Tuesday, September 22, 2015

Mari.. mari.. curhat dimari :D

Gelap. Terang. Gelap lagi. Sedikit terang. Lalu aku membutuhkan beberapa menit untuk bangun lagi. Ini bukan yang pertama, dan percayalah.. bukan ini yang terakhir. Mulanya aku selalu tak habis fikir mengapa selalu terbangun dalam keadaan seperti ini. Tetapi itu dulu.. telah lama aku tinggalkan masa membuang-buang waktu dengan mengingat apa yang terjadi sebelum kesadarannku hilang.

Katanya itu adalah pingsan atau semaput atau tepar.. apapun itu. Yang aku rasakan saat itu adalah rasa dingin yang aneh. Kulitku berubah menjadi lebih langsat. Tanganku licin meski tak basah. Pertama kali aku mengalaminya pada saat pertunjukkan “nasionalisme” yang rutin dilakukan setiap hari senin. Katanya agar kami menghargai jasa pahlawan yang telah bersusah payah hingga saat ini merah dan putih bisa berkibar dengan gagah.. tapi sebenarnya itu dilakukan agar kami selalu bersyukur. Bagiku itu tentang keimanan, bukan patriotisme. Mungkin karena aku yang berusaha terlalu “beriman” itu sehingga aku mulai roboh.

Mereka bilang aku belum sarapan.. apakah segelas air setelah bangun tidur dan segelas susu sebelum berangkat sekolah adalah bukan sarapan? Yang lain bahkan makan nasi sisa kemarin dan lauk yang sudah dihangatkan hingga legam warnanya. Mereka bilang lagi aku masuk angin.. aku tidur beralaskan tilam yang lembut dan tebal, selimut yang hangat, dan mandi dengan air yang segar. Akhirnya mereka bilang aku terlalu serius dan tegang.. hei. Ini kan upacara. Salahku bila aku menghayati peranku sebagai peserta upacara?

Hingga akhirnya mereka menggolongkan aku sebagai makhluk bertekanan darah rendah setelah berpuluh-puluh kali aku tumbang dimanapun tanpa bisa aku atur. Bahkan sekali waktu pernah aku tersungkur dalam rakaat-rakaat shalat. Aku kira aku mati... katanya bila kita mati ketika sedang khusyuk shalat, itulah tanda Allah cinta pada kita. Alangkah senangnya aku bila mati saat itu. Tetapi aku juga cemas, memangnya shalatku khusyuk?

Aku ingin cerita tentang yang paling parah yang pernah aku alami.. tapi rasanya itu tidak adil bagi kejadian lainnya. Sebaiknya aku ceritakan yang agak jarang aku alami saja.. misalnya aku harus mendadak roboh di warung makan dengan bonus benturan kepada sekali di dinding dan sekali lagi di lantai. Lalu pernah juga aku roboh di dalam tempat foto copy karena lelah berlari menembus hujan. Pernah juga aku roboh saat hendak membuka pintu kamar, alhasil sebelah mataku harus membiru seperti kena tonjok dan mata lainnya harus sedikit terluka di bagian alis.

Padahal aku senang berlari.. mendaki.. memanjat.. dan lainnya. Aku memang tidak terlalu suka nasi, tap aku menggantikannya dengan karbohidrat lain. Bahkan aku adalah unta yang menghabiskan isi galon dalam waktu satu minggu saja.. dan aku pernah merasa tidak akan bisa hidup tanpa ultramilk. Mereka bilang sebaiknya aku jadi brand ambasador mereka. Tapi tetap saja itu terjadi.


Sekarang aku sudah lebih stabil dan normal seperti idelanya manusia pada umumnya. Aku bahkan sudah bisa donor darah beberapa kali, itu artinya aku berkapasitas menjadi donatur dan sehat. Sekali waktu memang itu bisa terjadi lagi. Tapi aku harap bukan disini, di negeri nan jauh dari.. entah dari apa. Yang jelas aku masih merasa jauh, mungkin dari keluarga yang darahnya mengalir dalam tubuhku dan yang daging dan kulitnya membalut tubuhku.

Wednesday, September 16, 2015

Dalam Tanda Kutip, "Bukan Masalah Guru"

Apa yang kita lakukan, tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Karena kita manusia biasa.. biasa marah kalau tidak dibantu, biasa diam kalau diperlukan, biasa menangis ketika orang lain tertawa, dan biasa tertawa ketika orang lain menangis. Sifat dan sikap manusia yang sangat “biasa” itu kemudian yang meninggalkan luka, peperangan, atau lubang besar yang menganga dan tidak menampung apa-apa, serta tidak pula dapat digunakan untuk apa-apa.

Guru juga manusia biasa.. apa salahnya bila guru tertawa karena tingkah murid yang konyol? Salahkah bila guru membiarkan muridnya ribut? Kesalahan gurukah bila muridnya tidak faham penjelasannya meskipun sudah berulang kali dijelaskan? Itu bukan salah guru! Bila dijawab dengan jawaban yang santun dan logis.

Guru boleh mentertawakan muridnya.. karena guru menggambarkan ironi.. “Apapun yang terjadi dalam hidup ini, harus kita hadapi nak!”. Lalu bagaimana bila murid merasa terluka hatinya? Kelak anak akan faham, apa yang dulu pernah menjadi bahan tertawaan orang-orang memang bukan hal yang pantas dilakukan. Lalu ia akan meneruskannya kepada anak dan generasi seterusnya.

Guru boleh membiarkan anak muridnya ribut, agar anak berdiskusi, bertanya, tertawa, dan aktif berbicara. Lalu bagaimana bila mengganggu kelas lainnya? Itu adalah resiko sesama guru.. Setiap guru mengajar dengan metodenya masing-masing. Seyogyanya kelemahan seorang guru tidak dipermalukan dihadapan muridnya oleh guru lain. Guru adalah makhluk dewasa dan dewa dihadapan muridnya, sekalipun disanjung tetapi bila dengan kebohongan.. itu adalah pengkhianatan.

Kalau murid tak faham penjelasan guru. Jangan terus memojokkan dan menyalahkan gurunya. Sebab orang banyak berkata.. “Bila murid tak pandai, salahkan gurunya”. Salah! Anak selaykanya guru, sama-sama manusia. Guru memang bertanggungjawab pada setiap muridnya, tetapi bukan kuasa guru untuk merubah “hal khusus”. Anak-anak yang selalu tidak faham mengenai penjelasan guru harus diteliti kembali, bagaimana pemahamannya pada pelajar lain, apakah sama saja? Atau hanya dalam pelajaran kita dia demikian? Pahami kondisi kejiwaan anak dengan mengenal keluarga dan lingkungannya.

Ini bukan pengalaman saya.. tetapi mungkin ada beberapa di antara kita yang pernah mengalami ini dan takdirnya orang yang mengalami kejadian ini adalah guru yang sangat lembut perasaannya. Yaitu guru yang akan merasa sangat bersalah karena pernah sengaja atau pun tidak sengaja melakukan dan mengalami tiga peristiwa itu.

Apapun yang terjadi, seorang guru jangan pernah meninggalkan anak-anaknya. Terus memotivasi dan menjadi inspirasi.. bukan masalah bila mereka tidak cemerlang dalam pelajaran yang kita ajarkan, dukung mereka untuk cemerlang pada minat dan bakatnya. Jangan mempermasalahkan sambal yang sangat pedas, karena 1 kg cabai lebih banyak mengandung vitamin C daripada 1 kg jeruk. LIhat manfaatnya.

Saturday, September 5, 2015

Balada SM3T - SMPN 1 Pining Kab. Gayo Lues

Balada atau balado? Enaknya balado tetapi sebaiknya balada.. ini kisah tentang guru muda (23 tahun masih muda kan?)

Setelah mengikuti proses yang dapat dikatakan cukup lama dan telah pula melalui beberapa tahap. Akhirnya saya diberangkatkan sebagai salah satu peserta program SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dari Kemenristek Dikti. Pemberangkatan dilakukan serentak dalam waktu yang telah ditentukan sejak awal, yaitu tanggal 17 – 22 Agustus 2015. Perbedaan jadwal keberangkatan dikarenakan harus menyesuaikan dengan sarana transportasi yang akan kami gunakan. Misalnya saja untuk menuju daerah sasaran yang berada di wilayah Timur Indonesia tidak setiap saat ada layanan penerbangan, kami diberangkatkan melalui perjalanan udara menuju titik terdekat daerasah sasaran. Kemudian beberapa di antara kami masih harus melanjutkan perjalanan darat yang cukup jauh, termasuk saya. Lainnya bahkan ada pula yang masih melanjutkan lagi melalui jalur air baik laut maupun sungai. Saya berangkat dari Yogyakarta pada tanggal 19 Agustus 2015.

Kemana saya berangkat? Saya ditempatkan di Kab. Gayo Lues Provinsi Aceh atau Nangro Aceh Darussalam. Tanah Rencong...

Sebagai lulusan dari Jurusan Pendidikan Geografi tentu sudah menjadi naluri saya untuk langsung membuka peta dan membaca kontur yang kemudian saya lanjutkan untuk mencari referensi lainnya dalam artikel dan publikasi lainnya. Ibarat kata tentara itu harus punya senjata maka geografi juga harus punya peta.. saya mencari Gayo Lues di dalam peta. Ternyata tidak saya temukan nama Gayo Lues di dalam peta tersebut. Akan tetapi saya tidak terlalu terkejut, karena peta yang saya miliki adalah terbitan lama.. bisa jadi telah ada pemekaran atau perubahan nama daerah.

Kab. Gayo Lues nyatanya memang kabupaten yang baru dibentuk pada tahun 2002 dengan Blangkejeren sebagai ibu kota kabupaten. Berdasarkan informasi yang saya kutip dari buku “Sentan Ku Panang Gayo Lues Qu” karya putra derah Gayo Lues yaitu Zulkifli, S.Pt., dijelakan bahwa Kab. Gayo Lues berada pada 96˚ 43’ 24” - 97˚ 55’ 24” BT dan 3˚ 16’ 55” LU dengan elevasi antara 400 – 1200 m dpl. Terdiri dari 11 kecamatan, 25 mukim, dan 144 desa.

Saya berangkat bersama 66 orang teman lainnya dari lembaga penyelenggara atau LPTK Universitas Negeri Yogyakarta dan didampingi oleh tiga orang dosen yang akan menyerahkan kami kepada pemerintahan setempat untuk mengabdi selama satu tahun. Selain untuk mengantarkan kami, beliau para dosen juga bertugas untuk menjemput guru program SM3T angkatan sebelum kami. 67 orang termasuk saya, diterima dengan baik dan diberikan jaminan rasa aman dan hangatnya kekeluargaan pada saat itu.

Tentu saja kami para guru ini tidak akan berkelompok di dalam satu wilayah saja. Kami mendapat SK dari dinas pendidikan Kab. Gayo Lues untuk ditempatkan di sekolah-sekolah yang berbeda, untuk jenjang SD tentunya hanya satu guru dalam satu sekolah. Tetapi untuk jenjang SMP dan SMA/K jumlah guru yang ditugaskan adalah 1 – 3 orang karena disesuaikan dengan mata pelajaran yang dibutuhkan dan untuk kedua jenjang tersebut, mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik lebih beragam.

Saya dan 6 orang lainnya ditempatkan di Kecamatan Pining. Tepatnya saya harus mengajar di SMPN 1 Pining. Kecamatan Pining merupakan wilayah kecamatan terluas di Kab. Gayo Lues, yaitu 1617,14 Km² dengan jarak menuju kabupaten yang paling jauh dibanding kecamatan lainnya yaitu 55 Km. Tetapi Kec. Pining juga merupakan salah satu kecamatan dengan total desa yang hanya sedikit, yaitu 9 desa. Luasnya wilayah itu merupakan hutan dan perbukitan. Karena topografi yang demikian itulah tidak semua wilayah dapat dimanfaatkan untuk pemukiman. Sehingga jarak antar satu desa dengan desa lainnya juga berjauhan.

Tentang Aceh, yang saya dambakan untuk menuju Aceh adalah “Leuser”. Mimpi saya sejak lama bahwa saya akan mendaki Leuser dan kembali pulang dengan penuh syukur. Kab. Gayo Lues sebagian wilayahnya termasuk ke dalam daerah suaka Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Dapatkan kalian bayangkan betapa saya sudah begitu dekat dengan mimpi saya selama ini?.


Terhitung mulai tanggal 20 Agustus 2015 saya sudah berada di Pining. Lalu balada ini akan saya mulai dengan mesra bersama anak-anakku, rekan kerja, orang tua/guru, warga setempat, dan yang selalu bersamaku.. alam Gayo Lues.
 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design