(Setelah
sekian lama kisah ini kututup, pada bagian akhir akan aku buka semuanya).
Alkisah ….
Seharusnya tidak
kudiamkan saja ajakannya untuk makan malam pada akhir pekan ini. Kukira akan ada
lagi pangeran berkuda putih yang lebih tampan dengan jubahnya yang berkibar
akan mengajakku untuk makan malam, ternyata aku halu. Kemudian ketika
kutanyakan kembali, apakah ajakannya masih berlaku? Dia tersenyum, getir. Lalu dia
berkata, “Basi!”.
Pernah juga pada awal musim kemarau ada kabar
sampai padaku.
“Basi!. Kau pikir aku tidak pernah tahu
perempuan mana saja yang telah termakan bujuk rayumu? Rumah mana saja yang sudah
kau singgahi? Kau kira aku tidak tahu semua itu? Dan penjelasanmu sekarang ini
bagiku sudah basi!”.
Lelahnya aku
bekerja seharian. Sampai di rumah bukannya disambut dengan senyum ceria, aroma
yang harum, dan segelas teh manis hangat. Sialnya aku. Meski sambutan dari Mak
Lampir ini sudah dapat pula aku perkirakan, tetapi tetap saja mendengarnya
disaat capek begini menjadi emosiku memuncak. Kalau saja sejak semula aku
sedikit lebih kaya daripada keluarga Mak Lampir ini, dapatlah aku jaga harga
diriku. Tapi beginilah kiranya suratan, aku harus bersanding dengannya yang
selalu menyambutku dengan serapah. Mak Lampir, istriku.
Apa ada cerita lain yang lebih “basi” daripada
semua itu?. Ada! Dan inilah yang sebenarnya ingin aku ceritakan.
Tidak seperti
bulan-bulan sebelumnya, bulan ini targetku kacau balau. Uang simpananku ludes
karena belanja online yang kukira
hanya akan membeli barang yang aku butuhkan saja. Nyatanya aku membeli barang
yang diskon 50% jika aku membeli dua barang sekaligus. Aku juga membeli
benda-benda tiada berguna hanya dengan alasan sepertinya lucu kalau kupajang
ini di meja belajarku. Lebih parah lagi, ada benda yang kubeli karena temanku
punya, masa aku tidak punya benda yang sama seperti itu.
Hasilnya?
Sudah dapat ditebak, pada bulan itu aku sering makan mie instan, telur ayam,
kerupuk, kecap, dan numpang di rumah teman. Hutang bukannya surut berkurang,
malah bertambah. Sampai pernah juga aku minum teh yang basi, karena sayang
kalau tidak aku habiskan. Teh ada yang basi? Entahlah apa namanya, tapi teh
yang aku seduh di malam hari kemudian aku lanjut minum keesok paginya. Rasanya
sudah berubah, tapi aku tidak peduli.
Kemudian
puncaknya adalah ketika tamu bulanan datang. Keuangan menipis, persedian
pembalut juga terbatas. Akhirnya aku membeli secara eceran di toko kelontong.
Ternyata memang ekonomis dan sesuai ekonomi rakyat ya sepertinya toko kelontong
itu. Dengan senang hati aku menikmati kondisi itu. Sampai kurasakan ada hal
yang berbeda. Sempat terbersit perasaan sombong, memang tidak biasa aku pakai
barang-barang murahan.
“Ah, sudah basi”.
Itu
adalah kalimat tidak lengkap yang pertama kali aku ucapkan. Demi mengetahui
bahwa yang kupakai adalah pembalut yang basi. Dari semua hal-hal basi yang pernah
aku ketahui, kurasa ini adalah “basi” yang paling mengerikan. Mungkin kalian
akan merasa aneh, kenapa aku memilih kata basi ketimbang kedaluwarsa. Karena
memang itu kata yang muncul diotakku.
Lagipula memangnya
pembalut bisa kedaluwarsa?
Ketidak
sesuaian antara harapan dengan kenyataan, itulah masalah. Kekhawatiran membuat
masalah semakin pelik. Tertera dengan jelan ada tanggal exp.xx.xx.18 dan ketika
ini aku tulis saja sudah tahun 2019. Apakah cerita ini juga basi? Tidak, karena
baru-baru ini terjadi.
Sebenarnya ada
sumber bacaan yang menyatakan bahwa pembalut tidak ada masa kedaluwarsanya. Tergantung
bagaimana kita menyimpannya saja, supaya pembalut tetap bersih dan bisa
digunakan. Sampai aku menemukan tulisan yang bagus dan melegakan hati.
Biasanya tanggal
yang tertera pada produk pembalut adalah tanggal pengemasan dan pembuatan
produk. Nah, boleh jadi aku salah mengerti dalam membaca tanggal itu (tapi ada
tulisan exp-nya huhuhu). Kemudian dijelaskan ebih lanjut bahwa tetap saja harus
berhati-hati karena akan berdampak pada hal-hal berikut:
1.
Iritasi pada area organ intim
2.
Ruam pada kulit area kewanitaan
3.
Pertumbuhan bakteri lebih cepat (pembalut yang
tidak kedaluwarsa saja bisa bisa menimbulkan kemunculan bakteri di area
kewanitaan jika dipakai terlalu lama, apalagi kalau memakai yang sudah
kedaluwarsa)
4.
Sistem reproduksi dan daya tahan tubuh wanita
terkena racun (ini berhubungan dengan bahan kimia yang ada di dalam pembalut)
Dari lima
dampak itu, tidak ada satu pun yang tampak “mendingan”. Bagiku semuanya
mengerikan. Kemudian aku jadi lebih berhati-hati dan semoga kau juga.
-----
(Tamat).
Kesimpulan:
Setiap hal basi
sekalipun, ada hikmahnya.
Salah satunya
adalah, aku jadi menulis dan engkau jadi membaca.
Salah satu
sumber bacaan: https://halosehat.com/tips-kesehatan/kesehatan-wanita/efek-memakai-pembalut-kadaluarsa