Owa
jawa, merupakan salah satu hewan primata paling langka. Keberadaannya masuk
dalam status “terancam punah”. Selain makin sedikit, banyak yang memburu hanya
untuk dipelihara. Pemberian status terancam ini sepertinya justru menarik
masyarakat untuk kepentingan pribadi.
Owa Jawa (Hylobates moloch)
merupakan spesies kera kecil tanpa ekor dengan rambut berwarna abu-abu dan
memiliki nyanyian yang indah. Owa Jawa termasuk jenis kera pohon ssejati
(Arboreal monkey) karena hampir sepanjang hidupnya primata ini tidak pernah
turun dari atas pohon. Uniknya, meski dikenal sebagai raja pohon, Owa Jawa
justru termasuk kera yang berjalan dengan tegak alias tidak menggunakan keempat
tangan dan kakinya, melainkan mengandalkan kedua kakinya untuk berjalan.
Saat ini owa jawa hidup sebagian
besar di hutan-hutan di Jawa Barat, sebagian kecil di Jawa Tengah, Gunung
Slamet, dataran tinggi Dieng dan Jawa Timur. Makanan Owa Jawa adalah
buah-buahan alami, daun muda dan serangga. Owa Jawa dapat hidup sampai umur 20
tahun. Ciri khas dari hewan ini adalah teriakkan atau nyanyiannya. Teriakkan
atau nyanyian Owa Jawa menandakan teritorial tempat tinggal dan area mencari
makan.
Saat ini berbagai upaya telah
dilakukan untuk menyelamatkan Owa Jawa dari kepunahan. Diantaranya kegiatan edukasi
masyarakat luas, khususnya yang tinggal di daerah kawasan hutan. Anton Ario
dari Conservation International Indonesia (CII) mengatakan, masyarakat sekitar
hutan sangat berperan penting dalam proses pemberian informasi mengenai
pendeteksian keberadaan Owa Jawa yang dipelihara oleh masyarakat.
Di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango Jawa Barat, tepatnya di resort Bodogol, terdapat pusat rehabilitasi
Owa Jawa. Owa Jawa yang masuk rehabilitasi biasanya berumur tujuh tahun.
Rehabilitasi Owa Jawa perlu dilakukan secara bertahap agar dapat mengembalikan
kemampuan survival Owa Jawa yang telah lama dipelihara oleh masyarakat.
Awalnya Owa Jawa dimasukkan
karantina untuk diperiksa kesehatannya dan juga perubahan perilaku yang terjadi
seperti pola makan dan interkasi dengan lingkungan sekitarnya. Saat dipelihara
Owa Jawa selalu diberi makan buah-buahan secara teratur, tetapi pada saat
dikembalikan ke alam bebas, Owa Jawa harus belajar mencari sendiri di mana ada
buah-buahan di hutan.
Setelah melewati masa karantina
kurang lebih selama 1-1,5 bulan, Owa Jawa siap untuk dilepaskan ke alam bebas
untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan aslinya. Petugas selalu melakukan
monitoring terhadap Owa Jawa yang baru dilepaskan untuk dapat mengetahui
perkembangan yang terjadi terhadap Owa Jawa tersebut.
Untuk menyelamatkan Owa Jawa dari
ancaman kepunahan, perlu dilakukan kerjasama semua pihak. Selain upaya
penegakkan hukum yang lebih kongkret dan tegas terhadap para pemburu Owa Jawa,
juga diperlukan kegiatan pendidikan dan sosialisasi informasi kepada masyarakat
luas, agar lebih peduli kepada hewan primata ini yang jumlahnya makin sedikit.
0 komentar:
Post a Comment