5. karl marx dikenal sebagai tokoh
yang mencetuskan dan mengimplementasikan teori perjuangan kelas. Untuk
mendapatkan kesetaraan kelas yaitu ketika masyarakat mencapai apa yang disebut
dikatator proletariat, yaitu ketika kekuasaan negara dan pengaruh agama lenyap
dari masyarakat. Negara dan agama oleh marx dianggap sebagai alat penindasan
dan pengekang kebebasan.
a. apa yang saudara ketahui tentang
diktator proletariat?
Dalam pemikiran sosio-politik Marxis, diktatur
proletariat merujuk pada negara
sosialis di mana kaum
proletar (kelas buruh) memegang kekuasaan politik.
Seusai penghancuran kapitalisme
dengan paksa, dan setelah perebutan kekuasaan yang didominasi kapitalis, maka
masyarakat akan masuk dalam suatu masa yang disebut masa transisi. Dalam masa
ini akan muncul kelas baru, yakni kelas proletar yang tidak hanya menekan-paksa
kelas pemodal, tetapi juga bergerak merebut kekuasaan. Dan, tentunya kelas
proletar akan menggunakan kekuasaan tersebut untuk mengatur masyarakat serta
segenap aspek produksi.
Sesudah itu akan muncul masa
diktator proletariat, yakni suatu masa dimana kekuasaan dan semua aspek produksi
yang dikuasai kaum proletar dipertahankan dengan cara membentuk partai tunggal
yang menjadi satu-satunya jalan sah untuk memasuki ranah kekuasaan—bahkan
sangat menentukan kekuasaan—yakni partai komunis. Demi mempertahankan
keadaan-keadaan yang telah diraih lewat revolusi kaum proletar tersebut, maka
Marx mensyaratkan partai komunis yang dibentuk oleh kaum proletar itu haruslah
menjadi partai yang diktator.
Pada masa diktator proletariat,
sarana-sarana produksi yang telah dikuasai tersebut, diarahkan oleh kaum
proletar untuk pemerataan kesejahteraan bersama. Dalam kondisi ini, kelas
pekerja tidak lagi mengalami alienasi, karena hasil-hasil kerjanya
didedikasikan tidak hanya untuk meraup keuntungan semata, tetapi juga untuk
tujuan yang lebih luhur, yakni kesejahteraan bersama atau kesejahteraan
masyarakat. Marx berpendapat, dalam kondisi semacam itu para pekerja jauh lebih
mengenali hasil kerja mereka. Para pekerja juga jauh memahami mengapa pekerjaan
mereka harus dijalankan, untuk apa hasil kerja mereka, dan cita-cita besar
apakah yang berada di balik semua aspek produksi yang mereka lakoni.
Selanjutnya, diktator proletariat
akan diarahkan menuju sebuah masyarakat yang memiliki tatanan baru. Di dalam
tatanan baru itu, kelas-kelas di dalam masyarakat dihapuskan. Di dalam
masyarakat yang memiliki tatanan baru tersebut, karena segenap aspek produksi
dikuasai secara bersama dan diorientasikan untuk kesejahteraan bersama, maka
setiap orang akan dimintai menurut kemampuannya, dan akan diberi menurut
kebutuhannya.
Dengan kekuasaan yang sangat
dipengaruhi oleh partai komunis yang diktator inilah kaum proletar
mengambil-alih segenap aspek produksi, menjalankan pemerintahan, serta
menerapkan sistem ekonomi sosialis di dalam suatu negara sosialis ataupun
negara komunis.
Pada akhirnya, ketika masyarakat
dengan tatanan baru tersebut tercipta, dan tatanan baru tersebut telah bisa
dijalankan dengan baik oleh masyarakat itu, maka perlahan-lahan keberadaan
negara ditiadakan. Negara yang telah lenyap itu berganti dengan lahirnya
“masyarakat komunis”, atau yang populer di kalangan sosialis sebagai
“masyarakat tanpa kelas”.
b. bagaimana
pendapat marx tentang negara dan agama sebagai alat penindasan kaum proletar?
Bagaimana pendapat saudara?
Marx
menegaskan, “manusia membuat agama, bukan agama membuat manusia.” Maka, agamapun sesungguhnya adalah kesadaran
manusia yang belum menemukan dirinya, atau manusia yang kehilangan dirinya.
Akan tetapi, manusia bukanlah makhluk yang abstrak. Karena, manusia adalah
dunia manusia. Negara dan masyarakat yang menciptakan agama, karena agama
merupakan realisasi impian atau bayangan esensi manusia yang tidak memiliki
realitas sesungguhnya. Perjuangan terhadap agama yang menjadikan secara tidak
langsung sebagai perjuangan terhadap dunia.
Marx pun berpendapat bahwa agama adalah candu masyarakat, karena
agama dapat meninabobokan, meracuni dan melenakan rakyat. Istilah candu
menunjukkan antipati atau sinisme Marx yang akut terhadap agama, karena agama
tidak membawa kebaikkan apa pun dan hanya mendatangkan malapetaka. Agama
dibutuhkan ketika manusia yang putus asa tidak lagi mampu untuk mengatasi
persoalan hidupnya secara logis dan realistis.
Candu mengalihkan perhatian rakyat dari kenyataan sejarah dan
melarikan diri kepadanya. Tuhan yang diajarkan dalam agama menjadi tempat
pelarian manusia, padahal semua persoalan kehidupan manusia harus kembali pada
manusia iitu sendiri. Jadi, Tuhan dan bukan manusia yang menjadi pusat
kehidupan, dan inilah yang menyebabkan manusia dengan agama menjadi makhluk
yang terasing dari dirinya sendiri. Agama adalah sumber keterasingan manusia.
Karena, agama hanyalah sebuah epiphenomenon,
dimana ia tidak mempunyai realitas dan arti pada dirinya sendiri, melainkan
menunjuk pada sebuah “basis” : manusia. Maka, bukan agama yang perlu
diselidiki, melainkan manusia itu sendiri, karena manusia adalah dasarnya yang
nyata.
Pernyataan
Marx tersebut dinayatakan dan diartikan sebagai tuduhan bahwa agama hanya
menjanjikan kebahagiaan di alam sesudah kematian, di dunia lain dari kehidupan
manusia, membuat orang miskin dan tertindas semakin tertindas serta menerima
nasib mereka.Penindasan yang dipahami oleh Marx adalah suatu perilaku
eksploitatif-ekonomistik, di mana manusia dijadikan objek yang bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Marx yakin bahwa orang jatuh dalam
kemiskinan karena tindakan-tindakan penindasan "kelas atas, para pemilik modal"
terhadap mereka yang dikategorikan dalam "kelas bawah, para buruh".
Agama pada
titik ini dijadikan sebagai tempat perlindungan yang aman bagi penguasa untuk
melanggengkan kekuasaan mereka agama menjadi instrumen kekuasaan. Dengan kata
lain, kemiskinan itu disebabkan oleh struktur-struktur ekonomi masyarakat yang
menindas, yang diciptakan oleh para kapitalis demi memperbesar modal mereka.
Inilah
yang disebut oleh Marx sebagai alienasi bahwa dalam agama alienasi itu terjadi
karena manusia tunduk dan berada di bawah entitas suci yang diciptakannya
sendiri. Dengan menciptakan Tuhan, dengan sendirinya manusia merendahkan
martabatnya sendiri sehingga ia semakin asing dengan dirinya sendiri. Dengan
demikian, agama tidak lain adalah instrumen penindas yang diciptakan manusia
sendiri.
Masyarakat
tanpa kelas adalah mimpi dari pemikiran Marx ternyata hanya menjadi ide dan
pada tataran utopia saja, utopia yang menyesatkan, dalam pemikiran Marx nampak
menurut Magnis ‘bahwa dalam masyarakat tanpa kelas tidak ada lagi penindasan
manusia atas manusia, tidak ada lagi yang mencuri dan merampok dan memperkosa,
ini jelas utopianisme. Apalagi ketika Marx dan engels memehami masyarakat tanpa
kelas merupakan sebagai kerajaan kebebasan dimana setiap orang dapat bekerja
berdasarkan selera dan kreatifitas dirinya sendiri.
Marx
menilai terjadinya eksploitasi kelas Borjuis kapitalis terhadap kelas proletar
adalah eksistensi Negara. Negara ternyata hanya dijadikan sebagai alat
penindasan. Bagi kelas Borjuis Negara hanya semata-mata untuk mempertahankan
status qua hegemoni ekonomi dan politik mereka. Kelas proletar karena tidak
menguasai alat dan model produksi yang merupakan sumber kekuasaan, tidak
memiliki sedikitpun akses terhadap negara.
Negara
hanya dijadikan sebagai alat penindasan saja, kalau Negara tidak hilang apakah
penindasan juga akan terus berlangsung. Marx mengakui bahwa Negara tidak dapat langsung lenyap. Kaum proletar
harus bisa terlebih dahulu harus bisa mnghancurkan kekuasaan kelas kapitalis
dan mengkonsolidasi kekuasaan sendiri . Ini berarti pada pasca revolusi akan
tatap ada kelompok berkuasa atau masyarakat.