Pengumuman UKMPPG SM-3T periode
April 2018 (ujian ulang), hari ini...
Tanpa ada kabar mengenai
kepastian tanggal pengumuman, aku dan teman-teman terus menunggu dan berharap
hasilnya adalah lulus. Setelah dzuhur hari ini, aku terkantuk-kantuk memegangi
buku yang rasanya lama nian kubaca tapi belum rampung juga. Ada pesan masuk di
handphoneku, dari Abang Endra.
Jadi yang mula-mula bertanya
tentang hasil ujianku adalah Bang Endra. Rasanya aku takut untuk ngantuk, badan
terasa hangat, agak gemetar, dadaku berdebar, aku ke kamar belakang untuk
mencari dompetku. Bukan untuk ambil uang.. dompetnya kosong kok. Aku mengambil
kartu peserta SM-3T. Saking gugupnya, aku berdzikir seingat-ingat yang mampu
kuucapkan. Aku memasukkan nomor peserta dan tanggal, bulan, serta tahun lahir.
Data tidak valid. Hatiku melengos.
Rasanya aku... hmm, salah. Yang diminta adalah nomor ujian, bukan nomor
peserta. Lalu aku lupa dimana letaknya kartu ujianku. Alhamdulillah sempat
kufoto, masih kusimpan juga di hp.
Hari ini... Ineu Handayani,
lulus.
Alhamdulillah.. Aku nangis, sedikit. Bukan saja
karena penuh syukur, tapi aku juga membayangkan kalian, orang-orang yang sudah
bersamaku berjuang dan mendukungku, kelulusan ini ketentuan Allah, untuk senyum
kalian. Aku tahu kalian mendoakanku, berharap aku tidak terluka dengan apapun
hasil yang kuperoleh.
Kekasih hatiku... berlarian doaku
untuk kalian. Terima kasih.
Aku segera laporan, mengirim
pesan ke rumah 14/4 yang isinya kakak o dan adek nonong, kepada Ibu Nurul dan
Pak Arif yang telah meluangkan banyak waktunya untuk mendampingi belajar lagi
sebelum ujian ini, pada Anja dan Kak Noha yang juga sedang tiduran bersamaku
sore tadi, menelpon Eng sambil berurai air mata, pada abang, pada kakak, pada
teman-teman yang bertanya.. kukembangkan senyum kalian.
Meski bahagia ini penuh, ada
porsi lain yang juga penuh. Sedih. Masih ada beberapa keluargaku yang belum
lulus pada ujian kali ini. Mereka tetap tenang, aku senang. Itu menjadi
kekuatan untukku. Karena kalau mereka tampak terluka, walaupun memang mungkin
sebenarnya luka, aku akan lebih terluka lagi.. dan akan sulit untuk menjelaskan
kenapa aku terluka. Bukan karena kalian tidak bisa, tapi karena ketentuannya
memang demikian. Bisa pun kita, kalau Allah bilang belum.. maka belum.
Apapun hasil yang kita peroleh
hari ini, tidak mengurangi sayangku pada kalian. Tidak menghalau doaku untuk
kalian. Tidak pula membuatku akan meninggalkan kalian.
Hari ini.. aku menuai hasil
ujianku.
Ujian yang kukenang hari ini..
kertasku hampir penuh dengan tulisan-tulisanku yang jelek,
“Allah melihatmu, Neu”.
“Jangan mencontek, nanti Allah
ndak suka”.
“Lulus tapi jahat? Atau lulus
tapi Allah sayang”, yang ini bukan main nian waktu aku tulis.. tanganku
gemetaran. Aku takut mengingkari tulisan dan hatiku.
Waktu itu, aku merasa ingin
lulus. Sangat ingin lulus. Aku pergi ke kamar mandi sebentar, membasuh muka. Menyiram
hawa nafsu, aku ndak boleh tanya apapun selama ujian ini, aku ndak boleh lihat
jawaban siapapun.
Kata Galay dan Dedy, jangan
pernah sekalipun sedikitpun berani berfikir untuk mencontek. Mungkin ndak akan
ada yang lihat, tapi kelak kita akan punya anak dan anak-anak, mereka perlu
mendengar nasihat tentang kejujuran dan pada waktu itu kita tidak akan malu
menyampaikannya.
Terakhir, aku menulis... “Aku tidak
pernah tahu, mana yang benar-benar merupakan ujian bagiku. Semoga Allah ridha
dengan usaha ini”.
0 komentar:
Post a Comment