Rumput sahabat setia,
Pernahkan cinta membuatmu ingin bersatu, tapi urung tak berujung?
Pernahkan keseragaman rasa tak dapat tersulam, karena rendanya berbeda?
Pernahkan perjalanan yang manis menjadi sia-sia, karena terhenti di persimpangan pilihan?
Pernahkah air mata geli dan lara menguap begitu saja, karena seonggok penyerahan?
Rumput,
Apakah persamaan ada yang buruk dan ada yang baik menjadi berbeda, karena beranekanya panduan?
Apakah ketaan memilih budi pekerti telah membuat manusia semakin buta akan sifat kalbu sesungguhnya?
Apakah kebebasan memilih pengait iman menjadikan kebebasan pengulangan aturan yang tak beraturan?
Pernahkan cinta membuatmu ingin bersatu, tapi urung tak berujung?
Pernahkan keseragaman rasa tak dapat tersulam, karena rendanya berbeda?
Pernahkan perjalanan yang manis menjadi sia-sia, karena terhenti di persimpangan pilihan?
Pernahkah air mata geli dan lara menguap begitu saja, karena seonggok penyerahan?
Rumput,
Apakah persamaan ada yang buruk dan ada yang baik menjadi berbeda, karena beranekanya panduan?
Apakah ketaan memilih budi pekerti telah membuat manusia semakin buta akan sifat kalbu sesungguhnya?
Apakah kebebasan memilih pengait iman menjadikan kebebasan pengulangan aturan yang tak beraturan?
[ dikutip dari buku Surat Untuk Rumput - sebuah buku hariandari Ingrid Widjanarko. Halaman 15 ]
Rasanya itu mirip sesuatu.. Hingga tak perlulah saya memberikan judulnya. Bila suatu ketika sengan ataupun tidak kalian membaca tulisan ini, berilah judul..
0 komentar:
Post a Comment