Beberapa kali saya dan teman-temanberdebat, tentang masalah sepele hingga masalah yang
bertele-tele. Meski lebih sering berdebat tentang masalah yang tidak penting
untuk dipublikasikan, tetapi agaknya ada juga beberapa masalah penting yang
sengaja dan ndak sengaja kami bicarakan dengan kapasitas sebagai calon pendidik generasi mendatang. Salah satunya adalah tentang
generasi penerus bangsa.. Sudah tak terhitung berapa kali saya berniat
menuliskan cerita ini, tetapi selalu urung karena alasan yang dibuat-buat dan
alasan yang benar-benar menghambat. Maka kali ini, saya bersungguh-sungguh
untuk bercerita….
Pada zaman dahulu kala, tepatnya
pada masa sebelum kemerdekaan Negara kesatuan Republik Indonesia…
Indonesia merupakan negara yang
tersohor akan kekayaan alamnya yang melimpah dan bentang alam yang beragam
serta indah, bentang budaya yang juga sangat beragam dan unik. Tak ayal
berbagai potensi yang ada di Indonesia itu menarik minat orang asing untung
datang ke Indonesia dengan berbagai niat, maksud dan tujuannya. Pada awalnya
mereka berniat untuk berdagang dan membeli rempah-rempah, lalu akhirnya
menyengsarakan rakyat Indonesia pada waktu itu.
Kesengsaraan yang dialami
kebanyakan rakyat Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan tidak hanya kesalahan
bangsa penjajah semata. Hal itu juga dikarenakan karena rakyat Indonesia pada
awalnya masih bersifat kedaerahan dan acuh tak acuh dengan apa yang terjadi di
daerah lain. Belum lagi ada beberapa orang yang tamak (hampir terjadi di setiap
daerah jajahan bangsa asing di Indonesia), selalu ada diantara rakyat Indonesia
yang merasa derajatnya lebih tinggi karena dapat berhubungan dengan bangsa
asing yang memiliki kepentingan terselubung saat itu. Lalu mereka dijuluki
sebagai pengkhianat bangsa.
Setelah waktu berlalu cukup lama,
akhirnya rakyat Indonesia sadar dan semakin menyadari bahwa kita mengalami
nasib yang sama di tanah yang sama bernama Nusantara ini. Rakyat Indonesia pun
mulai bergabung dengan berbagai cara dan dalam berbagai bentuk organisasi yang mengatas
namakan perlawanan terhadap penjajahan. Perlawanan muncul hingga di
pelosok-pelosok negri. Tua, muda, lelaki, dan perempuan, semua ikut ambil
bagian dalam peperangan. Terlebih generasi muda pada saat itu.
Para pemuda pada masa pra
kemerdekaan, sangat aktif dan tampil dengan ida serta gagasan yang berani.
Salah satu dari sekian banyak bukti kegagahan pemua Indonesia pada masa itu
adalah perjuangannya dalam merebut kemerdekaan dari penjajah. Sinergi dengan
kelompok tua juga dilakukan dengan apik. Hingga pada suatu hari, tepat satu
hari sebelum kemerdekaan Indonesia, para pemuda yang disebut-sebut sebagai
golongan muda mengambil keputusan yang sangat cepat dan agaknya tepat karena
hasilnya adalah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia segera dideklarasikan
pada keesokan harinya.
Bahkan setelah Indonesia merdeka,
para pemuda yang kemudian disebut sebagi generasi muda atau generasi penerus
bangsa terus aktif memperjuangkan hal-hal yang sesuai dengan nilai, norma, dan
hukum yang berlaku. Beberapa diantaranya bahkan harus kehilangan nyawa dan
rekan demi perubahan. Perjuangan mereka
dihargai dan dikenang dalam sejarah negara ini. Perubahan pun dimulai.
Beberapa tahun kemudian, setelah
beberapa dasawarsa Indonesia merdeka….
Berbagai permasalahan terus bermunculan,
ibarat kata, mati satu tumbuh seribu. Bencana alam dan bencana sosial terjadi
hingga ke pelosok negri. Pembangunan yang tidak merata, kekucarang dimana-mana,
rakyat mengatasnamakan dirinya sebagai korban, mirisnya lagi kekayaan alam yang
tersohor itu masih saja banyak yang dikelola dan dikuasai oleh pihak asing.
Apakah kita benar-benar sudah merdeka? Pertanyaan itu perlu dimunculkan untuk
menyadarkan bahwa kita masih dipengaruhi orang lain, terlebih kebanyakan rakyat
kita menjadi pekerja untuk pihak asing tersebut.
Akan tetapi, dengan situasi
kondisi yang sedemikian rupa saat ini, kita tidak boleh menutup mata bahwa
banyak juga generasi muda yang membanggakan. Prestasi pemuda Indonesia di
kancah internasional patut diperhitungkan bahkan tak sedikit yang membuat iri
pihak asing hingga ada yang menganggapnya sebagai ancaman. Kita patut bangga
dengan orang-orang di negara ini yang masih konsisten mengisi kemerdekaan pada
posisinya masing-masing.
Indonesia terus bergerak,
meninggalkan masa lepas landas dengan bersusah payah. Karena mengelola negara
yang terbentang ribuan kilometer dan tersebar dalam bentuk pulau-pulau bukanlah
hal yang mudah. Selalulah para pemimpin dan orang-orang berbudi pekerti baik
menggaungkan bahwa kelangsungan negara ini ada pada “generasi penerus bangsa”.
Mereka yang peduli atau pura-pura peduli pada keberlangsungan negara ini sangat
mengharapkan kinerja generasi penerus bangsa di masa mendatang.
Generasi penerus bangsa mengemban
tugas yang berat. Semua orang mengamatnkan kepada generasi penerus bangsa untuk
melanjutkan perjuangan para pahlawan. Bagi saya, disinilah permasalahannya..
Apa yang harus diteruskan oleh
“generasi penerus bangsa” pada saat ini? Meneruskan kontrak-kontrak pihak asing
untuk menguasai sumberdaya alam kita? Meneruskan perjuangan sebagian besar
pejabat yang melakukan kecurangan? Meneruskan bekerja di luar negri karena
kurang dihargai di negara sendiri? Meneruskan kemerdekaan yang bahkan sejak
awal sudah dirongrong dari intern negara kita? Apakah kita benar-benar butuh
“generasi penerus bangsa”? bagimana bila yang kita butuhkan adalah generasi
pengubah? Atau generasi pembaharu?.
Nah.. kira-kira begitulah intisari perdebatan kami kala itu. Jangan
sembarangan memberi amanat tanpa menjelaskan maksud dan tujuannya, terlebih
niatnya karena niat itu diikrarkan dalam hati.. niat orang siapa yang tahu.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya bukan
generasi penerus bangsa, tapi saya adalah pemuda Indonesia yang bersyukur dan
berterima kasih atas kemerdekaan bangsa ini, dan dengan bersungguh-sungguh saya
akan melakukan hal-hal baik demi negara ini di masa mendatang.
Tidak semua orang akan setuju dengan pendapat kita. Tetapi banyak masa,
pendapat orang lain membantu kita sadar akan kesalahan dan mawas diri….
0 komentar:
Post a Comment