Gua Pawon terbentuk secara alami
dari perpaduan proses endogen dan juga eksogen. Dari identifikasi batuan yang
ada sebagai penyusun gua, maka Gua Pawon tergolong ke dalam gua fosil. Batuan
dari gua fosil umumnya adalah kapur gamping, dan dolomit.
Dari sisi geomorfologi, Gua Pawon
merupakan bagian dari bentukan lahan karst. Seperti gua-gua pada umumnya, di
dalam Gua Pawon yang terletak di daerah Citatah-Padalarang Kabupaten Bandung
juga terdapat ornamen-ornamen gua yang sangat beraneka ragam dan bernilai
sejarah, budaya, dan estetis yang tinggi.
Pada zona Trogloxone, ditemukan
populasi Kalelawar yang juga ditandai dengan ditemukannya kotoran kalelawar
atau guano yang mengandung jamur yang berbahaya bagi kesehatan terutama bila
kita bersikap agresif dan mengganggu populasi tersebut. Maka dari itu kita
harus bersikap tenang dan tetap berhati-hati.
Semakin jauh memasuki gua, mulai
tampak ornamen-ornamen gua seperti stalagtit, stalagmit, tiangan, tiraian,
gordam, dan lain-lain. Ornamen-ornamen tersebut terbentuk secara alami dan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Akan tetapi, untuk merusaknya membutuhkan
waktu yang sangat sebentar. Oleh karena itu, perlu kesadaran tinggi dari
masyarakat agar keberadaan Gua Pawon sebagai gua karst tetap terjaga
kelestariannya, dan tentunya harus didukung dengan kebijakan pemerintah yang
tegas dan bertanggungjawab.
Selain sebagai bentang alam dengan
kenampakan yang memiliki nilai estetika, Gua Pawon juga didaulat menjadi
kawasan cagar budaya. Gua Pawon sebagai cagar budaya diidentifikasikan dengan
ditemukannya fosil manusia purba. Fosil tersebut dapat dilihat tidak terlalu
jauh dari mulut gua. Adapun fosil yang dapat kita lihat saat ini merupakan
replikanya saja, karena untuk fosil yang asli telah dipindahkan ke Museum
Geologi Bandung.
Fosil manusia purba tersebut diduga
sebagai orang penting pada masanya, seperti kepala suku, raja dan lain
sebagainya. Hal itu disimpulkan dari sudut pandang sejarah dan dan penelitian
tentang manusia purba sebelumnya, yaitu dilihat dari posisi dikuburkannya fosil
tersebut dalam keadaan menekut, kedua tangan memeluk lutut. Hingga saat ini,
penemuan tersebut masih terus diteliti.
Sebagai bentuk kesadaran dan
tanggung jawab kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, merupakan
suatu kewajiban bagi kita untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, khususnya
seperti Gua Pawon sebagai salah satu fenomena di bentukan lahan karst agar
generasi yang akan datang dapat menikmati dan mempelajarinya.
0 komentar:
Post a Comment