Friday, September 14, 2018

Buah Hati

(Channel)

Malam belum terlalu larut. Tapi kampung kami sudah sangat lengang. pintu-pintu dan juga jendela setiap rumah warga sudah tertutup rapat. Sayup terdengar ketipung dangdut dari Radio Pak RT, yang mana lebih banyak suara bisingnya daripada merdunya suara biduan dangdut itu.

Malam ini agak tenang, tidaklah kudengar suara Nyai Midah batuk-batuk seperti malam sebelumnya. Terkadang aku lega, sudah sehat rupanya Nyai Midah itu, perempuan paling tua di kampung kami. Selebihnya aku cemas. Karena ya, tentu saja akan kemana lagi seorang perempuan yang paling tua itu sehingga batuknya berhenti? Ah, aku bukan mendo'akan, hanya cemas.

Oleh karena Nyai Midah tidak batuk-batuk malam ini, aku bisa mendengar suara lainnya dengan lebih jelas. Wak Kardi sedang diterjang badai biduk rumah tangganya. Nelayan miskin itu habis dimaki oleh kekasihnya. Mampuslah kau, Wak. Boleh jadi janda kampung sebelah itu telah mengedipkan sebelah mata pada beberapa nelayan kami. Tapi tentu saja tidak pada Wak Kardi, lelaki hitam legam nan pendek, matanya sipit dan hidungnya kecil tidak mancung, jarang berganti baju, bau pula keringatnya.

Sebenarnya tidak akan ada yang hendak menggodanya. Sebab termasyhur sudah, cintanya pada kekasih hatinya tidak akan goyah walau bunga lain indah merekah. Tapi kau harus faham, cemburu itu payah dijelaskan dengan kata-kata. Sesak di dada, merah muka, pedih mata, lemas terasa kedua lulut, tangan gemetaran, telinga berdenging, bibir bergetar dan kalimat yang keluar adalah, "Apa lebihnya janda itu dibandingkan aku ini, kanda?". Sisanya sumpah serapah dan tangis yang pecah. Wak Kardi yang malang.

Tidak ada televisi di kampung kami. Kalaupun ada, hanya akan jadi kotak mewah yang memenuhi ruangan saja. Buang-buang uang. Bagaimana lagi, hendak dicolok ke lubang hidungkah kabelnya? Belum ada saluran listrik di kampung kami. Barang paling mewah adalah radio milik Pak RT. Toh setiap adegan dan suara-suara di malam yang cukup dingin ini juga sangat menarik, macam TV dengan banyak pilihan channel. Ada acara hiburan, acara keluarga, acara religius yang senantiasa mengingatkan pada kematian, bahkan acara gosip juga ada.

Bisa kau saksikan spesial acara gosip itu di sore hari, di bawah pohon jambu air yang selalu lebih banyak daunnya daripada buahnya. Ibu-ibu dengan sapu lidi di tangan, anak dalam gendongan, atau sibuk mengikat sarungnya sambil sesekali memijit kepala yang sudah ditempeli dua lembar koyo di pelipisnya. Mereka adalah sosialita kampung kami. Totalitas. Setiap berita akan dibahas tuntas kisahnya dari buaian hingga ke liang lahad. Perempuang kampung kami sangat ekspresif sekali, lunak hatinya, beku otaknya, kuat-kuat tenaganya, dan yang penting lagi adalah banyak sekali waktu luangnya.

Kali ini malam menuju larut. Para aktor dan aktris itu mulai banyak ke peraduan masing-masing entah bagaimana nasib Wak Kardi, tapi yang jelas tidak lagi kudengar acara di channel keluarga itu berlanjut. Radio Pak RT mungkin sudah kehabisan baterai. Musim kemarau, malam jadi lebih dingin. Tapi bukan hanya manusia saja yang menjadi gusar, nyamuk juga jadi salah satu makhluk yang sibuk di musim ini. Nyamuk bising sekali serasa menari dan menyanyi di dekat telingaku. Sekalinya kupukul, lihainya dia terbang dan tinggalah aku yang meringis kesakitan karena memukul telingaku sendiri. Terkadang kusengaja juga kupukul telingaku karena geram. Sebal, dengan nyamuk saja aku kalah.

Sesekali kukibaskan ujung kain panjang di tanganku untuk menghalau nyamuk dan menghadirkan angin tambahan, demi jagoan kecilku. Benarkah si kecil ini jagoan? Siang tadi saja dia menangis. Air mata, ingus, dan keringatnya jadi satu. Aduhai anandaku, perihal putus satu tali sandal jepitmu, ia meraung sedih minta ampun, dia bilang itu kesayangannya. Padahal kurasa ia belum mengerti apa itu kesayangan. Kan ia belum merasakan bagaimana sepotong kue bolu di acara pernikahan anak tetua kampung itu adalah sekam bila aku yang makan. Sehingga kubungkus rapu dan kumasukkan ke dalam kantong rokku yang lusuh agar tetap menjadi kue bolu dan si jagoan yang baru bisa berlari itu saja yang memakannya. Kesayangan.

Malam benar-benar sudah larut. Aku tidak boleh lupa mengunci pintu lagi malam ini. Segalam macam acara siaran di kampung kami, kumatikan.
 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design