Apakah Bahasa
Inggris adalah pelajaran yang sulit? Kok rasanya bagi saya Bahasa Inggris itu
keren, sekaligus juga bikin malu. Menurut saya keren bisa lancar Bahasa
Inggris, tentu saja setelah mengerti dengan baik Bahasa Indonesia, kan Bahasa
nasional kita. Lalu kenapa bikin malu? Karena Bahasa Inggris bagi saya keren
kalau sudah diucapkan. Tapi ketika di dalam otak sudah terangkai dengan baik,
sampai di ujung lidah gagal terucapkan, akhirnya cuma bisa nyengir, malu.
Saya berkenalan
dan belajar Bahasa Inggris sejak TK, diajarkan oleh Tante Paini. Menyebutkan angka,
abjad, nama hari, binatang, buah, dan banyak lagi kosa kata lainnya. Rasanya saat
itu ingin serba tahu benda ini apa sih Bahasa Inggrisnya. Sebelum mengucapkan
salam dan berangkat ke sekolah dulu pernah bilang ke mama,
“I mau go to school
ya, ma”.
Mama pula pandai membesarkan
hatiku, tertawa-tawa ia menjawab “Yes, yesI”.
Kemudian saya
masuk pesantren, terputuslah kelas privat gratis Bahasa Inggris dari tante. Saya
fokus mengaji. Lagipula di SD waktu itu belum ada pelajara Bahasa Inggris. Sampai
akhirnya SMP saya benar-benar berkenalan secara formal dengan Bahasa Inggris.
Ada dua orang
guru dalam ingatan saya, beliau berdua pernah mengajarkan Bahasa Inggris di
kelas. Pertama adalah Ibu Marina, saya bahkan agak ragu kalau namanya benar
itu. Mungkin bila sengaja ataupun tidak, salah satu dari teman yang pernah
bersekolah di gedung yang bersebelahan dengan pasar di jalan Poponatawijaya
kala itu, bisa membantu melengkapi ingatan saya. Bukan berarti sepenuhnya saya
lupa pada beliau. Melalui beliau saya bisa dan berani berkenalan dalam Bahasa
Inggris. Saya mulai menuliskan kata “How are you?” ketika sedang rindu
pada keluarga, karena SMP saya kos di kota kecamatan untuk sekolah di sekolah negeri.
Ibu Marina
yang saya ingat, orangnya ceria, kulitnya bersih, putih, pakai kerudung, cantik
nian. Beliau adalah pendatang, asalnya dari Kota Jambi, di provinsi sana. Mungkin
waktu itu Bahasa Inggris jadi keren karena diajarkan oleh beliau yang sudah
duluan keren bagi saya. Beliau mau datang ke kampung kami, jalan jelek, listrik
sering mati, waktu itu bahkan belum ada signal telepon seluler. Ya, meskipun
itu lebih baik daripada kondisi di kampung saya, serba apa adanya, akses jalan
juga apa adanya lindas saja. Entahkan tiba-tiba ular melintas ya sudah, yang
penting tidak saling mengganggu. Ibu Marina Tangguh nian. Memang sebagai
pegawai harus siap ditempatkan dimana saja, tapi toh tetap beliau punya hak untuk
mundur. Namun nyatanya tidak.
Ternyata Ibu
Marina sudah berkeluarga. Jadi selama kami saling mengenal, beliau tinggal
secara terpisah dari keluarganya. Tipe perempuan karir yang kuat dan sabar. Beliau
pernah bercerita, memasak adalah salah satu hal yang sulit dilakukan olehnya. Bagaimana
pula seorang istri ndak memasak apapun untuk suaminya? Apalagi kalau nantinya
ibu punya anak, bagaimana anaknya akan makan? Namun belakangan saya baru
sadari, ternyata benar bahwa Allah telah pasangkan manusia dengan jodohnya
untuk saling melengkapi. Suami Ibu Marina suka sarden. Ikan dengan bumbu
lengkap, tinggal dihangatkan langsung siap santap.
Sampai akhirnya
saya tidak ingat bagaimana momen perpisahan beliau. Kiranya yang tadi itu
adalah kenangan paling berharga antara saya dengan Ibu Marina. Tentu akan saya
jaga. Terutama dalam do’a, semoga beliau dan juga keluarganya selalu dalam
kebahagiaan, terbuka banyak pintuk rezekinya yang halal dan penuh keberkahan,
dan dapat berdo’a dan beribadah dengan khusyuk, aamiin.
Setelah Ibu
Marina pergi, ada guru baru yang menggantikan beliau untuk mengajar. Namanya Pak
Amir. Selain Bahasa Inggris, saya belajar hal lain dari Pak Amir. Saya latihan
silat dengan abang arif, teman sekelas saya, diajarkan oleh Pak Amir. Saat itulah
saya sadar, bahwa jemari tangan kanan saya tidak bisa rata ketika dikepalkan,
di bagian telunjukknya selalu mencuat lebih tinggi daripada yang lainnya. Sehingga
saya harus lebih giat dalam berlatih pukulan. Di sela latihan silat, bapak akan
menyisipkan Bahasa Inggris juga. Metodenya sangat menyenangkan dan dekat nian
dengan kehidupan sehari-hari.
Seringkali saat
sedang latihan, istri Pak Amir juga datang melihat. Saya tidak ingat nama ibu,
tapi saya bisa gambarkan ibu dalam ingatan. Kecil badannya, bahkan tampak
kurus, ibu berkerudung kurung. Saat itu, sedikit nian kulihat orang-orang pakai
kerudung kurung, bahkan mama juga masih sering tidak mengulurkannya sehingga tidak
menutupi semuanya. Lalu ibu akan menyampaikan nasihat-nasihat, kalau saya ingat
lagi, itu seperti melingkar yang dilakukan dewasa ini. Eh, saya hendak fokus
menceritakan tentang Bahasa Inggris. Tapi kenangan menggurita ternyata.
Kembali lagi
pada Pak Amir dan Bahasa Inggris. Pak Amir pernah berpesan, jangan takut pada
Bahasa Inggris. Sementara itu adalah ilmu pengetahuan. Takut pada Bahasa
Inggris berarti takut pada ilmu dan pengetahuan, dapatlah bila disimpulkan
demikian. Pak Amir pernah meminta saya dan teman-teman menghafal teks fenomenal
di sekolah kami, judulnya adalah “How to make a glass of tea”, agaknya
itu adalah materi teks prosedur. Beliau meminta kami untuk percaya diri
mengucapkannya, karena orang lain yang tidak akan mengerti akan memuji dan
mendo’akan supaya kita tekun dan jadi pandai. Bahkan sampai sekarang pun saya
masih ingat, di buku yang bagaimana saya salin teks itu, bagaimana kalimat di paragraph
pertama, dan hebat nian rasanya ketika ingat saat itu saya praktikkan di rumah,
membuat teh sambil menjelaskan langkah-langkahnya dalam Bahasa Inggris. Walaupun
menurut mama itu jadi ribet, tapi tehnya enak.
Jujur saja
saya tidak terlalu ingat bagaimana rupa wajah Pak Amir. Kesan mendalam adalah Pak
Amir selalu mengajak kami mengucap basmalah sebelum memulai pelajaran, dan
mengajak mengucapkan hamdalah setelah pelajaran selesai. Tentu saja semua itu
dilakukan dengan Bahasa Inggris, maka kami akan membalas dengan mengucap
basmalah dan/atau hamdalah dalam lafal arab. Sekarang setelah saya menjadi
guru, saya menirukan dan menerapkan itu. Semoga ini juga menjadi pemberat amal
baik bagi Pak Amir di hari perhitungan kelak. Memori baik yang tersimpan
tentang Bahasa Inggris, membuat saya ndak malas untuk belajar walaupun bukunya pakai
Bahasa Inggris.
Tapi tolong
jangan dikira saya sekarang ini native gitu, ya. Sekedar pasif dan agak
mengerti saja. Kalau ada kesempatan belajar lagi, tentu ingin nian. Pun juga
materi tentang Bahasa Inggris ini adalah tulisan acak-acakkan yang sudah
berjubel dalam pikiran saya semenjak beberapa hari lalu. Senangnya bisa
dituliskan juga pada akhirnya. Di SMA dan seterusnya sampai sekarang saya telah
bertemu guru-guru hebat lainnya, agaknya harus satu judul khusus untuk
menceritakan beliau.
Hari ini anak-anak
di sekolah sedang PTS Bahasa Inggris, banyak yang serius, ada beberapa yang
masih mencari makna. Saya sedang menghimpun makna. Mengingat Ibu Marina dan Pak
Amir, saya jadi lebih banyak belajar, bersyukur, dan juga istighfar. Kembali do’a
yang sama untuk beliau dan semua guru lainnya, semoga beliau dan juga
keluarganya selalu dalam kebahagiaan, terbuka banyak pintuk rezekinya yang
halal dan penuh keberkahan, dan dapat berdo’a dan beribadah dengan khusyuk,
aamiin.
Saya banyak
belajar, ternyata saya ini memang bukan apa-apa di dunia ini kalau malas
belajar, saya benar-benar harus punya produk unggulan, pernah kan kalian dengar
tentang orang yang tidak terkenal di Bumi tapi terkenal di langit? Rasanya indah
nian kalau yang sedang kita lakukan kemudian Allah sukai. Saya harus banyak
belajar, terutama sebagai guru begini. Saya mengingat Ibu Marina dan Pak Amir
dengan citra begini. Lalu bagaimana saya dalam kenangan anak-anak yang pernah
belajar bersama saya?.
Bersyukur itu
penting, jangan berhenti dan jangan bosan. Memangnya apalah milik saya ini yang
bukan pemberian dari Allah? Alhamdulillah, dipinjamkan begini banyaknya. Saya itu
rasanya kuat, tapi kok ya gampang nangis kalau berhubungan dengan anak. Dulu saya
pernah bertemu seorang anak SMA, di kampung yang jauh dari hingar bingar kota,
tidak ada sinyal, akses internet yang sangat sulit, jauh dari toko buku, dan
akses jalan yang juga tidak terlalu mudah, dan tentu saja ia ndak terlalu
pandai berbahasa Inggris. Saya tidak bertemu dengannya di kelas, tapi kami
seringkali mengobrol, dia akan mencucikan piring-piring saya dan teman-teman,
sering juga masak lauk . Beberapa bulan lalu saya bertemu dengannya ketika di
Yogyakarta, ternyata anak saya sedang mengerjakan skripsi. Betapa saya
bersyukur untuk hal itu.
Kenapa istighfar?
Karena saya banyak salahnya, khilafnya, kurangnya. Kepada Allah bermuara
pengharapan dan ampunan. Kepada manusia dilabuhkan sesalan.
Saya berharap
dari sekian banyak yang saya sampaikan, ada kiranya yang bermanfaat bagi
orang-orang. Saya berharap setiap anak-anak yang pernah bertemu dengan saya
tumbuh menjadi anak sholeh dan sholeha, bertanggungjawab pada setiap jalan yang
dipilihnya, apabila ternyata saat ini sedang singgah atau melalui jalan yang
salah, semoga segera mendapat hidayah. Aamiin. Kemudian, maafkan ibu ya, nak.
For all my teachers, thank
you.
===
p.s.
1.
Hormati gurumu
2.
Maafkan gurumu
3.
Do’akan gurumu
4.
Belajar Bahasa Inggris
5.
Terima kasih semua bapak ibu guru Bahasa Inggris
saya, terutama guru saya saat ini, yaitu Miss Fushi dan Miss Reni
6.
Senyum dong 😊
7.
Semoga anakku, Mariati, wisuda tahun ini. Aamiin.
8.
… let’s close this reading by hamdalah
0 komentar:
Post a Comment