Suatu ketika di masa kanak-kanak,
aku sebagai seorang anak dari kedua orang tuaku meminta banyak hal dari
keduanya. Saat itu aku tentu saja belum mengerti tentang Allah dan cara merayu
Allah, karena ternyata setiap hal yang diberikan oleh kedua orang tuaku adalah
atas izin Allah. Aku meminta makanan, minuman, mainan, pakaian dan lain-lain
yang harus segera dipenuhi oleh mereka, seringnya aku tidak mengerti keadaan,
apakah yang kuminta itu ada? Apakah mudah untuk memperolehnya? Apakah itu akan
baik untukku?.
Aku kira mereka jahat dengan
tidak memenuhi keinginanku. Sampai pada hari aku mulai mengerti ada Allah, Allah
yang menciptakan semua ini. berarti aku ini milik Allah, orangtuaku juga milik
Allah. Iya, aku mengerti, tapi belum paham atau bahkan belum yakin.. sering aku
marah, merajuk pada Allah kalau yang sangat kudamba, kuminta dalam doa dengan
sungguh-sungguh siang dan malam tapi tak kunjung dikabulkan.
Menjelang masa remaja, aku mulai
melunak. Aku membaca banyak hal untuk memenuhi rasa ingin tahu siapakah Allah. Apa
yang allah mau dariku, apa yang harus dan atau jangan kulakukan, semacam
itulah... pun demikian, aku tidak serta merta jadi anak baik. Aku melakukan
banyak kesalahan. Aku berdoa, sejak saat itu aku semakin sering berdoa. Aku mendoakan
semua orang yang ingin kujaga tapi aku merasa tak berdaya, mendoakan semuanya
agar terbebas dari masalah mereka masing-masing, aku meminta dan memberi apa-apa..
aku meminta pada allah tanpa mereka minta.
Allah jawab semua doa itu dengan,
Iya, dikabulkan secara
langsung. Dalam waktu yang singkat tanpa
usaha yang berat, Allah langsung kabulkan doa itu.
Iya, nanti. Allah menunda untuk
mengabulkan doa yang dipanjatkan. Lama masa penundaan hanya Allah yang
mengetahui. Sabar dan jangan pernah berhenti menggantungkan harap pada Allah.
Iya, digantikan dengan yang lebih
baik. Semua yang allah berikan adalah yang terbaik. Semoga Allah memberikan hasil
yang terbaik ya. Pernah bilang seperti itu?, aku pernah. Coba diperiksa lagi
redaksinya, memangnya kapan Allah tidak memberikan yang terbaik?.
Dari tiga macam jawaban doa..
beberapa hal penting dalam hidupku kurasa pernah Allah jawab langsung. Aku senang
sekali. Aku merasa Allah sangat dekat. Allah sangat mengerti bahwa aku memang
membutuhkan hal itu. Aku bersyukur. Kemudian aku kembali terlena. Tiba masanya
kembali aku dalam kesulitan. Aku menangis lagi, tersungkur dalam sujud yang
sangat dalam, meminta jalan keluar dengan memaksa.. kubilang aku minta uang
kalau aku butuh uang, aku minta baju baru, aku minta susu ultra, aku minta bisa
pergi ke suatu tempat. Allah mengabulkan, beberapa terkabulkan tanpa jeda yang
lama.
Aku bersyukur.. tapi kemudian aku
terpekur. Apa iya aku pantas menerima ini? Aliran nikmat ini, apakah benar
karena memang aku pantas mendapatkannya karena Allah sayang padaku? Atau karena
doa ibuku seperti yang orang bilang, bahwa setiap kali kita merasa beruntung
berari doa ibu kita sedang dikabulkan, iyakah?. Aku mulai mengkerut, ketika aku
mulai tahu tentang istidraj.
Istidraj dari beberapa sumber
yang kubaca dan dijelaskan oleh guru yang kupercaya selama ini, bermakna tipu
daya. Ketika seseorang seperti halnya aku, melakukan perbuatan yang dilarang
Allah dan tidak merasa bersalah tetapi terus melakukannya, mendurhakai Allah,
sementara anugerah untuknya terus mengalir bahkan terus bertambah semakin
banyak. Segala keinginannya Allah penuhi dan kabulkan doanya. Padahal itu
tandanya Allah sedang membiarkan.. Allah menunda azab-Nya. Maka sewajarnya
perasaan takut itu datang. Bukan karena tidak percaya bahwa yang diterima ini
adalah yang terbaik dari Allah.. tapi takut bahwa ini istidraj, dan tandanya
Allah membiarkan. Padahal sudah banyak tanda peringatan, sudah banyak yang
mengingatkan.
....
Hari ini aku menerima beberapa
kabar baik, pengumuman untukku lanjut tes tahap berikutnya di sutau tempat. Aku
bertemu dengan sahabat yang sudah lama tidak saling sapa secara langsung. Aku menerima
kabar dari rumah yang lama kutunggu belum ada jawabnya. aku menyaksikan
perjuangan kekasih hatiku yang juga lajut tes tahap berikutnya di suatu tempat
yang lain. Aku mendapat hadiah dari takmir masjid pada malam tarawihku yang
pertama ini.
Alhamdulillah.. Allah sayang
padaku. Semoga ini bukan istidraj. Aku tidak mau Allah tidak lagi peduli pada
kita. Semoga kita memang pantas menerima semua ini, karena Allah sayang. Karena
Iya, sekarang.. Iya, nanti.. dan iya, diganti dengan yang lebih baik. Allah selalu
menjawab doa kita..