Apa yang kita
lakukan, tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Karena kita manusia
biasa.. biasa marah kalau tidak dibantu, biasa diam kalau diperlukan, biasa
menangis ketika orang lain tertawa, dan biasa tertawa ketika orang lain
menangis. Sifat dan sikap manusia yang sangat “biasa” itu kemudian yang
meninggalkan luka, peperangan, atau lubang besar yang menganga dan tidak
menampung apa-apa, serta tidak pula dapat digunakan untuk apa-apa.
Guru juga
manusia biasa.. apa salahnya bila guru tertawa karena tingkah murid yang
konyol? Salahkah bila guru membiarkan muridnya ribut? Kesalahan gurukah bila
muridnya tidak faham penjelasannya meskipun sudah berulang kali dijelaskan? Itu
bukan salah guru! Bila dijawab dengan jawaban yang santun dan logis.
Guru boleh
mentertawakan muridnya.. karena guru menggambarkan ironi.. “Apapun yang terjadi
dalam hidup ini, harus kita hadapi nak!”. Lalu bagaimana bila murid merasa
terluka hatinya? Kelak anak akan faham, apa yang dulu pernah menjadi bahan
tertawaan orang-orang memang bukan hal yang pantas dilakukan. Lalu ia akan
meneruskannya kepada anak dan generasi seterusnya.
Guru boleh
membiarkan anak muridnya ribut, agar anak berdiskusi, bertanya, tertawa, dan
aktif berbicara. Lalu bagaimana bila mengganggu kelas lainnya? Itu adalah
resiko sesama guru.. Setiap guru mengajar dengan metodenya masing-masing.
Seyogyanya kelemahan seorang guru tidak dipermalukan dihadapan muridnya oleh
guru lain. Guru adalah makhluk dewasa dan dewa dihadapan muridnya, sekalipun
disanjung tetapi bila dengan kebohongan.. itu adalah pengkhianatan.
Kalau murid
tak faham penjelasan guru. Jangan terus memojokkan dan menyalahkan gurunya.
Sebab orang banyak berkata.. “Bila murid tak pandai, salahkan gurunya”. Salah!
Anak selaykanya guru, sama-sama manusia. Guru memang bertanggungjawab pada
setiap muridnya, tetapi bukan kuasa guru untuk merubah “hal khusus”. Anak-anak
yang selalu tidak faham mengenai penjelasan guru harus diteliti kembali,
bagaimana pemahamannya pada pelajar lain, apakah sama saja? Atau hanya dalam
pelajaran kita dia demikian? Pahami kondisi kejiwaan anak dengan mengenal
keluarga dan lingkungannya.
Ini bukan
pengalaman saya.. tetapi mungkin ada beberapa di antara kita yang pernah
mengalami ini dan takdirnya orang yang mengalami kejadian ini adalah guru yang
sangat lembut perasaannya. Yaitu guru yang akan merasa sangat bersalah karena
pernah sengaja atau pun tidak sengaja melakukan dan mengalami tiga peristiwa
itu.
Apapun yang
terjadi, seorang guru jangan pernah meninggalkan anak-anaknya. Terus memotivasi
dan menjadi inspirasi.. bukan masalah bila mereka tidak cemerlang dalam
pelajaran yang kita ajarkan, dukung mereka untuk cemerlang pada minat dan
bakatnya. Jangan mempermasalahkan sambal yang sangat pedas, karena 1 kg cabai
lebih banyak mengandung vitamin C daripada 1 kg jeruk. LIhat manfaatnya.
0 komentar:
Post a Comment