Suatu hari dalam perjalanku menggunakan kereta Malabar di kelas ekonomi, aku merasa ada hal-hal yang telah berlalu dengan begitu cepatnya. Dengan kesadaran penuh, aku mulai menuliskan kata demi kata yang bermunculan dalam benakku yang hingga akhirnya terangkai menjadi rangkaian kalimat, baris demi baris. Tanpa judul. Ah, ini hanya sekedar renungan...
Sesungguhnya tiada daya dan upaya melainkan kekuasaan-Nya
saya merasa ada nista dalam asa
saya merasa ada dusta dalam kata
dan saya merasa sedang mempermainkan separuh hidup ini dengan sia-sia
padahal...
tak akan ada kabar berita manakala bumi berhenti berputar
dan tak akan ada yang bisa menghalau apabila mentari tak bersinar lagi
sesungguhnya semua kabar gembira berasal dari-Nya,
siapapun saya pada waktu itu..
bagaimanapun rupa jiwa raga saya, ternyata ayah dan bunda berlapang dada bahkan bersuka cita menerima segalanya
saat itu, saya merasa ada cinta dalam tawa
saya merasa betapa saya hanyalah titipan Tuhan, tetapi menjadi beban terindah bagi mereka
tak akan sanggup saya menebak apa yang akan terjadi
dan lebih tak sanggup lagi bila saya harus menentukan apa yang akan terjadi,
dan begitulah kisah ini dimulai...
ketika saya beranjak dewasa,
Tuhan mengingatkan saya melalui berbagai hal
dengan meneguk air dalam gelas, saya merasakan perjalanan panjangnya dari gunung-gunung dan melalui lembahnya
dari sebutir nasi, saya seperti melihatnta berjuang tumbuh dari dalam tanah
Tuhan melindungi saya melali sayap-sayap indah bunda
Tuhan memanjakan saya melalui teguhnya lengan ayah
dan kemudian Tuhan memberi saya sebuah permata
kepercayaan... itulah permata yang Tuhan berikan
ketika separuh dari hidup saya akan terlampaui
saya harus melangkah
menapaki tanah di bumi antah berantah
menghirup udara dengan jumawa
mungkin kisah ini akan segera berakhir...
saya merasa ada asa dalam upaya
saya merasa ada pelita dalam cahaya, sia-sia
dan saya merasa apalah artinya permata yang Tuhan berikan bila hanya ada kehampaan
tapi, Tuhan yang menentukan
Tuhan memberikan apa yang saya butuhkan
di hadapan cermin diri,
saya merasa banyak dusta dalam kata
saya merasa bergelimang dosa dalam upaya
dan saya merasa sedang mempertaruhkan permata untuk hal yang tiada berguna
oh..ternyata belum telambat untuk membuka lembar baru
saya tidak perlu menghapus masa lalu
karena saya diliputi rasa malu
saya merasa orang lain tidaklah perlu tahu..
karena saya bukanlah orang penting yang harus menjadi baik,
tetapi yang penting bagi saya adalah menjadi baik
sesungguhnya tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak-Nya..
saya merasa rendah bila mengabaikan amanah
saya merasa lenyap bila mematahkan sayap-sayap bunda
saya merasa pantas dicaci bila melukai lengan ayah
dan saya merasa Tuhan masih sudi memberikan kesempatan
Nah... begitulah kisah ini akan diteruskan.
0 komentar:
Post a Comment