Tuesday, April 14, 2020

Covid-19 : Setelah Semua Ini Berlalu


Tiba-tiba saja anak-anak saya membahas tentang sugar daddy. Hal yang sangat mengejutkan, bukan berburuk sangka pada apa yang mereka lakukan tapi lebih pada sibuk dengan pikiran saya. Bagaimana mereka bisa tahu? Dari mana? Siapa yang memberitahu? Sejauh apa mereka tahu? Apalagi?. Sebenarnya menurut saya pribadi, bukan sepenuhnya hal buruk jika mereka tahu tentang itu, berpotensi menjadi bekal pengetahuan agar berhati-hati dalam pergaulan. Pun saya yang pertama kali tahu tentang kata-kata itu agak terkejut, ternyata ada orang yang melakukan hal seperti itu di luar sana.

Beberapa tahun yang lalu, saya belum lulus kuliah, calon guru. Harus diuji, benarkah siap menjadi guru? Maka dilakukan praktik mengajar di sekolah sungguhan, bertemu dengan anak-anak yang sebenarnya usianya tidak terpaut jauh dengan saya saat itu. Manusia dengan kepribadian yang labil, seketika tertawa terbahak sangat ceria, seketika marah tanpa bisa menjelaskan sebabnya, hingga tingkahnya yang begitu unik, membuat saya ingin mencari tahu dengan kata kunci… kenakalan yang mungkin dilakukan oleh remaja. 

Pada dasarnya saya berkeyakinan, obrolan hari ini hanya seputar candaan semata. Kemudian saya berpikir lebih jauh lagi dengan berbagai alternatif kemungkinan. Hampir satu bulan berlalu semenjak kegiatan belajar dan mengajar dilakukan secara daring karena Indonesia menjadi salah satu negara yang juga terkena dampak menyebarnya virus yaitu covid19. Saya mengamati kegiatan anak-anak tentu saja dari apa yang dapat dilihat dan juga sesekali ngobrol dengan mereka melalui media sosial. Tentu saja kita sebaiknya tidak langsung menilai dari apa yang kita lihat saja, namun tulisan ini dibuat karena keresahan saya sebagai orang tua. Maka saya berharap untuk siapapun yang sengaja ataupun tidak sengaja membaca tulisan ini, agar memaklumi pemikiran saya ini.

Saat ini saya adalah seorang guru di salah satu sekolah swasta di Pulau Jawa. Sekolah tempat saya sehari-hari bertemu dengan anak-anak sebelum covid19 menjadi pandemi, adalah sekolah dengan kegiatan ciri khas pembiasaan aktivitas keagamaan, dan juga termasuk full day school. Bisa karena biasa, kemudian juga telah turun temurun dikatakan bahwa lancar kaji karena diulang, pasar jalan karena diturut. Begitulah salah satu cara karakter anak dapat tumbuh, karena kegiatan yang dilakukan terus menerus sehingga ia akan terbiasa dan merasa ada yang kurang jika hal tersebut tidak dilakukan. Hal itu juga perlu pendampingan, agar anak mengerti maknanya dan bukan melakukannya atas dasar kebiasaan saja. Alangkah senangnya saya sebagai orang tua bila anak-anak tumbuh dengan pribadi yang baik dan mengenal Tuhannya dengan baik pula. Saya banyak menuliskan pendapat saya pada tulisan ini dengan sudut pandang latar belakang pendidikan dan kepercayaan yang saya anut.

Saya dan orang tua anak-anak di rumah saling membagi tugas, namun tentu saja bukan hal yang pantas bagi saya untuk menentukan porsi siapa yang seharusnya lebih besar. Karena kami juga punya tujuan dan harapan yang sama pada anak-anak. Sekarang kami sama-sama melakukan dan memberikan yang terbaik, dengan versi masing-masing. Anak juga menanggapinya dengan versi masing-masing.

Bagaikan air yang terus menetes pada sebongkah batu, lama kelamaan akan membuat cekungan pada batu tersebut. Kita juga seringkali mendengar bahwa salah satu metode menghafal adalah mengulanginya secara terus menerus selama beberapa kali. Saya juga pernah menonton film pendek yang menunjukkan bagaimana caranya seorang laki-laki supaya istiqamah untuk terus bangun pagi dan shalat berjamaah di masjid? Dan jawabannya adalah terus melakukannya selama 40 hari berturut-turut. Dalam sebuah lagu yang pernah cukup popular dinyanyikan oleh Mbah Surip, kegiatan bangun tidur dan tidur lagi sampai begitu seterusnya menjadi kebiasaan. Dari hal-hal tersebut saya ingin menyampaikan bahwa semua ini akan menjadi pola.

Selama semua orang di rumah aja, bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan sebagainya, akan ada dampak berikutnya. Menurut saya, kita bukan saja sedang berjuang mengatasi covid19, tapi juga mengatasi diri sendiri terutama di kemudian hari. Covid19 akan berlalu, tapi pola dan karakter yang terbentuk menurut pendapat saya secara pribadi, bukan hal yang mudah untuk dirubah. Saya membayangkan, setelah semua ini berlalu (segera), akan banyak orang yang bergerak lebih lamban, malas mandi, ketergantungan pada gawai, kurang peka, dan lain-lain.

Semoga saja anak-anak yang menjadi harapan kita semua sebagai generasi penerus merdekanya bangsa ini, tidak menjadi seperti hal buruk yang saya bayangkan. Karena tetap saja, baik dan buruk itu selalu berdampingan. Saya juga mendapat kabar baik, bahwa selama belajar di rumah anak-anak menjadi lebih rajin memantu orang tua, bangun pada waktu sepertiga malam untuk berdo’a, membuat karya dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan terus berusaha mengembangkannya.

Dalam kondisi yang mengkhawatirkan ini, saya melihat secercah harapan yang kemudian akan terang. Saya percaya.

0 komentar:

Post a Comment

 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design