial yang akan diterapkan saat ini dan nantinya dengan cara menghilangkan nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang, serta adanya modifikasi dan perbaikan.
Contohnya, pada kurikulum yang terdahulu untuk mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ada praktik bela negara dengan cara pendidikan ala militer di luar kelas, sistem yang demikian itu sudah tidak sesuai bila diterapkan pada masa sekarang, karena praktik bela negara tidak melulu berkaitan dengan militer. Pada saat sekarang ini PKn merupakan mata pelajaran untuk meningkatkan wawasan nusantara dan jiwa nasionalisme meskipun tanpa pendidikan ala militer karena dinilai menghabiskan banyak waktu dan kurang efektif.
c. Peranan kreatif atau dinamis
Perkembangan zaman mengakibatkan berkembang pula tuntutan dari masyarakat terhadap input dan output dunia pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum yang sifatnya dinamis, sesuai perkembangan zaman maka kurikulum juga berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kretaif dan konstruktif. Kurikulum harus menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekaranga dan masa yang akan datang. Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan semua potensinya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berfikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang bermanfaat bagi masyarakat.
Contohnya, arus teknologi dan informasi seolah-olah sudah tidak bisa dibendung lagi karena dewasa ini sebgian besar penduduk bumi membutuhkan teknologi daninformasi yang cepat untuk meneruskan hidupnya. Kurikulum yang berperan kreatif tentunya mengamti hal ini sehingga bergerak secara dinamis sesuai perkembangan zaman. Salah satunya adalah dengan adanya pembelajaran berbasis teknologi, seperti memunculkan mata pelajaran Komputer dan TIK agar peserta didik memiliki pengalaman belajar dan pengembangan kemampuan berfikirnya sesuai dengan tuntutan masyarakat modern saat ini.
3. Pengembangan kurikulum menurut Oemar Hamalik (2007:183) berarti proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Dalam pengembangan kurikulum ada landasan-landasan yang musti diperhatikan guna pencapaian tujuan pendidikan, yaitu landasan filososfis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan teknologi.
a. Landasan filosofis
Dalam penyususnan kurikulum harus berdasara dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Di Indonesia penyususnan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, UUD 1945, dan GBHN sebagai filosofis negara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bansa Indonesia, artinya segala kegiatan yang dilakukan baik oleh berbagai lembaga maupun oleh perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas Pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Sekolah merupakan lembaga sosial yang di dalamnya harus menyiapkan siswa menjadi warga masyarakat yang sesuai dengan cita-cita, harapan, dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat tersebut.
Implikasi landasan filosofi dalam pengembangan kurikulum adalah dengan adanya pendidikan kewarganegaraan di dalam kurikulum dan juga pendidikan budi pekerti serta adanya pendidikan kaearkter yang diterapkan secara langsung maupun tidak langsung dalam mata pelajaran di sekolah, karena bisa juga melalui ekstrakurikuler.
b. Landasan psikologis
Pengembangan kurikulum yang berlandaskan psikologis artinya pengembangannya mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologis. Pengembangan kurikulum hendaknya memberikan pengalaman yang serasi dengan kebutuhan penyesuaian diri dan mengembangkan kepribadian yang terintegrasi. Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses pendidikan. Keberhasilam proses pendidikan sebagian besar bergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Sehingga penyusunan kurikulum harus memperhatikan tahapan perkembangan dan tahapan belajar dari peserta didik.
Salah satu contoh iplikasi pengembangan kurikulum yang berlandaskan psikologis adalah bobo dan jenis pelajaran yang diberikan untuk siswa SD harus dibedakan dengan yang diberikan pada siswa SMP. Hal itu dikarenakan tahap perkembangan siswa SD dan SMP berbeda dan akan mempengaruhi tahapan belajarnya.
c. Landasan sosial-budaya
Para peserta didik berasal dari masyarakat, dan mereka belajar tentang cara hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus bekerjasama dengan masyarakat, dan program sekolah harus disusun dan siarahkan oleh masyarakat yang menunjang sekolah tersebut. Program pendidikan disusun dan dipengaruhi oleh nilai, masalah, kebutuhan, dan tantangan dalam masyarakat sekitarnya. Ini berarti kurikulum harus disusun berdasarkan dasar sosial-budaya.
Implikasi nyata pengembangan kurikulum dengan berlandaskan sosial-budaya adalah adanya undang-undang yang mengatur tentang pendidikan dari segi kekuatan sosial dan adanya pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat setempat.
d. Landasan teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Teknologi ada yang bersifat sederhana dan ada pula yang canggih. Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Penggunaan teknologi yang baik dan sesuai perkembangannya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru. Oleh karena itu, para penyusun kurikulum terutama dalam pemasukkan bahan ajar harus dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan teknologi.
Implikasi landasan teknologi dalam pengembangan kurikulum adalah dahulu sebelum internet mudah untuk diakses dan belum menyebar, pembelajaran mengacu pada buku-buku yang ada tanpa pengetahuan umum yang luas, setelah teknologi semakin berkembang dan menyebar, pengembangan kurikulum melibatkan multimedia dalam proses pembelajaran seperti penggunaan infokus dan internet sebagai sumber belajar.
4. Kurikulum merupakan suatu sistem, itu artinya kurikulum tidak tiba-tiba muncul dan berdiri sendiri, tetapi kurikulum ada sebagai gabungan berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya. Karena semua komponen itu saling berkaitan maka keseluruhannya bertujuan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Kurikulum sebagai suatu sistem bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada dasarnya, komponen yang menyususn kurikulum adalah tujuan, metode, media evaluasi, bahan ajar, dan berbagai pengalaman belajar yang diperoleh dari perencanaan, isi, dan juga proses kurikulum itu sendiri.
Apabila salah satu komponen kurikulum itu tidak dilaksanakan tentunya akan ada kecacatan dalam pencapaian tujuan pendidikan, sehingga tidak optimal pencapaiannya.
5. Prinsip pengembangan kurikulum berarti kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum untuk mencapai tujuan yang benar. Prinsip pengembangan kurikulum secara khusus meliputi prinsip yang berkenaan dengan tujuan, pemilihan isi, pemilihan proses belajar mengajar, pemilihan media dan alat pengajaran, dan penilaian. Keseluruhan prinsip ini juga berarti kurikulum sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, samapi dengan penilaian atau evaluasinya.
Prinsip yang berkenan dengan tujuan berarti sebelumnya telah dilakukan survey atau dengan mereferensi dari pengalaman negara lain, kemudian dituangkan dalam isi yang tentunya harus logis, sistematis, dan sederhana. Setelah ada isi maka dipilihlah proses belajar mengajar yang paling tepat dengan menggunakan menggunakan alat bantu berupa media dan alat pembelajaran, dan terakhir dilakukanlah penilaian untuk melihat tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dari kurikulum dan juga tujuan pendidikan.
Setelah melakukan observasi, saya melihat bahwa sekolah yang menjadi objek observasi tersebut belum menerapkan prinsip pengembangan kurikulum dengan baik. Hal itu dikarenakan kurangnya media dan alat pembelajaran yang ada, sehingga pencapaian isi adkalanya menggunakan proses belajar mengajar yang krang sesuai.