Negeri di atas awan? Benarkah?
Negeri apa pula itu? Masih di Indonesia? Jangan-jangan hanya khayalan saja..
Memang kebanyakan dari kita, termasuk pula saya, sering berlebihan dalam
menanggapi suatu fenomena, bahkan untuk hal yang belum kita ketahui secara
gamblang sekalipun. Tetapi tidak apa-apa, adalah hal yang teramat sangat wajar
bila manusia biasa seperti kita takjub, terperangah, atau mungkin lebih baik
bila disebut lebay dengan sesuatu
yang tidak bisa kita lakukan, rasakan, lihat, dengan, dan kita ciptakan. Hanya
Tuhan yang bisa menciptakannya, dan sudah sepantasnya kita takjub penuh syukur pada-Nya.
Kembali pada negeri di atas
awan.. Negeri ini tentu saja ada di Indonesia. Karena saya yang menceritakan
kisah ini dan saya belum pernah pergi meninggalkan negara kita ini walau hanya
sekali, mungkin kelak saya akan pergi bila Tuhan menghendaki. (jangan lupa..
saya selalu percaya segalanya ada karena “jalan Tuhan”). Apakah saya sudah
cukup bertele-tele? Mari melanjutkan tentang negeri di atas awan. Tepatnya
adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan
Bandar.
sebagian bentang alam |
pola persebaran pemukiman berkelompok |
Sebagian besar wilayah Kecamatan
Bandar.. ah mungkin sebaiknya saya bilang seluruh wilayahnya merupakan daerah
yang berbukit-bukit dan berlembah dengan kemiringan yang mencapai 100%, jurang
di kiri atau kanan jalan dan tebing batu di bagian lainnya. Jalannya?
Berkelok-kelok macam ular naga.. (sudah pernah lihat ular naga? Nah itu juga
bagian dari hal berlebihan dari masyarakat Indonesia, ular naga). Karena berada
pada ketinggian mdpl, maka sudah pasti suhunya lebih rendah daripada daerah
lainnya di Pacitan yang sebagian besar wilayahnya berada di garis pantai
selatan Jawa yang sekaligus langsung menghampar di depannya Samudera Hindia.
Karena tempatnya yang jauh dari
ibukota kabupaten (lebih dekat ke Kabupaten Ponorogo), berada di ketinggian,
hawanya dingin, jalannya berliku. Maka munculnya sebutan “negeri di atas awan”.
Apakah memang benar-benar di atas awan? Seperti waktu kita sedang naik gunung?
Silahkan kunjungi sendiri yaa.. J
Tapi akan saya beri tahu, tidak sepenuhnya benar. Jarak tempuh dari kota memang
sangat jauh, sekitar 2,5 jam perjalanan santai.. jangan lupa, itu jarak
relatif. Jalanan berliku, sudah berkali-kali terjadi kecelakaan kendaraan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia. Suhunya memang termasuk sangat dingin,
terlebih pada malam hari. Hawanya sejuk, iklim sosial pedesaan yang khas
seperti yang sering digambarkan dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Cukup
jauh dari fasilitas umum yang bisa menunjukkan kemewahan, status sosial dan
lain sebagainya.
Jalan lokal |
SDN Bandar 1 |
Wah berarti pelosok banget ya? Itu juga relatif J Bandar, khususnya
Dusun Grenjeng, memang hanya sebuah dusun kecil dengan kepadatan penduduk yang
jarang, mayoritas penduduknya bertani dan beternak. Bukan bertani tanam sayur seperti
yang di kaki gunung.. bahkan pagi saja tidak di sawah, padinya padi gogo, itu
dikarenakan kondisi geografis Pacitan yang bentukan lahannya adalah karst atau
secara awam dikenal dengan kapur. Meskipun demikian, fasilitas yang ada disini
sudah termasuk cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Ada sebuah Bank
konvensional negara yang membantu perputaran uang masyarakat, sarana dan
prasarana pendidikan hingga jenjang sekolah menengah atas. Sebuah pasar
tradisioal yang digelar dalam lima hari sekali, yaitu setiap hari Pon, itu
adalah salah satu hari dalam hitungan jawa. Masyarakat percaya itu akan membawa
berkah dan hal baik. Sarana ibdah yang memadai, bahkan sedang dibangun sebuah
rumah ibadah yang megah untuk ibadah masyarakat setempat.
Jadi maksudnya penduduknya disana
makmur? Kaya raya? Kalau untuk masalah itu.. saya sangat tidak berani
menjawabnya. Karena kemakmuran dan kekayaan itu harus dikembalikan pada diri
masing-masing. Tolak ukur makmur dan kaya tentu saja berbeda antara seseorang
dengan orang lainnya. Hanya saja, saya bisa katakan, tempat ini lebih baik
secara visual daripada tempat tinggal saya yang masih sangat jauh dari
pembangunan (ndak perlu membayangkan tempat tinggal saya, fokus saja pada kisah
dalam postingan ini). Masyarakat juga mengenal arti
nvestasi dengan baik. Mereka juga berinfestasi untuk jangka panjang yang
dianggap akan menguntungkan dan akan membantu hidupnya di masa mendatang. Jadi
mereka berinvestasi dalam bisnis property. Hei, saya hanya bercanda.. investasi
mereka adalah sapi. Sapi yang terus tumbuh dan berkembang biak, harga jualnya
yang lumayan tinggi, itulah investasi jangka panjang dari sebagian besar
masyarakat dusun ini.
Sapi milik penduduk |
Bagaimana dengan fasilitas
lainnya semisal sedang ada acara pelatihan dan lain sebagainya? Mungkin
maksudnya hotel J
Jangan berlebihan, ini hanya sebuah dusun kecil, potensi alam yang besar tetapi
belum menjadi destinasi wisata karena berbagai alasan yang rasional. Ketika
saya berada di Dusun Grenjeng, Desa Bandar Kecamatan Bandar Kabupaten Pacitan,
saya sedang melaksanakan tugas negara dalam sebuah pelatihan yang berkaitan
dengan masalah pendidikan di negara kita, Indonesia. (Harus saya perjelas, siap
tahu ada yang lupa.. bahwa Indonesia adalah negara kita). Dalam tugas tersebut,
saya harus berada disana selama sebelas hari dan menginap pada malam harinya,
menginapnya di rumah warga, tentu saja tidak gratis.. negara yang membayarnya.
Terima kasih Indonesia.
Hanya sebuah rumah sederhana,
dengan satu ruang untuk nonton televisi dan ruang tamu. Kamar mandi yang
pintunya tidak bisa dikunci. Apakah nyaman? Alhamdulillah, ini sangat nyaman.
Mungkin kalian adalah orang yang beruntung karena bisa merasakan menginap di
hotel yang baik dan selalu dibersihkan, tapi dalam situasi yang serba relatif
ini, saya dan rekan yang bertugas disini adalah orang-orang yang berbahagia
karena ditugaskan kemari oleh negara. Karena dengan berada disini maka saya
bisa menuliskan cerita ini, membiarkan organ paru saya bekerja dengan santai,
menguatkan hati untuk selalu berterima kasih pada-Nya, memberi informasi
tentang daerah yang belum kalian kunjungi, dan memamerkan Indonesia pada
siapapun yang masih meragukan potensinya.
Rumah tempat menginap |
Setiap perjalanan adalah sebuah
perjalanan hidup yang sangat berharga. Setiap cerita akan mengandung makna yang
disesuaikan dengan sudut pandang kita terhadap cerita itu. Dari sekian banyak
kata dalam kisah ini semoga ada hal bermanfaat untuk kalian yang membaca kisah
ini. Aamiin. Untuk foto-foto, tidak banyak yang dapat saya publikasikan, tetapi beberapa bisa dilihat dalam akun media publikasi foto milik saya, ineu handayani Ayo berkunjung ke Pacitan! J
0 komentar:
Post a Comment