Wednesday, April 2, 2014

Banyak-banyaklah Bersyukur...

Suatu hari… Ya entah kenapa pula saya bilang suatu hari, padahal bisa juga suatu ketika, atau sekalian saja pada zaman dahulu kala.. Ini kisah nyata.

Hari itu setelah waktu magrib atau isya’ di Kota Semarang, saya sedang dalam persiapan kembali ke Kota Surakarta.. Saya kembali setelah mengurus beberapa surat untuk keperluan penelitian. 

Saya menggunakan kendaran umum, karena akan terlalu melelahkan bila membawa kendaraan pribadi. Jadilah dalam perjalan pulang itu menggunakan bus yang tak ingin saya sebutkan namanya… Bukan apa-apa, tapi saya agak lupa nama busnya, tapi saya memutuskan tidak bertanya padanya, lebih baik ini dirahasiakan saja.. Yang pasti, ongkosnya adalah Rp 20.000,- lebih murah Rp 5.000 daripada waktu berangkat dengan bus lainnya.

Dalam perjalanan itu.. Saya memutuskan untuk “tidak-akan-hidup-seperti-para-perempuan-tangguh-itu”.
Keadaan bus masih lumayan belum penuh waktu kami berdua naik, tetapi hanya sepasang kursi yang keduanya kosong.  Jadilah kami berdua duduk disitu, tepat di depan pintu belakang bus dan saya sangat tepat berada di atas ban bus itu. Sebentar saja.. Bayangkan bagaimana rasanya jadi saya, bus yang agak pengap karna keringat yang bercampur aduk dengan asap kendaraan, belum lagi asap rokok yang dihisap oleh kondektur busnya. Tetesan air dari luar jendela sepertinya gembira sekali mempermainkan wajah saya.. Mual rasanya tapi saya fikir ini adalah pengalaman yang berharga.

Ternyata saya belum sepenuhnya benar. Pengalaman yang sangat berharga itu akhirnya saya alami setelah saya merasa agak terbiasa dengan situasi dan kondisi bus yang sedemikian rupa. Setelah beberapa menit meninggalkan Ibukota Propinsi Jawa Tengah itu, semakin banyak penumpang yang naik. Mereka adalah perempuan-perempuan paruh baya, beberapa diantaranya masih belia, dan mereka berbaju sama. Ah, tentu saja beberapa dari mereka menggunakan jaket, mala mini cukup dingin.

Awalnya saya tidak terlalu peduli, karena bagi saya hentakan kursi yang berasal dari ban yang berputar yang juga menghantam dan melalui jalan berlubang sudah cukup mengganggu. Dalam hitungan detik saja, saya mulai sadar.. Ternyata bus mulai penuh sesak, bahkan mereka harus berdiri dengan posisi tertentu agar penumpang lainnya masih bisa masuk.

Perhatian saya mulai fokus. Bukan pada keringat-keringat mereka. Bukan pula pada wajah-wajahnya.. Tapi pada pakaian yang mereka kenakan. Dalam beberapa detik, saya sudah dapat menyimpulkan siapa perempuan-perempuan itu. Mereka adalah perempuan-perempuan yang sangat tangguh.

Saya tidak pernah berfikir.. Bagaimana jika salah satu dari mereka adalah Mama atau keluarga saya yang lainnya. Karena mama telah tiada dan tidak pernah mengalami hidup yang begitu. Jadi saya fikir, mungkin sebaiknya saya membayangkan bila saya saja yang menjadi salah satu dari mereka.


Ya tentu saja saya sudah pernah berbagi cerita sebelumnya, mungkin kran air mata saya sudah cukup using.. Harus diganti.. Atau saya yang terlalu tidak bisa mengendalikan diri, mengendalikan air mata.. Ya mungkin saja salah satunya. Jadi, saya mulai merasakan air mata mengalir.. Dengan sungguh-sungguh saya berjanji, “tidak-akan-hidup-seperti-perempuan-tangguh-itu”, semoga Tuhan mengabulkan.. dan semoga Tuhan memberikan kehidupan yang penuh berkah untuk kita semua, aamiin.

0 komentar:

Post a Comment

 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design