Pagi
hari.. Entah mengapa pagi hari merupakan waktu yang sangat sakral bagi
saya. Mungkin karena pagi hari
menentukan saya harus mandi lebih cepat atau menundanya hingga matahari terbit,
atau sampai petang? Ya, saya benar-benar orang yang sangat perhitungan bahkan
untuk menentukan waktu mandi. Dingin juga salah satu alasan terkuat bagi saya
untuk selalu menunda mandi pagi. Selain itu, mungkin juga pagi waktu favorit
saya untuk membuka pintu.. Keluar ke balkon dan menghirup udara pagi, karena
sejujurnya saja saya sangat-sangat tidak senang harus berebut oksigen di siang
hari dengan orang-orang, terutama yang berlubang hidung lebih besar daripada
saya.
Pernah
saya mendengar nasihat, jangan terbiasa bangun siang.. Nanti rejekinya dipatuk
ayam. Tapi belakangan saya semakin menyadari bahwa orang-orang semakin kreatif,
kalau rejekinya dipatuk ayam, maka kita harus menangkap ayam itu dan segera
menjadikannya sarapan yang lezat. Rasanya bukan masalah lama atau sebntar saya
melalui hari, tapi seberapa berkualitas saya melaluinya. Ah.. Tapi alangkah
baiknya bila saya melaluinya dari pagi hingga petang dengan berkualitas.
Dingin
sangat identik dengan pagi, khususnya di kota, yang katanya kota kembang ini,
sungguh sangat keterlaluan.. Saya merantau menjauhi garis khatulistiwa dari
Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah dan berdomisili disini, Bandung. Pagi
menjadi dingin ya tentu saja, hangatnya raja energi belum menjalar sampai muka
bumi dan mengusir udara malam yang bertekanan tinggi itu. Belum lagi posisi
Bandung yang berada pada ketinggian 600an ke atas. Alhasil, di Bandung saya
cukup mandi maksimal satu kali saja dalam sehari.
Untuk
kesekian kalinya, saya menunda untuk mandi pagi. Membersihkan sisa-sisa kotoran
di mata sambil duduk di balkon adalah pilihan utama. Udara pagi itu bersih. Tidak
perlu repot-repot bertanya mengapa? Karena saya akan menjawabnya dengan
sukarela tanpa paksaan..
Jadi,
yang namanya udara bersih itu berarti udara yang belum tercampur dengan gas-gas
yang berbahaya. Dan sebagai tambahan informasi, saya tidak suka membuang gas
sembarangan karena itu privasi bagi saya. Pagi hari.. Banyak berserakan di muka
bumi ini orang yang malas atau lebih malas dari saya.. Jadi aktivitas belum
banyak dan kendaraan juga belum banyak berlalu-lalang, pabrik belum mulai aktif
beroperasi dan lain sebagainya. Meskipun malas mandi, sesekali bangunlah lebih awal
dan hiruplah udara pagi.. Bersihkan paru-paru dengan gratis. Seketika saya agak
ngeri membayangkan harus pergi ke rumah sakit dan membayar mahal karena
paru-paru saya terlalu lemah untuk sekedar bernafas saja. Lebih baik saya
kembali ke dalam rumah sekarang juga.
Apa
saya harus mandi sekarang? Oh, tidak perlu. Nanti saja setelah merebus air
supaya bisa mandi dengat air yang lebih hangat. Lagipula merebus air tidak akan
memerlukan waktu yang lama, karena saya merebusnya menggunakan ketel aluminium.
Tak terbayangkan kalau ketelnya terbuat dari plastik atau kayu. Entah kapan
isolator itu akan membantu airnya mendidih. Dan yang paling penting, mandinya
akan semakin tertunda.
Kadang-kadang
saya berharap, “Ya Tuhan, tolong turunkanlah hujan pagi ini”. Semalas-malasnya
saya mandi pagi, saya akan bersuka-cita kalau harus menari dalam hujan meski di
pagi hari. Karena hujan membawa pesan dari berbagai penjuru dunia, entah darimanapun
titik-titik air itu berasal, dia tetap bergembira turun dan meresap,
berinfirltrasi di bumi belahan bagian manapun.
Air,
meskipun genangan kotor.. Dia akan menguap menjadi titik-titik air dan berkumpul
dengan titik-titik air lainnya. Sebagai air kotor? Tentu saja tidak, dia sudah
menjadi makhluk yang baru.. Dan siap terlahir bersih lagi menjadi butiran air
dalam stiap hujan ketika angin mendorongnya menuju suatu tempat selama bumi
masih belum berhenti berotasi atau berdansa, berputar-putar pada porosnya tanpa
lelah. Kawan, agaknya bumi kita berbakat menjadi ballerina.
Ternyata…
Selama saya merenung penuh harap dan berimajinasi kesana-kemari, ternyata air
yang sedang saya rebus tadi mulai saling melepaskan ikatan antar molekulnya.
Pergerakannya semakin cepat, sudah mendidih. Mungkin ini waktunya saya beranjak
berleha-leha dan segera mandi sebelum terlambat untuk melakukan berbagai
aktivitas selanjutnya, kalian seharusnya belum lupa, saya terlalu perhitungan
untuk melakukan hal yang sia-sia. Kalau difikir-fikir, saya tak terlalu
malas-malas amat ya.. Ini baru pukul 05.45 pagi di waktu kota Bandung,
Indonesia. (Indonesia, saya tidak akan membagimu menjadi tiga seperti yang
dilakukan orang lain).
Pagi hari… Untuk
hari esok, saya sangat yakin dengan tingkat persentase penuh, saya akan malas
mandi lagi. Bahkan beberapa kegiatan dan adegan akan saya ulangi lagi.. Tapi
saya tidak pernah bosan berharap, semoga besok pagi turunlah hujan yang selalu
saya nantikan itu.
0 komentar:
Post a Comment