Tentang satu hati dua cinta. ini obrolan yang
rada berat.. kalau kamu ndak yakin otakmu bisa mencerna bahan ini, sebaiknya
jangan diteruskan. Tapi bila engkau penasaran, maka diperbolehkan terus membaca
dan banyak bertanya tanpa jawaban. Tanya aku, karena ini dari otakku, jangan
percaya yang lain.. apalagi pilih yang lain, karena yang lain belum tentu
setia. Jadi pilihlah aku.
Satu pragraf saja sudah ndak jelas apa yang
akan dan telah dibicarakan. Maklumilah.
Setiap manusia lahir di dunia dengan dibekali hati.
Hati yang dengan mudahnya dapat dibolak-balikkan oleh sang pemilik hati. Bila
dia yang sangat engkau cintai di dunia ini berkata “Biar aku yang jaga hatimu”
atau “Jaga hatimu yaa”, berarti kita berdua belum saling memahami dan masih sok
jago. Hati kita ini milik siapa? Belum lagi bila hati kita ingin mendua..
kloning saja.
Hati katanya sudah dijodohkan dengan hati
lainnya hingga bisa menjadi satu. Lalu mungkinkah peristiwa satu hati dua cinta
itu mungkin terjadi?
Kita bahas dulu cinta itu apa..?
Berdasarkan pengalaman hidup selama sekitar 23
tahun lebih, ada beberapa waktu yang aku habiskan untuk membahas masalah cinta.
Cinta pada Tuhan, cinta pada kedua orang tua, cinta tanah air, cinta monyet,
cinta buta.. dan cinta kamu. Maka supaya tidak menimbulkan fitnah, mari kita
bahas aku saja tanpa analogi. Karena aku adalah contoh ideal dari isi otakku.
Aku punya satu hati.. sudah terisi penuh. Lalu
tanpa rencana dan tanpa aba-aba aku akan menambahkan banyak hal lagi. Ah,
sesuatu.. ke dalam hatiku. Nah, menurut para ahli *ahlibicara* itu artinya aku
sedang mendua, sedang berbuat kejahatan, bahkan aku disebut sebagai
pengkhianat. Aku diam saja, belum waktunya untuk menjawab.
Lalu sesuatu itu benar-benar telah masuk ke
dalam hatiku, seperti halnya yang lain yang telah ada di dalam hatiku
sebelumnya. Lagi-lagi para ahli *kaliiniahlituduh* mulai menaikkan alisnya dan
menarik garis bibir mencibir. Dasar tak pandai bersyukur!. Kemudian aku mulai
tertarik untuk menjawab bahkan membahasnya…
Seperti halnya kesabaran yang ndak ada
batasnya, hati ndak begitu. Kalau hati terlanjur rusak.. konon bisa merusak
diri kita seutuhnya. Boleh hati diisi dengan banyak hal? Nanti kalau rusak
bagaimana? Boleh! Dan ndak bagaimana-bagaimana. Hati ini bukan milik kita..
Tuhan menggenggamnya. Tugas kita memang mengisinya. Baik atau buruk dan
berapapun banyaknya hati itu kita isi, itu tanggungjawab kita yang telah
memilih memasukkannya.
Tentang mendua, jahat dan berkhianat.. bagaimana? Bahkan sejak kita memasukkan hal
lain selain tentang Tuhan, kita telah berkhianat lebih dari apapun. Tapi,
justru itu artinya kita sedang bersyukur.. menikmati banyak hal ciptaan Tuhan.
Meskipun tidak seharusnya lalu dimasukkan ke dalam hati.
Sudah sejauh ini.. apakah engkau sedang
berfikir aku adalah perempuan berdosa biasa yang berkeksasih lalu aku mendua,
jahat, dan berkhianat? Mungkin saja iya. Tapi isi hati dan otak kita nyata
berbeda. Ini tentang anak-anakku.
Anak-anakku. Mereka tidak terlahir dari
rahimku, bukan aku yang menyusui, bukan aku yang menderita ketika mereka sakit
dan menangis.. bukan aku pula yang turut bangga ketika mereka tertawa karena
berhasil berdiri setelah jatuh. Itu semua bukan aku yang melakukannya. Tapi
mereka memanggilku IBU.
Lalu hatiku yang sudah terisi sebelumnya.. akan
aku isi lagi. Apakah Tuhan akan marah kepadaku? Tentu saja tidak! Kali ini aku
percaya diri, karena banyak nda dan noktah lain yang pernah terlanjur aku
masukkan ke dalam hati.. Tuhan akan lebih marah tentang hal itu. Baiklah,
sekarang aku akan lebih percaya diri ketika kalian memanggilku “Ibu”.
Apakah anakmu mau memanggilku, ibu?
Aku lebih senang dipanggil
Bunda...