Tuesday, June 24, 2014

Buat dek alit tersayang ^_^

Untukmu yang sedang berjuang membuka lagi satu pintu menuju masa depanmu.. untuknya yang selalu bekerja keras, mendoakan dan mengusahakan dengan sepenuh hati untukku dan untukmu… Untuk seorang perempuan berhati tangguh dan berbudi pekerti luhur, semoga engkau berada di tampat yang layak dan nyaman hingga kita berjumpa lagi… dan untukkmu yang sedang merindu. Untuk kita semua yang selalu malu-malu mengakui cinta, seiap harinya jadi lebih berwarna dan bermakna karena aku dan kalian adalah satu.

Untukmu…

Aku melihatmu, meski tak terlalu sering memperhatikan dan mendengarmu. Bukan kerna tak cinta, karena aku masih belia kala itu.. toh hingga tiba waktunya, aku memperhatikanmu lebih dari yang engkau tahu.. mencintaimu lebih dari yang engkau bayangkan. Aku harus berdebar lebih sering dari biasanya, tersengal berpacu dengan waktu untukmu. Bersamamu kala engkau terus tumbuh dan mulai berdiri sendiri dengan kokoh adalah bagian dari doaku.

Berbaktilah pada sebelah sayapmu yang sudah semakin rapuh karena waktu. Aku tak berharap lebih darimu, teruslah tumbuh menjadi kuat dan hebat, ingatlah Tuhan selalu supaya selalu pula Ia mengingat kita. Semoga Tuhan melindungi dan menyayangimu selalu. Aamiin.

Untuknya…

Ini dialog tanpa akhir meski bukan debat kusir. Karena cinta kasih kita tak akan pernah berkahir. Banyak luka lara dan aral yang telah dia lalui, tampak nyata bebannya. Aku selalu berusaha untuk memahaminya.. menyelami hatinya, menyusuri pandangannya.. sejauh dan sedalam apapun aku mencari, yang kutemukan hanya cinta. Tidak ada yang salah dengan setiap keputusan yang diambilnya, pada akhirnya kita akan selalu mengembalikannya pada kesadaran bahwa apapun itu, segalanya sudah Tuhan atur yang terbaik yang kita butuhkan. Semoga ia memaafkan kita karena burung sangka dan kotornya hati ini.

Aku ingin melihatnya tersenyum tanpa beban, selalu berada di sampingnya hingga senja terbenam dan bumi tak lagi berotasi. Aku ingin membukakan pintu terakhir untuk kita semua menuju hari yang lebih baik dan semakin baik.  Semoga Tuhan melindunginya selalu kala hari berganti, waktu berlalu, musim bergilir, bahkan kala semua porak-poranda. Aamiin.

Untuk perempuan tangguh dan berbudi pekerti luhur..

Bilakah kita dapat berjumpa lagi? Sampaikah setiap salam rindu yang selalu aku titipkan pada Tuhan lewat untaian kata tak beraturan bercampur dengan derai air mata itu? Rindukah pada kami? Engkau harus tahu, segala cinta dan segala rindu bercampur aduk hanya untukmu. Maafkan aku yang menyakitimu meski kita telah berada pada ruang dan waktu yang berbeda. Aku akan berubah, agar tak ada seorangpun yang terluka selain aku, bila luka itu terasa.. biarlah hanya aku saja yang rasa, itu yang kau ajarkan padaku lewat banyak tayangan cerita lalu dari hidupmu.

Aku harus berhenti sejanak kala akan terbang, selalu. Karena aku ingat sebelah sayapku, itu engkau, telah tak ada pula disampingku. Dengan sebelah sayap maka aku tak bisa terbang.. Kau tak perlu khawatir, nyatanya aku masih punya sebelah sayap dan ia membawaku lari dengan kencang sebagai gantinya. Aku belum mengurusnya seperti yang engkau titipkan, tolong doakan, semoga Tuhan membantuku selalu.
Tiga paragraph khusus untukmu.. karena engkaulah matahari yang selalu terbit dan tenggelam dalam hidup kami. Tak tergantikan, tak ada yang mampu menggantikannmu wahai perempuan tangguh dan berbudi pekerti luhur. Aku mencintaimu. Semoga Tuhan mempertemukan kita dalam keadaan yang lebih baik. Aamiin.

Untukku..

Aku yang sedang merindu, merasa langit selalu kelabu. Meskpi panas terik rasanya selalu seperti pagi, sama seperti yang lalu ketika aku memulai pagiku, tetapi hatiku penuh mengharu-biru. Aku bahkan hanya sebaris puisi dari sekian banyak kalimat indah dalam hidup kalian. Apakah kalian mengingatku dalam doa yang kalian sampaikan pada Tuhan? Apakah kalian menungguku pulang? Apakah aku benar-benar harus pulang karena aku rindu?.

 Kalian tenanglah.. aku faham tugas dan kewajibanku. Terima kasih sudah selalu membuatku bersemangat, meringankan yang terasa berat dan senyuman ini untuk kalian J
Semoga Tuhan menjagaku selalu, hingga aku diberi kekuatan untuk menjaga kalian selalu. Aamiin.

Papa dan dek alit tersayang,
doakan teteh segera lulus tahun ini yaa..
semoga dek alit masuk sekolah sesuai yg direncanakan
semoga papa panjang umur, sehat selalu, dan bahagia
semoga mama dijauhkan dari siksa kubur
aamiin.

^_^

Saturday, June 21, 2014

Indonesia Tidak Butuh "Generasi Penerus Bangsa"

Beberapa kali saya dan teman-temanberdebat, tentang masalah sepele hingga masalah yang bertele-tele. Meski lebih sering berdebat tentang masalah yang tidak penting untuk dipublikasikan, tetapi agaknya ada juga beberapa masalah penting yang sengaja dan ndak sengaja kami bicarakan dengan kapasitas sebagai calon pendidik generasi mendatang. Salah satunya adalah tentang generasi penerus bangsa.. Sudah tak terhitung berapa kali saya berniat menuliskan cerita ini, tetapi selalu urung karena alasan yang dibuat-buat dan alasan yang benar-benar menghambat. Maka kali ini, saya bersungguh-sungguh untuk bercerita….

   Pada zaman dahulu kala, tepatnya pada masa sebelum kemerdekaan Negara kesatuan Republik Indonesia…

     Indonesia merupakan negara yang tersohor akan kekayaan alamnya yang melimpah dan bentang alam yang beragam serta indah, bentang budaya yang juga sangat beragam dan unik. Tak ayal berbagai potensi yang ada di Indonesia itu menarik minat orang asing untung datang ke Indonesia dengan berbagai niat, maksud dan tujuannya. Pada awalnya mereka berniat untuk berdagang dan membeli rempah-rempah, lalu akhirnya menyengsarakan rakyat Indonesia pada waktu itu.

      Kesengsaraan yang dialami kebanyakan rakyat Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan tidak hanya kesalahan bangsa penjajah semata. Hal itu juga dikarenakan karena rakyat Indonesia pada awalnya masih bersifat kedaerahan dan acuh tak acuh dengan apa yang terjadi di daerah lain. Belum lagi ada beberapa orang yang tamak (hampir terjadi di setiap daerah jajahan bangsa asing di Indonesia), selalu ada diantara rakyat Indonesia yang merasa derajatnya lebih tinggi karena dapat berhubungan dengan bangsa asing yang memiliki kepentingan terselubung saat itu. Lalu mereka dijuluki sebagai pengkhianat bangsa.

     Setelah waktu berlalu cukup lama, akhirnya rakyat Indonesia sadar dan semakin menyadari bahwa kita mengalami nasib yang sama di tanah yang sama bernama Nusantara ini. Rakyat Indonesia pun mulai bergabung dengan berbagai cara dan dalam berbagai bentuk organisasi yang mengatas namakan perlawanan terhadap penjajahan. Perlawanan muncul hingga di pelosok-pelosok negri. Tua, muda, lelaki, dan perempuan, semua ikut ambil bagian dalam peperangan. Terlebih generasi muda pada saat itu.

     Para pemuda pada masa pra kemerdekaan, sangat aktif dan tampil dengan ida serta gagasan yang berani. Salah satu dari sekian banyak bukti kegagahan pemua Indonesia pada masa itu adalah perjuangannya dalam merebut kemerdekaan dari penjajah. Sinergi dengan kelompok tua juga dilakukan dengan apik. Hingga pada suatu hari, tepat satu hari sebelum kemerdekaan Indonesia, para pemuda yang disebut-sebut sebagai golongan muda mengambil keputusan yang sangat cepat dan agaknya tepat karena hasilnya adalah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia segera dideklarasikan pada keesokan harinya.

    Bahkan setelah Indonesia merdeka, para pemuda yang kemudian disebut sebagi generasi muda atau generasi penerus bangsa terus aktif memperjuangkan hal-hal yang sesuai dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku. Beberapa diantaranya bahkan harus kehilangan nyawa dan rekan demi perubahan.  Perjuangan mereka dihargai dan dikenang dalam sejarah negara ini. Perubahan pun dimulai.

      Beberapa tahun kemudian, setelah beberapa dasawarsa Indonesia merdeka….

   Berbagai permasalahan terus bermunculan, ibarat kata, mati satu tumbuh seribu. Bencana alam dan bencana sosial terjadi hingga ke pelosok negri. Pembangunan yang tidak merata, kekucarang dimana-mana, rakyat mengatasnamakan dirinya sebagai korban, mirisnya lagi kekayaan alam yang tersohor itu masih saja banyak yang dikelola dan dikuasai oleh pihak asing. Apakah kita benar-benar sudah merdeka? Pertanyaan itu perlu dimunculkan untuk menyadarkan bahwa kita masih dipengaruhi orang lain, terlebih kebanyakan rakyat kita menjadi pekerja untuk pihak asing tersebut.

    Akan tetapi, dengan situasi kondisi yang sedemikian rupa saat ini, kita tidak boleh menutup mata bahwa banyak juga generasi muda yang membanggakan. Prestasi pemuda Indonesia di kancah internasional patut diperhitungkan bahkan tak sedikit yang membuat iri pihak asing hingga ada yang menganggapnya sebagai ancaman. Kita patut bangga dengan orang-orang di negara ini yang masih konsisten mengisi kemerdekaan pada posisinya masing-masing.

     Indonesia terus bergerak, meninggalkan masa lepas landas dengan bersusah payah. Karena mengelola negara yang terbentang ribuan kilometer dan tersebar dalam bentuk pulau-pulau bukanlah hal yang mudah. Selalulah para pemimpin dan orang-orang berbudi pekerti baik menggaungkan bahwa kelangsungan negara ini ada pada “generasi penerus bangsa”. Mereka yang peduli atau pura-pura peduli pada keberlangsungan negara ini sangat mengharapkan kinerja generasi penerus bangsa di masa mendatang.

     Generasi penerus bangsa mengemban tugas yang berat. Semua orang mengamatnkan kepada generasi penerus bangsa untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Bagi saya, disinilah permasalahannya..
Apa yang harus diteruskan oleh “generasi penerus bangsa” pada saat ini? Meneruskan kontrak-kontrak pihak asing untuk menguasai sumberdaya alam kita? Meneruskan perjuangan sebagian besar pejabat yang melakukan kecurangan? Meneruskan bekerja di luar negri karena kurang dihargai di negara sendiri? Meneruskan kemerdekaan yang bahkan sejak awal sudah dirongrong dari intern negara kita? Apakah kita benar-benar butuh “generasi penerus bangsa”? bagimana bila yang kita butuhkan adalah generasi pengubah? Atau generasi pembaharu?.

Nah.. kira-kira begitulah intisari perdebatan kami kala itu. Jangan sembarangan memberi amanat tanpa menjelaskan maksud dan tujuannya, terlebih niatnya karena niat itu diikrarkan dalam hati.. niat orang siapa yang tahu. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya bukan generasi penerus bangsa, tapi saya adalah pemuda Indonesia yang bersyukur dan berterima kasih atas kemerdekaan bangsa ini, dan dengan bersungguh-sungguh saya akan melakukan hal-hal baik demi negara ini di masa mendatang.

Tidak semua orang akan setuju dengan pendapat kita. Tetapi banyak masa, pendapat orang lain membantu kita sadar akan kesalahan dan mawas diri…. 

Karena aku bukan malaikat...

   Suatu sore yang mendung, hawanya dingin, awan hitam menggelayut seperti menarik langit agar melimpahkan segala bebannya kepada bumi.. seperti itu pula beban dimataku, kantung mata digelayuti air mata yang siap mengalir dengan deras tanpa hilir yang jelas. Rupanya selain aku adapula seorang sahabat yang juga telah menumpahkan bebannya dalam derai air mata di suatu senja. Tiga hari berlalu, dan langit masih juga kelabu..

      Di bawah langit yang sama dan berpijak pada bumi yang sama. Kami hanyalah dua makhluk yang rentan luka, yang dapat dibolak-balikkan hatinya oleh sang Pencpta. Meragu karena hal yang sama sekali berbeda, datang dari latar belakang yang berbeda, dengan lakon dan alur yang berbeda pula.. Tapi itu sama saja, sama-sama sakit rasanya. Kami sedang bersedih.

    Aku urungkan niatku untuk bercerita padanya, kali ini dia lebih membutuhkan aku.. lagipula dengan mendengar ceritanya dan membantunya mengurangi beban secara otomatis mengurangi bebanku juga. Di bawah langit yang sama, sama-sama kelabu sehingga suasana semakin sendu.

      Sudah aku coba banyak cara untuk meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja, terlebih bila telah difikirkan dengan sangat baik dan dengan meminta pertolongan-Nya. Sesungguhnya aku melakukan itu untuk mengurangi bebanku juga. Jauh dilubuk hatiku yang terdalam.. aku ingin tidak seorang pun dari orang-orang terdekatku untuk terluka lebih atau bahkan hanya seperti luka yang aku rasakan. Tetapi hidup bukan tentang memilih luka mana yang harus dirasakan atau tidak, hidup adalah tentang kekuatan untuk melaluinya karena Allah.

     Suatu hari.. hujan turun. Setiap rintiknya melunturkan setiap perih yang ada, sehingga tak perlulah lagi kami bersedu sedan. Semua akan berlalu, akan ada pelangi setelah hujan, meski itu bukan disini.. pasti ada yang berbahagia di belahan bumi lainnya, lalu mengapa pula kita bersedih bukankah kemungkinan mereka juga meyangkakan hal yang serupa “ada orang yang berbahagia di belahan bumi yang lain”.
Kami berdua tidak salingmenggurui.. kami tidak saling menyalahkan bahkan kami tidak menganggap bahwa kamilah yang paling benar.. hingga suatu waktu, ada sebuah lagu dengan liriknya yang aku anggap sangat manis dan penuh cinta kasih, karena aku ingin melakukan hal itu untuk sahabatku dan orang-orang terdekatku..

I’ll be your cloud up in the sky
I’ll be your shoulder when you cry
I’ll hear your voices when you call me
I am your angel
And when all hope is gone I’m here
No matter how far you are I’m near
It makes no different who you are
I am your angel

      Kita hanya makhluk Allah, tak mungkin melangkahi kehendak-Nya. Bukannya aku tak ingin kita saling menjanjikan, saling mengisi hidup dengan banyak pengharapan dan cita-cita. Namun aku tak akan sanggup. Yang bisa aku lakukan seperti halnya yang telah terjadi pada kita, berusaha memberikan yang terbaik untukmu sahabatku dan orang-orang terdekatku  selagi aku masih bisa. Karena aku bukan malaikatmu, aku hanya sahabatmu.


Tuesday, June 10, 2014

Negeri di Atas Awan. Rumor has it!

    Negeri di atas awan? Benarkah? Negeri apa pula itu? Masih di Indonesia? Jangan-jangan hanya khayalan saja.. Memang kebanyakan dari kita, termasuk pula saya, sering berlebihan dalam menanggapi suatu fenomena, bahkan untuk hal yang belum kita ketahui secara gamblang sekalipun. Tetapi tidak apa-apa, adalah hal yang teramat sangat wajar bila manusia biasa seperti kita takjub, terperangah, atau mungkin lebih baik bila disebut lebay dengan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan, rasakan, lihat, dengan, dan kita ciptakan. Hanya Tuhan yang bisa menciptakannya, dan sudah sepantasnya kita takjub penuh syukur pada-Nya.

    Kembali pada negeri di atas awan.. Negeri ini tentu saja ada di Indonesia. Karena saya yang menceritakan kisah ini dan saya belum pernah pergi meninggalkan negara kita ini walau hanya sekali, mungkin kelak saya akan pergi bila Tuhan menghendaki. (jangan lupa.. saya selalu percaya segalanya ada karena “jalan Tuhan”). Apakah saya sudah cukup bertele-tele? Mari melanjutkan tentang negeri di atas awan. Tepatnya adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Bandar.


sebagian bentang alam

pola persebaran pemukiman berkelompok

     Sebagian besar wilayah Kecamatan Bandar.. ah mungkin sebaiknya saya bilang seluruh wilayahnya merupakan daerah yang berbukit-bukit dan berlembah dengan kemiringan yang mencapai 100%, jurang di kiri atau kanan jalan dan tebing batu di bagian lainnya. Jalannya? Berkelok-kelok macam ular naga.. (sudah pernah lihat ular naga? Nah itu juga bagian dari hal berlebihan dari masyarakat Indonesia, ular naga). Karena berada pada ketinggian mdpl, maka sudah pasti suhunya lebih rendah daripada daerah lainnya di Pacitan yang sebagian besar wilayahnya berada di garis pantai selatan Jawa yang sekaligus langsung menghampar di depannya Samudera Hindia.

      Karena tempatnya yang jauh dari ibukota kabupaten (lebih dekat ke Kabupaten Ponorogo), berada di ketinggian, hawanya dingin, jalannya berliku. Maka munculnya sebutan “negeri di atas awan”. Apakah memang benar-benar di atas awan? Seperti waktu kita sedang naik gunung? Silahkan kunjungi sendiri yaa.. J Tapi akan saya beri tahu, tidak sepenuhnya benar. Jarak tempuh dari kota memang sangat jauh, sekitar 2,5 jam perjalanan santai.. jangan lupa, itu jarak relatif. Jalanan berliku, sudah berkali-kali terjadi kecelakaan kendaraan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia. Suhunya memang termasuk sangat dingin, terlebih pada malam hari. Hawanya sejuk, iklim sosial pedesaan yang khas seperti yang sering digambarkan dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Cukup jauh dari fasilitas umum yang bisa menunjukkan kemewahan, status sosial dan lain sebagainya.
Jalan lokal

SDN Bandar 1
        Wah berarti pelosok banget ya? Itu juga relatif J Bandar, khususnya Dusun Grenjeng, memang hanya sebuah dusun kecil dengan kepadatan penduduk yang jarang, mayoritas penduduknya bertani dan beternak. Bukan bertani tanam sayur seperti yang di kaki gunung.. bahkan pagi saja tidak di sawah, padinya padi gogo, itu dikarenakan kondisi geografis Pacitan yang bentukan lahannya adalah karst atau secara awam dikenal dengan kapur. Meskipun demikian, fasilitas yang ada disini sudah termasuk cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Ada sebuah Bank konvensional negara yang membantu perputaran uang masyarakat, sarana dan prasarana pendidikan hingga jenjang sekolah menengah atas. Sebuah pasar tradisioal yang digelar dalam lima hari sekali, yaitu setiap hari Pon, itu adalah salah satu hari dalam hitungan jawa. Masyarakat percaya itu akan membawa berkah dan hal baik. Sarana ibdah yang memadai, bahkan sedang dibangun sebuah rumah ibadah yang megah untuk ibadah masyarakat setempat.

        Jadi maksudnya penduduknya disana makmur? Kaya raya? Kalau untuk masalah itu.. saya sangat tidak berani menjawabnya. Karena kemakmuran dan kekayaan itu harus dikembalikan pada diri masing-masing. Tolak ukur makmur dan kaya tentu saja berbeda antara seseorang dengan orang lainnya. Hanya saja, saya bisa katakan, tempat ini lebih baik secara visual daripada tempat tinggal saya yang masih sangat jauh dari pembangunan (ndak perlu membayangkan tempat tinggal saya, fokus saja pada kisah dalam postingan ini). Masyarakat juga mengenal arti nvestasi dengan baik. Mereka juga berinfestasi untuk jangka panjang yang dianggap akan menguntungkan dan akan membantu hidupnya di masa mendatang. Jadi mereka berinvestasi dalam bisnis property. Hei, saya hanya bercanda.. investasi mereka adalah sapi. Sapi yang terus tumbuh dan berkembang biak, harga jualnya yang lumayan tinggi, itulah investasi jangka panjang dari sebagian besar masyarakat dusun ini.
Sapi milik penduduk
                                
      Bagaimana dengan fasilitas lainnya semisal sedang ada acara pelatihan dan lain sebagainya? Mungkin maksudnya hotel J Jangan berlebihan, ini hanya sebuah dusun kecil, potensi alam yang besar tetapi belum menjadi destinasi wisata karena berbagai alasan yang rasional. Ketika saya berada di Dusun Grenjeng, Desa Bandar Kecamatan Bandar Kabupaten Pacitan, saya sedang melaksanakan tugas negara dalam sebuah pelatihan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di negara kita, Indonesia. (Harus saya perjelas, siap tahu ada yang lupa.. bahwa Indonesia adalah negara kita). Dalam tugas tersebut, saya harus berada disana selama sebelas hari dan menginap pada malam harinya, menginapnya di rumah warga, tentu saja tidak gratis.. negara yang membayarnya. Terima kasih Indonesia.

         Hanya sebuah rumah sederhana, dengan satu ruang untuk nonton televisi dan ruang tamu. Kamar mandi yang pintunya tidak bisa dikunci. Apakah nyaman? Alhamdulillah, ini sangat nyaman. Mungkin kalian adalah orang yang beruntung karena bisa merasakan menginap di hotel yang baik dan selalu dibersihkan, tapi dalam situasi yang serba relatif ini, saya dan rekan yang bertugas disini adalah orang-orang yang berbahagia karena ditugaskan kemari oleh negara. Karena dengan berada disini maka saya bisa menuliskan cerita ini, membiarkan organ paru saya bekerja dengan santai, menguatkan hati untuk selalu berterima kasih pada-Nya, memberi informasi tentang daerah yang belum kalian kunjungi, dan memamerkan Indonesia pada siapapun yang masih meragukan potensinya.

Rumah tempat menginap
       Setiap perjalanan adalah sebuah perjalanan hidup yang sangat berharga. Setiap cerita akan mengandung makna yang disesuaikan dengan sudut pandang kita terhadap cerita itu. Dari sekian banyak kata dalam kisah ini semoga ada hal bermanfaat untuk kalian yang membaca kisah ini. Aamiin. Untuk foto-foto, tidak banyak yang dapat saya publikasikan, tetapi beberapa bisa dilihat dalam akun media publikasi foto milik saya, ineu handayani Ayo berkunjung ke Pacitan! J




Thursday, June 5, 2014

Hello, June!

Tidak terlalu terlambat kan untuk mengucapkan selamat datang Juni? Bulan yang istimewa, pertengahan tahun, pertambahan usia saya, pergantian semester kuliah, dan tentu saja diikuti dengan pembayaran SPP dan juga kosan. Itu semua berhubungan dengan uang :D

Sekarang serba uang ya.. Jangan sampai pula merasakan bernafas pun harus pakai uang. Inginnya, bernafas pun menghasilkan uang.. Tapi jangan jadi peniup balon, mungkin saya akan kelelahan. Jadi, dalam rangka memperingati bulan yang berhubungan erat dengan uang ini, saya bekerja. bekerja sangat keras, berjuang dengan tanggung, membanting tulang , memeras keringat.. Ah berlebihan. Saya kan kerjanya santai, sebagai admin.. input-input data, print ini itu, duduk-duduk dan remeh-temeh lainnya. Alhamdulillah :)

Satu minggu telah berlalu di bulan Juni ini. Padahal saya berada di daerah yang masih bisa dijangkau dengan baik menggunakan kendaraan darat, signal untuk berkomunikasi dan internet juga lancar, listrik ada, rumah penginapan nyaman, tapi... rasanya ada saja kemalasan yang menghambat untuk meluangkan waktu untuk sekedar posting. Yaa.. namanya juga jurnal harian campur-campur dengan info penting, sangat penting, dan sangat ndak penting. Tapi setidaknya saya menjalankan komitmen untuk merawat blgo ini dengan baik dan benar.

Ya, sudah saja. Semoga selanjutnya saya bisa lebih konsisten untuk memposting hal-hal yang bermanfaat. aamiin.

Selamat bersemangat di bulan Juni ^_^
 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design