Monday, December 29, 2014

Edisi meracau bersama geografi..

Salam Geografi!

Apa kabar bumi kita hari ini? Apakah akhrat baik-baik saja? Apakah saya masih waras? Ya, biar waktu saja yang menjawabnya :)

Tentang Geografi dan duit. Ceritanya dimulai sore ini, ketika kita sudah siap berjibaku dengan berbagai aktivitas dan latar belakangnya adalah musim hujan. Tetapi untung saja sore ini ndak hujan, jadi saya lebih leluasa untuk bercerita tentang hujan. Eh, bukan. Maksudnya bercerita tentang duit.

Saya sebagai salah satu makhluk sosial, bagian dari objek dalam bahasan tentang Geografi Manusia, antropilogi, Geografi Perilaku, Geografi Ekonomi.. Hati-hati, mungkin saja saya salah dalam menyampaikan informasi, maklum.. sedang fokus skripsi disaat saudara lainnya sudah sibuk melamar kerja, bekerja, melamar anak orang, dilamar anak orang, atau tidur pagi bangun malam.. seperti waktu semester dua sampaiiii semester tujuh waktu itu. Pokoknya, saya adalah insan geografi yang mencintai bumi dan ibu pertiwi yang akan kujaga hingga kumati, dengan alam sebagai inspirasi *hei, itu lirik lagunya anak geografi UPI, Hymne Geografi*

Sekian tentang saya.

Lanjut ke bagian geografi... Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang hidup yang ndak mudah. Betapa makan telur lebih sering daripada makan daging. Dan betapa beli isi ulang galon harga empat ribu lebih sering daripada mandi. Masih banyak 'kedaripadaan' lainnya... Karena geografi beserta seluk-beluk cintanya maka saya terdempar di belakang terminal, di Kota Kembang, tanpa koordinat, takut banyak yang ngedatangin.. bahaya, bisi dosa.. tapi semoga pahalanya lebih banyak.. aamiin.

Berkali-kali saya bertanya "berhenti aja, sugan?", "duh, kumaha lamun..." dan khayalan selanjutnya adalah tentang bimbingan skripsi, sementara skripsinya baru setengah rampung. Lalu saya mikir lagi "heh, edanlah setan ngegoda aja.. aku harus lulus". Lalu, lalu, dan lalu lagi.. "Yaa Allah.. punten pisan, ngeluh wae. Kuatkanlah..". Lalu nangis hingga ketiduran.

Dari sekelumit kisah kurang jelas itu, semoga saudaraku sekalian faham bahwa saya sedang merasa sulit.. bukan karena geograsi.. bukan juga karena duit.. karena hati saya sedang sempit. Sekarang sedang proses pelebaran, biar isinya bisa penuh sampai luber.. penuh cinta.. luber seember. Untuk menuntuaskan perjuangan saya bersama geografi tercinta *lulus* saya butuh duit, bukan hanya untuk saya seorang diri.. tapi  juga untuk keluarga..

Sebenarnya bukan saya yang butuh duit, bukan pula geografi. Tapi duit yang butuh saya. Duit bukan apa-apa tanpa saya, tapa juragan-juragan boros, tanpa masa lalu saya yang 'agak' boros, tanpa orang-orang yang saat ini sedang boros. Tanpa kayu yang berubah jadi kursi, tanpa ikan berenang yang jadi sushi.. Sungguh duit hanya sebagian dari upil dalam hidup saya. Tapi.. sayang sungguh sayang, malangnya sekarang apa-apa katanya harus pakai duit.. membangun masjid harus pakai duit, ada bencana yang diminta sumbangannya duit, biar bumi ndak nangis juga harus pakai duit..

Jadi, tumbuh dan berkembanglah menjadi insan geografi yang amanah.. amanah menjaga bumi, melestarikan kekayaannya, jangan beri anak cucu kita 'sisa' kejayaan tapi biarkan dia faham arti perjuangan dalam masa damainya, amanah pada kedua orang tua, amanah pada setiap duit yang dititipkan kepada kita. Jangan sampai duit membutakan geografi dan geografi tidak menghasilkan duit. Ah, entahlah.

Salam Duit!
eh..
Salam Geografi!

 

Notes Of Gea Template by Ipietoon Cute Blog Design