Hujan, sekotak ultra, di depan laptop… ahay.
Ini semacam surga dunia. Ini adalah hari kedua ujian semseter untuk anak-anakku
di sekolah. Tapi aku masih di rumah, bukan karena aku ini guru yang tidak baik,
meskipun mungkin begitu.. tetapi karena ini masih pagi. Seperti biasa, aku
sudah siap dan yang lainnya masih terlelap atau sedang bersiap-siap. Ketika
sampai pad akalimat sebelum ini, aku teringat belum menggunakan sedikit parfum.
Katanya wangi apel, tapi kiraku ini apel busuk.. tapi tetap saja aku suka, karena
apel ini warnanya hijau.
Tepat pula ini adalah ujian untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaaran. Aku yang mengampu.
Rasanya ingin segera selesai, turut pula aku mendoakan agar mereka bernilai baik
sehingga tidak perlu remedial.. karena remedial adalah lambang belum
berhasilnya aku sebagai guru. selain itu, egois juga aku supaya banyak berwaktu
luang tanpa remedi itu. Ditambah lagi saat hujan seperti ini banyak setan
menggodaku untuk berfikiran aneh-aneh. Syukurnya, sepertinya setan-setan itu
telah kalah.
Berbahagialah aku yang sepagi ini sudah bisa
duduk santai.. diam-diam menghirup udara pagi dan melihat ada burung gereja
yang kedinginan mengendap masuk ke dalam dapur. Aku biarkan saja.. dia keluar.
Lalu terbang masuk lagi, enah apa yang sedang ia cari. Burung gereja itu, bisa
jadi sama denganku.. sedang memikirkan kebahagiaan pagi ini. Seketika aku ingat
untuk berdoa. Bukankah ketika hujan adalah waktu dimana Tuhan banyak
mengabulkan doa kita? Maka aku meminta, dan meminta, lalu meminta lagi… banyak
hal yang aku pinta.
Aku mulai mendengarkan lagu dengan bantuan
headset yang sebelah bagiannya sudah tidak berfungsi. Lagu-lagu yang pernah
mengiringi beberapa adegan dalam hidupku atau hidup orang lain. Aku tidak
merasa keberatan mengulang membayangkannya. Lain lagi dengan remedial ujian,
anak-anak pasti akan sangat keberatan. Jadi aku mendoakan semoga sedikit saja
dari mereka yang remedial.
Kotak ultra di samping kananku sudah aku
kosongkan.. lalu aku terbayang adikku nan jauh di sana, sedang apakah ia? Dia
selalu menjadi gadis kecilku hingga kapanpun kelak. Alit, tidak terlalu suka
susu. Kemudian fikirku melayang jauh dan jauh lebih ke seberang sana, papa.
Susu juga bukan yang papa sukai, papa lebih suka kopi.. dan sekarang papa lebih
suka ibu itu.
Aku membayangkan setelah ujian anak-anak
selesai dan selesai pula beberapa urusanku di semester ini. Aku akan
menyempatkan waktu untuk pulang, untuk gadis kecilku. Semoga bertepatan dengan
pengambilan hasil laporan belajarnya selama ini.. tidak pernah ada orangtua
atau keluarganya yang datang ke sekolah untuk prestasi sederhana itu. Tentu
kelak akan menjadi luka yang bisa saja diungkit olehnya. Aku harus
melengkungkan garis bibirnya sehingga ia tersenyum.
Sudah aku bayangkan juga akan aku habiskan
waktu liburan itu untuk hal-hal menyenangkan bersamanya di rumah. Kemudian ada
pula sela-sela waktu yang akan aku persembahkan untuk seseorang yang telah ada
dalam hatiku dan adapula aku dalam hatinya meskipun kami telah melalui banyak
hal bahkan hingga hari ini. Akan aku perbaiki selagi aku masih bisa. Akan aku
tunaikan janjiku di kemudian hari untuknya.
Aku terhempas, kembali ke depan laptop. Hujan
belum reda, sebentar lagi waktunya berangkat ke sekolah. Masih ada waktu untuk
membayangkan? Masih boleh berdoa? Duh, retoris. Ini kan untukku sendiri, tentu
saja aku tidak perlu menjawab, apalagi engkau.. jangan dijawab, aku sudah tahu
jawabannya. Boleh.
0 komentar:
Post a Comment