Apakah menurutmu kita sudah
melalui bagian tersulit dalam hidupmu? Bagian terberatnya? Yang paling suram?
Kalau kita jawab sudah.. Ya ternyata kita terlalu meng-under estimate (begitu kan kata serapannya?).
Kalau kita sudah merasakan yang
sangat sulit, paling berat, dan sangat suram.. Percayalah itu hanya permulaan,
akan ada yang lebih dari itu dan itu pasti akan kita alami. Tentu saja… Kalau
kita tak ingat Tuhan dalam setiap adegan-adegan itu. Kecuali bila kita terus
‘bersama’ Tuhan seperti Ia yang selalu bersama kita.. maka segalanya akan
baik-baik saja.
Hari ini ada beberapa kalimat
yang mungkin bisa membuat kita sadar dan merasa banyak bersalah dan sangat
jarang bersyukur..
Ini tentang pendidikan di negara
kita yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan, perubahan kurikulum setelah
sekian kali berganti.. Semoga ini yang terbaik untuk masa sekarang dan masa
yang akan datang. Aamiin. Asal kau tahu saja.. Biar begini, aku adalah orang
yang bertahun-tahun dipersiapkan untuk menjadi seorang guru, tapi tentang jalan
cerita ke depannya.. Biar aku yang berusaha dan Tuhan yang menentukan bagaimana
jalannya.
Kabarnya, kurikulum yang baru ini
kelak akan menghasilkan generasi yang berkualitas dari kesehatan, fikiran, dan
religinya. Ketiganya harus bersinergi dan berimbang. Meskipun terbayang akan
sulit, tapi itu bukan hal yang mustahil.. Ingat, Tuhan yang menentukan.
Jadi ceritanya pandangan mata
dunia pendidikan sedang tertuju ke Bali, pulau seribu dewa yang terkenal dengan
berbagai pesonanya. Bali yang saat ini disebut-sebut sebagai peringkat satu
dalam hal pendidikan. Mengapa? Karena mereka terkenal dengan dearah dengan
potensi terpengaruhi budaya asing sangat tinggi tetapi Bali tetap
mempertahankan budaya lokalnya dengan peraturan yang mengikat. Mereka adalah pemegang
teguh ajaran agamanya. Bagaimana dengan kita? Jujur saja.. aku belum berani
mati mempertanggungjawabkan segalanya dihadapan-Nya.. Kau?
Masyarakat Bali melakukan
pekerjaannya untuk Tuhan. Sehingga apapun itu, mereka melakukannya dengan
sebaik mungkin. Tentang balasannya.. Jangan mengucapkan ‘ikhlas’ karena itu
malah menandakan bahwa kita tak ikhlas. Balasannya biar Tuhan yang cukupkan
untuk kebutuhan kita.
Jangan terus mengejar uang,
materi dan lain sebagainya. Nanti bisa-bisa uang dan lainnya itu bosan melihat
kita terus mengejarnya. Tak usah difikirkan.. Jangan kejar uangnya, bila kita
melakukan segalanya dengan baik dan untuk Tuhan, maka uang dan lainnya itu yang
akan mengejar kita dengan sendirinya.
Nah.. kira-kira seapik itulah
generasi yang akan datang kelak dilahirkan dari perubahan ini. Cerdas, sehat,
berakhlak mulia, faham tugas dan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Karena apapun
itu.. Akan kita pertanggungjawabkan dihadapan-Nya.
Menulis hal seperti ini bukan
tanpa beban bagiku. Meskipun kata-katanya terus mengalir sesuai dengan apa yang
aku fikirkan dan aku harapkan. Tapi bebannya sungguh berat. Aku belum lagi bisa
mengurus diriku, meluruskan niat, melakukannya hanya untuk Tuhan. Semoga saja
secepatnya aku bisa.. Iya.. Kita bisa.
0 komentar:
Post a Comment