Friday, October 30, 2015

Hujan Di Pagi Buta



Hujan lagi disini, sementara disana belum hujan. Bukan salah hujannya, tetapi salah kepalamu berlindung di bawah langit yang basah. Lalu setelah hujan reda, katanya akan ada pelangi. Bahkan setelah badai yang memporak-porandakan segalanya hingga luluh lantah juga akan ada pelangi sebagai pelipur lara. Setelah kita kehujanan apakah pelangi sudah mulai muncul? Atau akan muncul? Apakah sebaiknya jangan muncul saja?
Sebaiknya kita, ah kaulah.. kembali belajar lagi. Banyak belajar tentang hujan dan tentang pelangi. Kalau sudah selesai, maka engkau boleh kembali lagi padaku dan ceritakan mengapa hingga saat ini pelangi belum juga muncul juga padahal sudah beberapa kali hujan turun.

Pelangi seperti halnya ideologi. Bukan hal yang diciptakan oleh negara. Tapi tidak pula sama persis dengan ideologi. Karena bukan digali dari sana-sini lalu kita sebut falsafah hidup.. alah, aku sekarang sudah menjadi guru pendidikan kewarganegaraan. Sedangkan aku bukan pula warga negara yang baik. Dan itu sama sekali belum memengaruhi hidupku, hidupmu, hidup kita, hidup mereka.. sejauh ini.

Apa kabar hujan hari ini? Masih berupa air atau sudah mengkristal lebih keras dan lebih besar selayaknya kerikil? Kerakal? Atau hujannya sudah berubah menjadi beribu-ribu pertanyaan seperti dalam paragraf ini. Biar saja, karena hujan.. siapapun dia, bukan keinginannya turun tepat di atas kepala kita. Bukan keinginannya menghujani kita. Sampaikan pada angin. Lalu angin akan meminta kita menyampaikannya lagi pada tekanan.. lalu bumi berotasi. Inginnya aku saja yang berevolusi, supaya bumi tidak lelah. Tapi aku juga belum tanyakan pada bumi, apakah ia lelah?

Segala sesuatu bisa menjadi lebih sederhana.. seperti air yang berubah menjadi hitam karena kopi. Atau seperti angin yang tidak berwarna. Atau seperti ibu yang tersenyum melihat kita pertama kalinya. Atau seperti.. hujan. Salah! Hujan sama sekali tidak sederhana. Hujan lebih hebat dari apapun.

Dia bisa turun disini.. tetapi tidak disana. Lalu aku menambahkan. Hujan juga bisa turun disana dan disini secara bersamaan. Lalu hujan juga bisa sama sekali enggan turun padahal kita sudah mendambanya selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, hingga tahun berganti.. mungkin ketika hujan turun di tahun berikutnya, aku sudah mati.

Apakah itu rinai dan badai sekalipun.. tidak akan merubah apapun tentang cintaku pada hujan. Bukan karena hujan itu romantis, bukan pula karena hujan itu siklus. Tetapi karena tidak ada hal yang lebih pasti dan pantas aku nantikan selain daripada hujan. Pernah kau menunggu hujan? Ketika hujan tiba-tiba turun, apa rasanya? Atau bagaimana keadaanmu bila hujan yang kita tunggu disini ternyata turun disana. Kalau aku, berurai darah dari kedua mataku.

Mulanya yang akan menjadi judul dalam tulisan ini adalah hujan pagi buta. Tetapi apakah semua ini terlalu jelas? Sepertinya aku yang terlalu banyak bertanya.. jangan dijawab. Karena ini adalah urusanku dengannya, dengan hujan.

Aku harap hujan suatu waktu akan membawaku hanyut.. membawaku bertemu hujan berikutnya yang bersamanya muncul pelangi. Tetapi ternyata.. mungkin aku dan hujan sudah terikat janji dalam janji yang bisa diingat oleh makhluk seperti aku, disini atau tidak sama sekali. Jadi, meski engkau tanpa pelangi.. meski engkau turun disana sementara aku menunggu disini.. meski engkau berubah bentuk. Kita akan bertemu. Dan kita telah bertemu.. kemudian kita bertemu lagi.

0 komentar:

Post a Comment

 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design