Monday, September 23, 2019

Basi!


(Setelah sekian lama kisah ini kututup, pada bagian akhir akan aku buka semuanya).

Alkisah ….

Seharusnya tidak kudiamkan saja ajakannya untuk makan malam pada akhir pekan ini. Kukira akan ada lagi pangeran berkuda putih yang lebih tampan dengan jubahnya yang berkibar akan mengajakku untuk makan malam, ternyata aku halu. Kemudian ketika kutanyakan kembali, apakah ajakannya masih berlaku? Dia tersenyum, getir. Lalu dia berkata, “Basi!”.

Pernah juga pada awal musim kemarau ada kabar sampai padaku.

“Basi!. Kau pikir aku tidak pernah tahu perempuan mana saja yang telah termakan bujuk rayumu? Rumah mana saja yang sudah kau singgahi? Kau kira aku tidak tahu semua itu? Dan penjelasanmu sekarang ini bagiku sudah basi!”.

Lelahnya aku bekerja seharian. Sampai di rumah bukannya disambut dengan senyum ceria, aroma yang harum, dan segelas teh manis hangat. Sialnya aku. Meski sambutan dari Mak Lampir ini sudah dapat pula aku perkirakan, tetapi tetap saja mendengarnya disaat capek begini menjadi emosiku memuncak. Kalau saja sejak semula aku sedikit lebih kaya daripada keluarga Mak Lampir ini, dapatlah aku jaga harga diriku. Tapi beginilah kiranya suratan, aku harus bersanding dengannya yang selalu menyambutku dengan serapah. Mak Lampir, istriku.

Apa ada cerita lain yang lebih “basi” daripada semua itu?. Ada! Dan inilah yang sebenarnya ingin aku ceritakan.

Tidak seperti bulan-bulan sebelumnya, bulan ini targetku kacau balau. Uang simpananku ludes karena belanja online yang kukira hanya akan membeli barang yang aku butuhkan saja. Nyatanya aku membeli barang yang diskon 50% jika aku membeli dua barang sekaligus. Aku juga membeli benda-benda tiada berguna hanya dengan alasan sepertinya lucu kalau kupajang ini di meja belajarku. Lebih parah lagi, ada benda yang kubeli karena temanku punya, masa aku tidak punya benda yang sama seperti itu.

Hasilnya? Sudah dapat ditebak, pada bulan itu aku sering makan mie instan, telur ayam, kerupuk, kecap, dan numpang di rumah teman. Hutang bukannya surut berkurang, malah bertambah. Sampai pernah juga aku minum teh yang basi, karena sayang kalau tidak aku habiskan. Teh ada yang basi? Entahlah apa namanya, tapi teh yang aku seduh di malam hari kemudian aku lanjut minum keesok paginya. Rasanya sudah berubah, tapi aku tidak peduli.

Kemudian puncaknya adalah ketika tamu bulanan datang. Keuangan menipis, persedian pembalut juga terbatas. Akhirnya aku membeli secara eceran di toko kelontong. Ternyata memang ekonomis dan sesuai ekonomi rakyat ya sepertinya toko kelontong itu. Dengan senang hati aku menikmati kondisi itu. Sampai kurasakan ada hal yang berbeda. Sempat terbersit perasaan sombong, memang tidak biasa aku pakai barang-barang murahan.

“Ah, sudah basi”.

           Itu adalah kalimat tidak lengkap yang pertama kali aku ucapkan. Demi mengetahui bahwa yang kupakai adalah pembalut yang basi. Dari semua hal-hal basi yang pernah aku ketahui, kurasa ini adalah “basi” yang paling mengerikan. Mungkin kalian akan merasa aneh, kenapa aku memilih kata basi ketimbang kedaluwarsa. Karena memang itu kata yang muncul diotakku.

Lagipula memangnya pembalut bisa kedaluwarsa?

Ketidak sesuaian antara harapan dengan kenyataan, itulah masalah. Kekhawatiran membuat masalah semakin pelik. Tertera dengan jelan ada tanggal exp.xx.xx.18 dan ketika ini aku tulis saja sudah tahun 2019. Apakah cerita ini juga basi? Tidak, karena baru-baru ini terjadi.

Sebenarnya ada sumber bacaan yang menyatakan bahwa pembalut tidak ada masa kedaluwarsanya. Tergantung bagaimana kita menyimpannya saja, supaya pembalut tetap bersih dan bisa digunakan. Sampai aku menemukan tulisan yang bagus dan melegakan hati.

Biasanya tanggal yang tertera pada produk pembalut adalah tanggal pengemasan dan pembuatan produk. Nah, boleh jadi aku salah mengerti dalam membaca tanggal itu (tapi ada tulisan exp-nya huhuhu). Kemudian dijelaskan ebih lanjut bahwa tetap saja harus berhati-hati karena akan berdampak pada hal-hal berikut:

1.       Iritasi pada area organ intim
2.       Ruam pada kulit area kewanitaan
3.       Pertumbuhan bakteri lebih cepat (pembalut yang tidak kedaluwarsa saja bisa bisa menimbulkan kemunculan bakteri di area kewanitaan jika dipakai terlalu lama, apalagi kalau memakai yang sudah kedaluwarsa)
4.       Sistem reproduksi dan daya tahan tubuh wanita terkena racun (ini berhubungan dengan bahan kimia yang ada di dalam pembalut)

Dari lima dampak itu, tidak ada satu pun yang tampak “mendingan”. Bagiku semuanya mengerikan. Kemudian aku jadi lebih berhati-hati dan semoga kau juga.
-----

(Tamat).

Kesimpulan:
Setiap hal basi sekalipun, ada hikmahnya.
Salah satunya adalah, aku jadi menulis dan engkau jadi membaca.




 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design