Tuesday, April 2, 2019

Ibu Kandung?

Saya adalah seorang ibu. Meski bukan ibu yang rahimnya dibuahi sampai akhirnya mengandung dan melahirkan satu, dua, tiga, dan banyak anak. Tapi saya adalah seorang ibu. Saya tanam dan pelihara dengan kuat bahwa saya adalah seorang ibu. Apapun yang saya lakukan untuk anak-anak adalah karena saya ibunya. Saya berhak memberikan yang terbaik dan melihat anak-anak saya menerima perlakuan yang baik.

Suatu ketika saya mendapati ternyata anak saya melakukan hal yang kurang atau bahkan tidak baik. Padahal saya sudah berusaha dan merasa yakin telah memberikan banyak cinta dan kasih untuk anak. Secara naluri saya sempat bersikeras, bukan anak saya yang salah. Bukan saya yang salah. Pasti ada orang lain yang paling tepat untuk disalahkan. Dunia ini penuh dengan orang-orang jahat, salah satu dari mereka pasti telah bertemu dengan anak saya dan membisikkan sesuatu. Jika tidak demikian, bagaimana mungkin anak saya melakukan hal yang tidak baik?.

Seiring dengan berjalannya waktu, naluri saya tetap kalah dengan logika. Saya sadar, saya belum benar-benar menjadi seorang ibu. Naluri saya mungkin tidak benar-benar ikhlas. Logika adalah bagian yang  lebih kuat yang bisa saya andalkan dalam menghadapi masalah. Berdasarkan fakta, bukti, dan bahkan argumentasi bagaimanapun, sesuatu yang salah tetaplah salah dan yang benar akan selalu saja ada jalannya sehingga muncul ke permukaan. Kodrat. Meski selalu saja ada ketidakadilan di dunia ini, anak yang salah harus menerima risikonya. Secara langsung maupun tidak langsung, saja turut juga menanggung risiko tersebut.

Terlalu memanjakan anak akan berbahaya bagi masa depannya kelak. Maka saya memutuskan untuk menjadikan momentum ini sebagai pengalaman berharga untuk saya dan anak saya. Peran pendidikan sangat penting bagi kami saat ini. Kami harus maju mendekat pada pemilik semesta, walaupun berat tetapi kami harus berusaha. Saya mungkin bisa saja melakukannya, tetapi ini bukan hal yang mudah untuk anak saya. Jangan terlalu cepat disimpulkan bahwa kami tidak bisa, bisa!. Saya siap melalui proses menanggung risiko, anak saya juga siap. Saya adalah ibu dan anak yang kompak. Walaupun masih banyak rahasia di antara kami, kami siap.

Ketidakadilan yang sempat dibiarkan itu, ternyata bergerak mendekat, menekan dengan lekat, sehingga saya tercekat. Apakah barusan ini saya sudah seperti seorang ibu kandung? belum juga sih sepertinya. Hanya saja, tentu saya akan sangat kecewa jika ada masalah yang lebih besar lagi tetapi dilewatkan begitu saja. 

0 komentar:

Post a Comment

 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design