Aku nangis. Aku lap
air matanya. Lalu aku nangis lagi. Belakangan aku berubah jadi sangat cengeng.
Meski sebelumnya pernah lebih cengeng daripada sekarang. Tapi rasanya itu masih
normal dan bisa dimaklumi karena semua orang juga kemungkinan besar menangis waktu…
mamanya meninggal, dipukul sampai tak bisa berkata-kata, ibu diri yang agak
durjana, nyeri haid, dan.. ah banyak lagilah.
Rasanya. Aku mau
nangis lagi, lagi, dan lagi. Tapi tanganku inginnya menutupi mata, menyetop air
matanya. Kata suara dari dalam diriku juga “jangan menangis”. Halah. Jangan sok
care. Memangnya kenapa kalau menangis.
Lalu aku nangis lagi.
Aku nangis lagi
sampai pagi. Sampai lupa kalau aku sedang nangis.
0 komentar:
Post a Comment