Monday, March 9, 2020

English, please


Baca basmalah dulu yaa.. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Apakah Bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit? Kok rasanya bagi saya Bahasa Inggris itu keren, sekaligus juga bikin malu. Menurut saya keren bisa lancar Bahasa Inggris, tentu saja setelah mengerti dengan baik Bahasa Indonesia, kan Bahasa nasional kita. Lalu kenapa bikin malu? Karena Bahasa Inggris bagi saya keren kalau sudah diucapkan. Tapi ketika di dalam otak sudah terangkai dengan baik, sampai di ujung lidah gagal terucapkan, akhirnya cuma bisa nyengir, malu.

Saya berkenalan dan belajar Bahasa Inggris sejak TK, diajarkan oleh Tante Paini. Menyebutkan angka, abjad, nama hari, binatang, buah, dan banyak lagi kosa kata lainnya. Rasanya saat itu ingin serba tahu benda ini apa sih Bahasa Inggrisnya. Sebelum mengucapkan salam dan berangkat ke sekolah dulu pernah bilang ke mama,

I mau go to school ya, ma”.

Mama pula pandai membesarkan hatiku, tertawa-tawa ia menjawab “Yes, yesI”.

Kemudian saya masuk pesantren, terputuslah kelas privat gratis Bahasa Inggris dari tante. Saya fokus mengaji. Lagipula di SD waktu itu belum ada pelajara Bahasa Inggris. Sampai akhirnya SMP saya benar-benar berkenalan secara formal dengan Bahasa Inggris.

Ada dua orang guru dalam ingatan saya, beliau berdua pernah mengajarkan Bahasa Inggris di kelas. Pertama adalah Ibu Marina, saya bahkan agak ragu kalau namanya benar itu. Mungkin bila sengaja ataupun tidak, salah satu dari teman yang pernah bersekolah di gedung yang bersebelahan dengan pasar di jalan Poponatawijaya kala itu, bisa membantu melengkapi ingatan saya. Bukan berarti sepenuhnya saya lupa pada beliau. Melalui beliau saya bisa dan berani berkenalan dalam Bahasa Inggris. Saya mulai menuliskan kata “How are you?” ketika sedang rindu pada keluarga, karena SMP saya kos di kota kecamatan untuk sekolah di sekolah negeri.

Ibu Marina yang saya ingat, orangnya ceria, kulitnya bersih, putih, pakai kerudung, cantik nian. Beliau adalah pendatang, asalnya dari Kota Jambi, di provinsi sana. Mungkin waktu itu Bahasa Inggris jadi keren karena diajarkan oleh beliau yang sudah duluan keren bagi saya. Beliau mau datang ke kampung kami, jalan jelek, listrik sering mati, waktu itu bahkan belum ada signal telepon seluler. Ya, meskipun itu lebih baik daripada kondisi di kampung saya, serba apa adanya, akses jalan juga apa adanya lindas saja. Entahkan tiba-tiba ular melintas ya sudah, yang penting tidak saling mengganggu. Ibu Marina Tangguh nian. Memang sebagai pegawai harus siap ditempatkan dimana saja, tapi toh tetap beliau punya hak untuk mundur. Namun nyatanya tidak.

Ternyata Ibu Marina sudah berkeluarga. Jadi selama kami saling mengenal, beliau tinggal secara terpisah dari keluarganya. Tipe perempuan karir yang kuat dan sabar. Beliau pernah bercerita, memasak adalah salah satu hal yang sulit dilakukan olehnya. Bagaimana pula seorang istri ndak memasak apapun untuk suaminya? Apalagi kalau nantinya ibu punya anak, bagaimana anaknya akan makan? Namun belakangan saya baru sadari, ternyata benar bahwa Allah telah pasangkan manusia dengan jodohnya untuk saling melengkapi. Suami Ibu Marina suka sarden. Ikan dengan bumbu lengkap, tinggal dihangatkan langsung siap santap.

Sampai akhirnya saya tidak ingat bagaimana momen perpisahan beliau. Kiranya yang tadi itu adalah kenangan paling berharga antara saya dengan Ibu Marina. Tentu akan saya jaga. Terutama dalam do’a, semoga beliau dan juga keluarganya selalu dalam kebahagiaan, terbuka banyak pintuk rezekinya yang halal dan penuh keberkahan, dan dapat berdo’a dan beribadah dengan khusyuk, aamiin.

Setelah Ibu Marina pergi, ada guru baru yang menggantikan beliau untuk mengajar. Namanya Pak Amir. Selain Bahasa Inggris, saya belajar hal lain dari Pak Amir. Saya latihan silat dengan abang arif, teman sekelas saya, diajarkan oleh Pak Amir. Saat itulah saya sadar, bahwa jemari tangan kanan saya tidak bisa rata ketika dikepalkan, di bagian telunjukknya selalu mencuat lebih tinggi daripada yang lainnya. Sehingga saya harus lebih giat dalam berlatih pukulan. Di sela latihan silat, bapak akan menyisipkan Bahasa Inggris juga. Metodenya sangat menyenangkan dan dekat nian dengan kehidupan sehari-hari.

Seringkali saat sedang latihan, istri Pak Amir juga datang melihat. Saya tidak ingat nama ibu, tapi saya bisa gambarkan ibu dalam ingatan. Kecil badannya, bahkan tampak kurus, ibu berkerudung kurung. Saat itu, sedikit nian kulihat orang-orang pakai kerudung kurung, bahkan mama juga masih sering tidak mengulurkannya sehingga tidak menutupi semuanya. Lalu ibu akan menyampaikan nasihat-nasihat, kalau saya ingat lagi, itu seperti melingkar yang dilakukan dewasa ini. Eh, saya hendak fokus menceritakan tentang Bahasa Inggris. Tapi kenangan menggurita ternyata.

Kembali lagi pada Pak Amir dan Bahasa Inggris. Pak Amir pernah berpesan, jangan takut pada Bahasa Inggris. Sementara itu adalah ilmu pengetahuan. Takut pada Bahasa Inggris berarti takut pada ilmu dan pengetahuan, dapatlah bila disimpulkan demikian. Pak Amir pernah meminta saya dan teman-teman menghafal teks fenomenal di sekolah kami, judulnya adalah “How to make a glass of tea”, agaknya itu adalah materi teks prosedur. Beliau meminta kami untuk percaya diri mengucapkannya, karena orang lain yang tidak akan mengerti akan memuji dan mendo’akan supaya kita tekun dan jadi pandai. Bahkan sampai sekarang pun saya masih ingat, di buku yang bagaimana saya salin teks itu, bagaimana kalimat di paragraph pertama, dan hebat nian rasanya ketika ingat saat itu saya praktikkan di rumah, membuat teh sambil menjelaskan langkah-langkahnya dalam Bahasa Inggris. Walaupun menurut mama itu jadi ribet, tapi tehnya enak.

Jujur saja saya tidak terlalu ingat bagaimana rupa wajah Pak Amir. Kesan mendalam adalah Pak Amir selalu mengajak kami mengucap basmalah sebelum memulai pelajaran, dan mengajak mengucapkan hamdalah setelah pelajaran selesai. Tentu saja semua itu dilakukan dengan Bahasa Inggris, maka kami akan membalas dengan mengucap basmalah dan/atau hamdalah dalam lafal arab. Sekarang setelah saya menjadi guru, saya menirukan dan menerapkan itu. Semoga ini juga menjadi pemberat amal baik bagi Pak Amir di hari perhitungan kelak. Memori baik yang tersimpan tentang Bahasa Inggris, membuat saya ndak malas untuk belajar walaupun bukunya pakai Bahasa Inggris.

Tapi tolong jangan dikira saya sekarang ini native gitu, ya. Sekedar pasif dan agak mengerti saja. Kalau ada kesempatan belajar lagi, tentu ingin nian. Pun juga materi tentang Bahasa Inggris ini adalah tulisan acak-acakkan yang sudah berjubel dalam pikiran saya semenjak beberapa hari lalu. Senangnya bisa dituliskan juga pada akhirnya. Di SMA dan seterusnya sampai sekarang saya telah bertemu guru-guru hebat lainnya, agaknya harus satu judul khusus untuk menceritakan beliau.

Hari ini anak-anak di sekolah sedang PTS Bahasa Inggris, banyak yang serius, ada beberapa yang masih mencari makna. Saya sedang menghimpun makna. Mengingat Ibu Marina dan Pak Amir, saya jadi lebih banyak belajar, bersyukur, dan juga istighfar. Kembali do’a yang sama untuk beliau dan semua guru lainnya, semoga beliau dan juga keluarganya selalu dalam kebahagiaan, terbuka banyak pintuk rezekinya yang halal dan penuh keberkahan, dan dapat berdo’a dan beribadah dengan khusyuk, aamiin.

Saya banyak belajar, ternyata saya ini memang bukan apa-apa di dunia ini kalau malas belajar, saya benar-benar harus punya produk unggulan, pernah kan kalian dengar tentang orang yang tidak terkenal di Bumi tapi terkenal di langit? Rasanya indah nian kalau yang sedang kita lakukan kemudian Allah sukai. Saya harus banyak belajar, terutama sebagai guru begini. Saya mengingat Ibu Marina dan Pak Amir dengan citra begini. Lalu bagaimana saya dalam kenangan anak-anak yang pernah belajar bersama saya?.

Bersyukur itu penting, jangan berhenti dan jangan bosan. Memangnya apalah milik saya ini yang bukan pemberian dari Allah? Alhamdulillah, dipinjamkan begini banyaknya. Saya itu rasanya kuat, tapi kok ya gampang nangis kalau berhubungan dengan anak. Dulu saya pernah bertemu seorang anak SMA, di kampung yang jauh dari hingar bingar kota, tidak ada sinyal, akses internet yang sangat sulit, jauh dari toko buku, dan akses jalan yang juga tidak terlalu mudah, dan tentu saja ia ndak terlalu pandai berbahasa Inggris. Saya tidak bertemu dengannya di kelas, tapi kami seringkali mengobrol, dia akan mencucikan piring-piring saya dan teman-teman, sering juga masak lauk . Beberapa bulan lalu saya bertemu dengannya ketika di Yogyakarta, ternyata anak saya sedang mengerjakan skripsi. Betapa saya bersyukur untuk hal itu.

Kenapa istighfar? Karena saya banyak salahnya, khilafnya, kurangnya. Kepada Allah bermuara pengharapan dan ampunan. Kepada manusia dilabuhkan sesalan.

Saya berharap dari sekian banyak yang saya sampaikan, ada kiranya yang bermanfaat bagi orang-orang. Saya berharap setiap anak-anak yang pernah bertemu dengan saya tumbuh menjadi anak sholeh dan sholeha, bertanggungjawab pada setiap jalan yang dipilihnya, apabila ternyata saat ini sedang singgah atau melalui jalan yang salah, semoga segera mendapat hidayah. Aamiin. Kemudian, maafkan ibu ya, nak.

For all my teachers, thank you.

===
p.s.
1.       Hormati gurumu
2.       Maafkan gurumu
3.       Do’akan gurumu
4.       Belajar Bahasa Inggris
5.       Terima kasih semua bapak ibu guru Bahasa Inggris saya, terutama guru saya saat ini, yaitu Miss Fushi dan Miss Reni
6.       Senyum dong 😊
7.       Semoga anakku, Mariati, wisuda tahun ini. Aamiin.
8.       let’s close this reading by hamdalah

0 komentar:

Post a Comment

 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design