Dalam rangka menyambut bulan
nopember yang harus tetap ceria meskipun akan lebih basah daripada bulan
lainnya.. aku mempersembahkan segumpal darah yang bilamana ia telah rusak maka
rusak pula pemiliknya, sehingga bila ia bersih dan sehat, begitupula dengan
pemiliknya.
Aku bertaruh banyak dalam
penawaran ini.. bukan sekedar meninggalkan geografi. Aku fikir aku sudah
berpisah dengan geografi setelah melakukan perajalanan yang katanya akan lebih
keren kalau disebut sebagai pengabdian. Dan pengabdian itu akan naik level,
lebih keren lagi bila diiringi dengan gelar guru SM3T. Ternyata levelnya bisa
dinaikkan lagi.. terutama bila aku ikut mengepalkan tangan dan melemparkannya
ke udara seraya berteriak “maju bersama mencerdaskan Indonesia”. Sepertinya
Indonesia ini nasibnya sama seperti aku, belum cerdas.
Nyatanya.. aku dan geografi tidak
benar-benar terpisah. Karena aku mengajar Bahasa Indonesia dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Hubungannya? Begini.. kata guruku, atau kata gurunya guruku,
atau bolehlah kata guru gurunya guruku.. geografi itu adalah ibunya mereka,
ilmu-ilmu lainnya. Aku tidak pernah bertanya mengapa demikian, dan aku tidak
pula berniat untuk menjelaskan. Adanya, aku punya segumpal darah tadi.. lalu
aku letakkan ia dipangkuan geografi. Begitulah mengapa aku dan geografi tidak
benar-benar terpisah.
Jadi mari kita bahas paragraf
pertama..
Mengapa bulan Nopember
dihubungkan dengan ceria? Karena sebenarnya yang berhubungan dengan ceria
adalah September, umumnya. Jadi aku sudah asal bicara saja tentang Nopember
ceria. Bagaimana dengan lebih basah daripada bulan lainnya? Itu karena aku
berada di antara garis-garis maya yang dilalui materi dengan banyak uap air
yang lelah dan akhirnya jenuh di cakrawala. Jadi, boleh dikatakan bahwa
pernyataan yang kedua tidak asal bicara dan bisa dijelaskan secara ilmiah.
Paragraf dua..
Terlalu banyak hal yang aku harus
jelaskan dengan sukarela kali ini. Hanya kali ini. Ceritanya, sekarang aku
adalah orang-orang yang dipanggil “ibu guru”. Dengan akhlak ala kadarnya,
dengan ilmu dan pengetahuan secukupnya, aku berusaha semampunya. Yah, ini
biarlah menjadi bagian dari perjuanganku atau perjuangan kami. Males
menjelaskan panjang lebar di bagian ini.
Paragraf ketiga..
Aku dan kami, biasa menyebut diri
ini sebagai anak geo. Entah harus menunjukkan ekspresi yang bagaimana.
Ini di luar paragraf satu, dua,
dan tiga..
aku sedang jatuh cinta dan
bersiap patah hati dalam satu waktu yang bersamaan. Manakah yang akan mencapai
garis finis duluan? kita tunggu sampai tahun depan.. eh, biar aku saja yang
menunggu. sendirian.
0 komentar:
Post a Comment